Malam ini menjadi malam yang tak akan terlupakan untuk Rani, begitu pula untuk Bagas.
Hal yang tidak pernah Rani perbuat sebelum nya. keperawanan nya yang di jaga selama ini, ternyata terlabuh pada seorang CEO yang tampan dan mapan.Rani menatap wajah Bagas yang tertidur pulas di sampingnya.Dengan tatapan yang sendu, tangan Rani mencoba mengelus pipi suaminya yang sedang tidur."Tampan sekali suamiku, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah merona, dengan brewok tipis yang menggoda, oh tidak!!""Hmmm.. bulu matanya lentik sekali, alisnya pun tebal. Hihihi aku baru pertama kali melihatnya dengan seksama begini! ternyata lebih indah ya, kalau di perhatikan begini." Rani bergumam sendirian.Selama ini, Rani yang jual mahal memang jarang menatap Bagas berlama-lama.Jangankan berlama-lama, menatap nya sebentar saja Rani sudah meleleh.Rani malah mencubit hidung suaminya agak keras karena gemas."Au" Bagas terbangun kaget.Rani pun ikut kaget. "Eh kebangun!" kata Rani"Kenapa kamu mencubit ku cinta?" Kata Bagas dengan suara lirih dan mata yang masih sayup-sayup."eeeeeh eh maaf mas aku cubit ke kencengan yah, abis hidung mu mancung banget sih hihi" kata Rani tertawa geli.Bagas hanya tersenyum manis dan mencium kening Rani.Tiba-tiba Bagas duduk dengan tegak."Loh mau kemana mas? ini masih malam loh" Rani menatap bingung.Bagas menoleh dengan wajah nakal dan menggoda."Apa kita akan melakukan ronde kedua sayang hahahaha" Bagas seperti harimau kelaparan saja malam itu. Bagas menciumi seluruh wajah dan leher Rani tak henti."aaaaaa tidaaaaakkk" Rani triak dan menutup wajahnya dengan selimut.Bagas menggelitik tubuh Rani sampai Rani tertawa terpingkal-pingkal.......Pagi hari yang cerah untuk sepasang pengantin baru.Rani yang baru selesai mandi, sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer.Bagas pun terbangun mendengar suara hair dryer itu."Hai.. selamat pagi mas ku, hehe berisik ya, suara hair dryer ku, maaf yaaa" Rani mencium kening Bagas yang masih setengah mengantuk."Seperti dalam mimpi, aku bangun di hari libur dan di sambut oleh bidadari yang jatuh dari kayangan"seru Bagas menggoda Rani.Rani hanya bergeming, dan melirik sedikit ke arah Bagas.Bagaspun berlalu untuk mandi.Rani yang sedang bingung harus melakukan apa di hari pertamanya menjadi seorang istri CEO itu, hanya bisa bengong di balkon depan kamar.Semua sudah di kerjakan oleh para pembantu dirumah itu, dengan tugasnya masing-masing.Rani hanya tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah mewah tersebut.Tapi bukan Rani namanya, dia mempunyai banyak ide untuk bisa menyenangkan hati suaminya itu."Aku buat kan kopi hangat saja ah untuk mas Bagas!"Tanpa basa-basi lagi, Rani langsung menuju dapur, Bagas yang baru keluar dari kamar mandi, tak melihat lagi istrinya di kamar."Kemana istri ku?" gumamnya dalam hati.Bagas bergegas memakai baju dan bersantai di teras balkon depan kamarnya.Menikmati pemandangan taman-taman di rumah mewahnya yang asri.Bunga-bunga warna-warni memenuhi taman yang cukup luas itu.Air mancur di kolam ikan pun tak luput dari pandangan.Tak sadar ada sebuah pesan masuk di ponsel yang Bagas genggam."Selamat ya atas pernikahan mu, Akhirnya kamu menemukan pengganti ku. Omong-omong, mengapa aku tak di undang?" pesan singkat dari Namira, mantan Bagas yang membuat Bagas lama menjomblo.Bagas mengernyit kan keningnya, tak menghiraukan pesan dari Namira. Alis di wajah Bagas yang tebal terlihat sangat tegang menyatu. Wajahnya berubah menjadi sedikit kesal.Rani yang ternyata sudah berada di belakang Bagas dengan secangkir kopi hangat nya, terdiam membisu."Hah!" Bagas terkejut saat membalikan badannya, melihat Rani yang sudah berada tepat di belakangnya."Kamu habis dapat pesan dari siapa mas? kok tiba-tiba wajahmu berubah kesal aku lihat tadi?" sambil meletakkan kopi panas di atas meja."Namira" dengan wajah yang masih sedikit kesal."Namira? siapa Namira? kenapa kamu kesal" tanya Rani kebingungan."Ah sudahlah dia hanya masa lalu ku sayang, aku tidak ingin membahas nya!""Oh mantan" Rani menundukkan kepalanya dengan bibir yang manyun."Aku tidak membalasnya kok, aku juga tidak tau dia dapat nomor baru ku dari mana.. Sudahlah jangan di bahas lagi"Rani sedikit membuang mukanya, terlihat kalau dia cemburu.Bagas tak ingin Rani sedikit pun merasa kecewa.Bagas beranjak memeluk Rani dari belakang dan menciumi leher Rani."Maafkan aku jika kamu cemburu" bisik Bagas di telinga Rani."Siapa yang cemburu??? aku biasa saja kok" Rani menjawab dengan nada sedikit tinggi."Masa sih... kok cemberut" goda Bagas sambil menciumi tangan Rani."Oh iya, Omong-omong terima kasih istriku yang cantik jelita sudah membuatkan kopi untuk ku" Bagas langsung mengalihkan topik, sambil menyeruput kopi nya.Rani melirik sedikit sambil cemberut.Bagas mencoba menggoda Rani lagi."slupp.. aaah nikmat sekali kopi buatan bidadari ku"Rani masih saja diam membisu, matanya hanya lurus memandangi taman di hadapannya."Baru hari pertama, aku sudah di buat cemburu, apa iya aku sudah mulai jatuh cinta pada mas Bagas? mengapa rasa ini tidak enak, setelah aku mendengar mas Bagas bilang Namira hanya masa lalu nya tadi! ah siapa sih Namira! apa sih isi pesannya! sebal sekali ah!" Rani mengomel dalam hatinya, wajahnya di tekuk saja dari tadi.Suasana menjadi hening, Bagas mengerti bahwa istri nya sedang cemburu.Di sisi lain, Bagas senang bahwa ini menandakan kalau Rani mulai ada rasa padanya. Tapi di sisi lain, Bagas memang tidak ingin membuat Rani sedih.Bagas mendekati Rani dan merangkulnya."Sayangku Rani... kita honeymoon ke luar negeri yuk, kamu mau kemana? atau tempat apa yang ingin kamu kunjungi? atau tempat yang belum pernah kamu kunjungi deh... aku akan mengabulkan nya""Atau kamu ingin berbelanja? apa yang kamu mau, aku beli kan! kamu mau tas baru? sepatu? atau mobil?" Bagas masih berusaha mencairkan hati Rani.Rani melirik dan tersenyum sedikitBagas mendekatkan wajahnya, dekat sekali dengan wajah Rani. Bagas menatap dalam-dalam mata Rani."Kamu mau apa?""Aku mau Kamu menjadi milikku seutuhnya" jawab Rani dengan mata yang penuh harap.Jantung Bagas terasa berdegup mendengar nya. Benar saja Rani cemburu.Bagas memeluk tubuh Rani dengan erat. Tangannya membelai lembut rambut Rani yang ikal bergelombang.Sesaat di peluk, perut Rani terdengar bunyi keroncongan.Bagas spontan melepas pelukannya, "loh kamu lapar?""Ya iya lah mas, ini sudah jam berapa? aku biasa sarapan tepat jam 7" jawab Rani agak ketus.Bagas meraih ponselnya, terlihat sudah pukul 09.45 pagi."Wah ini mah sudah jam makan siang mu ya hahaha"Bagas malah tertawa melihat Rani yang ngambek karena telat sarapan.Mereka berdua pun menuju ruang makan untuk sarapan.Rani tercengang melihat berbagai makanan di atas meja."Apa! ini sarapan atau acara hajatan mas?""Yaa, aku sengaja menyuruh bi Pinem menyiapkan semuanya. Agar kamu bisa dengan mudah memilih atau boleh menghabiskan semua." jelas Bagas yang hanya mengambil satu buah Roti di atas piringnya."Besok-besok ngga perlu seperti ini mas, aku manusia normal kok! segini banyak nya untuk apa? mubazir buang-buang makanan!"Sambil mengoceh Rani mengambil piring dengan nasi yang cukup banyak dan berbagai lauk pauk bervariasi.Tak lupa juga dia membuka toples kerupuk kulit kesukaannya."Wah ada kerupuk kulit juga mas, kok tau sih" tanya Rani sambil memakan kerupuk kulit itu."Kamu kira selama ini, aku tidak memperhatikan apa saja yang kamu makan? menu semua ini, ya yang biasa kamu pesan kan?" Rani terlihat sangat senang menyantap hidangan di hadapannya.....Pak Riko tiba-tiba datang membawa sebuah amplop.Bagas dan pak Riko terlihat sedang duduk berdua di ruang tamu, ntah apa yang mereka bicarakan.
Memandang pantai saat sunset memang dapat meningkatkan kekaguman.Mengalihkan sejenak, hiruk pikuk suasana ibu kota Jakarta yang tak lepas dari suatu pekerjaan yang melelahkan.Hari berganti malam, Mereka berdua memutuskan untuk dinner di sebuah Restoran lain, yang tak jauh dari penginapan nya.Kemanapun berjalan, Bagas terus menggandeng tangan Rani, seperti layaknya pengantin baru pada umumnya, yang sedang di mabuk asmara. Bagaimana dunia milik berdua.Lampu yang berkelap-kelip melingkari tiap sudut dinding atas restoran, membuat indah mata memandang.Tiap sudut ruang pun juga terdapat patung-patung khas Bali. Bagas memesan menu-menu yang mahal.Beberapa minuman manis dan air mineral sudah di hidang kan lebih dulu.Tak lama, pelayan pun mengantarkan pesanan nya.Ada Caviar Almas, dua piring daging kobe Wagyu, Bluefin Tuna atau di sebut tuna sirip biru, Jamur matsutake dan lobster. Mereka menyantapnya dengan lahap.Ada yang bergetar dari dalam tas Rani.Seketika, Rani merogoh ponsel
"Memang nya, kamu ngapain dia mas?" dengan tatapan tajam."Kamu keroyok?" tanya nya lagi."Bukan Bagas namanya kalau main keroyokan, satu lawan satu lah" jelas Bagas dengan ketus.Tidak di pungkiri, jika mengungkit kejadian itu, pasti benar-benar membuat Bagas marah dan kecewa lagi kalau mengingat nya.Terlihat wajahnya yang berubah menjadi merah padam, alisnya saling bertabrakan terlihat tegang.Di matanya penuh amarah dan kekecewaan."Waktu itu, sekitar 3 atau 4 tahun lalu.. Saat aku meminta nya untuk jujur, Namira bilang, kalau dia juga pernah menggugurkan kehamilan nya dengan laki-laki bajingan itu di belakang ku! itu benar-benar di batas dugaan ku.""Apa?! sampai hamil??" Rani membelalakkan matanya."Iya.. Kehidupan ku benar-benar hancur waktu itu, Karena aku berniat meminang nya pada minggu itu. Hampir 3 tahun aku bersamanya, tidak mungkin aku tidak memikirkan masa depanku dengan dia. Padahal, semua yang dia pinta selalu aku turuti. Tapi ternyata dia wanita jalang. Brengsek!"Ran
Rani membuka ponselnya, ada notifikasi masuk."Hai beb! aku mau ngajarin kalau aku di terima kerja di kantor suami kamu loh! besok hari pertama mu kerja.. cepat balik ya dan bawa oleh-oleh!" Pesan singkat dari Linda. Rani dengan mata yang berbinar senang, kedua sudut bibir menarik ke atas. "Wah beb! selamat ya!! aku jadi tidak sabar untuk pulang, sampai jumpa senin depan. love you!" jawab Rani.Rani dan Linda sudah bersahabat dari dia duduk di kelas 2 SMP.Dulu rumah Linda hanya beda blok dengan Rani, tapi setelah dia lulus SMK dia pindah ke kota Bandung.Tapi mereka bersatu kembali di perguruan tinggi saat kuliah.Kabar gembira itu membuat pagi Rani menjadi lebih semangat.Rani yang baru saja selesai di make up menjadi sangat narsis.Hari ini, Bagas dan Rani akan melakukan pemotretan di pinggir pantai.Bagas menghampiri Rani yang sedang asyik Selfie. Memberinya segelas susu hangat dan sepotong Roti kukus dengan selai kacang."Di makan dulu dong rotinya, dari tadi di diemin aja nan
Hari berlalu begitu cepat.Sepasang pengantin baru itu akhirnya akan kembali pada rutinitas sehari-hari, yaitu masuk kantor seperti biasa.Rani sudah bangun lebih dulu, mandi dan berdandan.Tapi, Bagas masih tertidur pulas di atas ranjang."Mas, mas.. sudah mau jam 6 loh. Bangun mas.."Rani mengusap usap lembut dada Bagas yang di biar kan nya terbuka. Terlihat dada yang bidang dan berbulu.Sesekali Rani mencium pipi suaminya itu, dan menutupi dadanya dengan selimut."Mas.. bangun yuk.. nanti telat.. " Masih belum ada respon.Rani beranjak dari tempat tidur, tapi tiba-tiba Bagas menarik tangannya hingga dia terjauh di atas dadanya."Aduh...." Rani membelalakkan matanya, melihat mata Bagas yang terbuka lebar."Ih udah bangun juga, tapi ga respon!" "Hehe, peluk dulu dong" Bagas membentangkan tangannya, dan mendekap Rani yang berada di sisinya."Udah cantik yaa.. semangat banget mau kerja.." Bagas menggoda."Iya dong! aku ga sabar mau ketemu Linda.""Oh, Linda.. pantas aja semangat bange
"Eh, Omong- omong gimana Ran, kok bisa kamu secepat itu luluh sama pak Bagas?" tanya Linda."Ya, kamu tau kan.. bagaimana selama sebulan itu dia kasih kejutan, dan cara dia yang tiba-tiba sudah kenal duluan sama orang tua ku.. ya kan? perempuan mana sih yang ngga klepek -klepek. ""Nah, jadi saat rasa ini aku sadari sudah mulai ada itu, sejak sehari setelah resepsi kemarin Lin. Waktu masih pagi - pagi banget ya! Mas Bagas dapat pesan dari mantannya, namanya Namira.." Lanjut Rani dengan wajahnya yang sedikit judes menyebut nama Namira."Hah? mantan? terus terus..." Linda kembali duduk di atas meja kerja Rani, terlihat seru dan penasaran." Iya, jadi pagi itu, aku habis buat kopi kan. aku tuh mulai terbuai sejak malam pertama Lin seperti nya. Ya, kamu ngerti lah namanya udah di telanjangi.. ngga mungkin aku ngga ada rasa.""Aaaaaaau" tiba-tiba Linda teriak begitu kaget, sampai Rani menutup mulut Linda."Ih, jangan teriak juga Linda!!" "Eh iya, maaf maaf. aku syok banget!! jadi kamu se
Rani membuka pintu ruangannya, menenteng kantong belanja berisi tas mini barunya.Tapi tak tampak kegembiraan pada wajah Rani.Dia masuk dengan wajah yang di tekuk, sambil memijat keningnya menaruh kantong belanja itu di atas meja."Kenapa kamu dateng -dateng mukanya di tekuk begitu" tanya Linda.Rani menunjuk dengan bibirnya ke arah kantong belanja berwarna merah muda motif bunga -bunga.Linda yang penasaran beranjak ke arah meja Rani, dan membuka kantong belanja tersebut."Wah, tas baru nih" Linda mengeluarkan tas mini berwarna cream tersebut.Sambil menimang -nimang tas baru itu Linda berkata "Dari pak Bagas ya? tapi kenapa kamu cemberut dapat tas baru? aneh nya!" Rani hanya bergeming, tangan kirinya memijat kening, dan tangan kanan membuka laptop.Linda yang bingung dengan Rani, kembali pada meja kerjanya.Linda terus memperhatikan Rani yang sesekali menundukkan kepalanya itu."Rani? denger aku tanya gak sih?"Rani mengangkat kepalanya, "iya aku dengar, ini aku pusing deh. Mas Ba
Infusan sudah hampir habis, Bagas menekan tombol di sambil ranjang untuk memanggil suster.Tak lama, beberapa menit kemudian, suster datang membawa dorongan berisi perlengkapan untuk mencopot infus di tangan Rani.Kondisi Rani sudah tidak demam lagi seperti baru pertama kali tiba di rumah sakit, suhunya menurun setelah di beri infus penurun demam.Bagas melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh menit. "Hampir jam 10 malam" Bagas bergumam dalam hati.Terlihat Rani juga sangat mengantuk, walaupun tadi dia juga sempat tidur saat di infus, tapi sedikit sedikit terbangun.Bagas, menanyakan pada Rani dengan tatapan yang penuh rasa bersalah, Bagas melihat sesekali Rani menelan ludah dan ingin muntah "Apa masih mual?" katanya."Masih mual mas, tapi aku lapar" "Kamu mau makan apa? biar kita cari setelah dari sini ya.." Suaranya lembut dan pelan.Makanan dan minuman yang di beli pak Joko tadi tidak ada satupun yang di makan oleh Rani. Rani masih tidak nafsu mak
Hidangan yang lezat dan banyak macam nya, tak membuat Rani ingin memakannya, semua orang tua sudah siap duduk di ruang makan. Tapi, lagi dan lagi Rani hanya ingin kentang goreng dan ikan goreng. Langkah Rani terhenti saat Bagas ingin menyiapkan kursi untuk nya duduk. "Mas, aku mau ke kamar aja ya, tolong bilang mba Pinem aku mau kentang sama ikan goreng di bawa ke kamar.. tolong ya mas" tangan kiri Rani terlihat memegang keningnya, sejak beranjak dari kursi tadi. "Kamu pusing ya? aku antar ke kamar ya" jawab Bagas dengan spontan. kedua tangan Bagas spontan merangkul bahu istrinya tersebut dengan sangat hati - hati. "Mah pah, maaf banget nih.. kayanya kalian makan aja duluan, aku temenin Rani ke kamar aja ya.." Bagas yang langsung berpamitan kepada semua tamu. "Kamu pusing ya nak, yaudah ngga apa- apa, yang penting kamu makan juga ya di kamar" celetuk ibu mertua Rani dari atas meja makan. Terlihat Bu Ratna hanya senyum - senyum melihat anak nya yang sangat di jaga oleh Baga
Mesti hari hampir larut, sekitar pukul 22.30 malam. Keluarga itu tetap berkumpul bersama di dalam ruang tamu sesuai permintaan CEO tampan itu. Mereka masih berselimut dengan rasa penasaran yang sama, "Ada apa sebenarnya yaa.." gumam Ratna ibunya Rani. "Mengapa mereka mengundang kesini, tapi mereka berdua tidak ada di rumah?" lanjutnya. Tak ada yang menjawab pertanyaan Bu Ratna, mereka semua sama -sama dalam keadaan yang penasaran. Sepanjang perjalanan menuju rumah Rani, ibunya memang memiliki perasaan tidak enak. Ada feeling terhadap kandungan Rani, Tapi dia tidak mau menerka - nerka, karena Rani juga tidak memberi kabar apapun setelah telfon hari itu. Dia hanya berharap kebaikan untuk putri semata wayang nya. Suara gerbang yang terbuka, terdengar dari dalam rumah. Mobil Bagas terparkir tepat di depan pintu masuk. Terlihat dari dalam, Bagas menggandeng tangan Rani masuk ke dalam rumah, dengan menenteng kantong obat. Ke empat orang tua berbarengan mengernyit kan dahinya
Kedua tangan Rani memegang ponselnya, sibuk memberi nama di kontak barunya, nomor baru Dokter puji.Di sampingnya ada Bagas yang setia merangkul Rani menuju loket pengambilan obat.Walaupun begitu banyak orang berlalu lalang dengan kesibukan dan keresahan nya masing -masing. Tapi, Seluas mata Bagas memandang hanya ada keindahan, dan kebahagiaan.Di dalam pikiran nya entah siapa dulu yang akan di berikan kabar bahagia tentang kehamilan Rani. Orang tua kandung nya atau mertuanya.Sampainya di loket, Bagas menyuruh Rani untuk duduk di kursi kosong yang jaraknya tidak begitu jauh.Sedangkan dia sendiri mengambil obat dengan kertas merah pudar di tangan nya."Kamu tunggu disini ya, biar aku yang kesana" Mata Rani tertuju pada tangan Bagas yang menunjuk ke arah loket obat.Loket itu berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat duduk Rani.Baru kali ini seorang CEO yang kaya raya mau terjun langsung, bahkan mengantri. Dari dulu Bagas selalu menyuruh, pak Joko atau pak Riko untuk melakukan ha
"Mas!!" Rani memanggil Bagas dengan wajah yang mulai tegang, Rani tak sabar mengapa Bagas lama sekali berdiri di depan suster."Mas Bagas..!!" panggilnya lagi.Bagas menoleh ke arah Rani, tapi Bagas hanya melambaikan tangan menandakan tunggu sebentar lagi.Rani menghela nafas melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuh nya di kursi.Rani mulai jengkel.Selang lima menit kemudian Bagas datang. Tanpa memberi Bagas sedikit ruai untuk bicara, Rani langsung lebih dulu menegurnya."Ngobrolin apa sih, lama banget!" Matanya berputar.Rani terlihat jengkel sekali saat itu."Maaf ya sayangku, tadi aku banyak bertanya tentang dokter terbaik di sini, untuk pemeriksaan pertama ini aku ngga mau salah dokter" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rani.Tapi Rani membuang mukanya ke arah samping."Maaf ya sayangku" Bagas berusaha membujuk Rani yang sedang ngambek.Tangan kiri Bagas merangkul bahu Rani, sesekali mengelus - elus bahunya, berharap emosinya mereda sebelum namanya di panggil
Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon
Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 menit.Rani yang sedang duduk di teras balkon melihat pemandangan di sekitar taman. Melihat - lihat bunga- bunga berwarna warni yang indah dan segar terawat.Sesekali dia mengecek ponsel nya. Membuka media sosial Instagramnya yang penuh dengan postingan tentang kehamilan, karena dari kemarin pencarian nya hanya seputar kehamilan."Hmmm... Bukan gamau ke dokter obgyn, tapi aku benar- benar ragu. aku ngga mau ngecewain mas Bagas kalau hasilnya ngga sesuai harapan." Gumamnya dalam hati."Apa aku tanya mama yah, pasti mama tau." Dia kembali membuka ponselnya, menekan nomor mama di ponselnya.Rani mulai mengetik pesan singkat."Mah, apa kabar? semoga mama baik - baik ya.. maaf aku ngga ngabarin hampir seminggu ini, dari kemarin aku sakit, dan sempat di bawa ke dokter dan di infus, nah tapi, orang dirumah nyuruh aku untuk tespek mah dan aku mencobanya mah, tapi hasilnya seperti ini"Rani mengirim foto tespeknya tadi pagi, terpampang ada garis 2, satu
Hari pun berganti malam, dan malam pun menghampiri pagi. Langit masih gelap gulita.Rani yang masih berada dalam pelukan CEO tampan itu menatap jam dinding yang persis berada di samping foto pernikahan mereka berdua di dalam kamar megah nya itu.Jam menunjukkan pukul 04.50 pagi."Masih subuh, hmmm aku deg - deg an mau tespek" Rani bergumam sendiri di dalam hatinya.Dia mengambil ponsel di laci yang berada di samping dipan nya itu, membuka google dan mengetik di pencarian tanda - tanda wanita hamil.Rani membaca dengan seksama, ada beberapa poin yang memang sedang di rasakan oleh Rani. "Tapi ngga semua poin aku rasain sih, kalau begini hamil ngga ya?" Dia meletakkan jari telunjuknya di dagu.Dia benar - benar polos untuk hal begini. Ini lah pengalaman yang tidak akan terlupakan oleh Rani. Pengalaman menggunakan tespek.Rani mencoba menggeser suaminya itu dari sisi nya. Dia berjalan pelan ke arah toilet, mengambil handuk yang di gantung dekat pintu kamar mandi. Rani menatap wajah bant
Barang yang di tunggu- tunggu akhirnya sampai juga di tangan Rani.Rani menaruhnya di atas wastafel toilet.Rani terpaku menatap cermin di dinding itu, raut wajahnya tersirat mengandung harapan besar.Suara dan gerak gerik mba Pinem terngiang -ngiang di telinga dan khayalan Rani, ("Biar lebih akurat, di pakai waktu ibu pipis pertama kali saat bangun tidur Bu, nah caranya seperti ini nanti")Wadah untuk menampung air pipis Rani pun sudah di siapkan bersama tespek tersebut.Sesekali Rani mengambil dan menimang box kotak berwarna putih biru, dengan tulisan Sensitif digital pregnancy test itu.Ragu yang melanda Rani, terselimuti dengan rasa penasaran nya.Jantungnya berdebar.."Besok akan aku coba deh, semoga hasilnya sesuai ekspektasi ku dan mas Bagas" gumam nya dalam hati.Rani kembali menatap cermin, menatap wajahnya yang polos tanpa polesan make up sedikit pun.Dia mencoba mengelus pipinya, dia mengingat - ingat dua bulan lalu, dia masih sangat ragu dengan Bagas.Tapi takdir berkata la
Pagi itu, Rani tiba- tiba saja seperti tidak sakit.Wajahnya terlihat fresh seperti tidak terjadi apa - apa tadi malam.Dia bangun jam tujuh pagi, bergegas ke dapur untuk membantu mba Pinem memasak.Mba Pinem yang sedang mencuci buah, melihat Rani yang datang sangat sehat merasa aneh."Loh Bu ngapain ke dapur, nanti kecapean Bu" kata mba Pinem menahan tangan Rani yang akan menceburkan tangannya ke dalam baskom isi buah."Aku udah ngga apa-apa kok mba, Alhamdulillah sehat. Kayanya obatnya cocok. Sini biar ku bantu. Hari ini aku juga ngga di izinin untuk masuk kerja sama mas Bagas." Mba Pinem ragu - ragu memberikan baskom isi buah itu, tapi dia tidak bisa menolak jika itu majikannya yang memaksa."Masak apa hari ini mba? " Tanya Rani pada mba Pinem yang sedang mengelap bagian kompor."Saya masak sayur bayam bening, ada ikan gurame goreng, perkedel kentang, saya juga masak gulai ayam kok Bu" jelas mba Pinem."Wah masak sebanyak itu, jam segini udah selesai ya mba""Kalau mba pulang kamp