Share

Bab 107.

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-01-31 22:00:55
107

Clara memperhatikan Sebastian dengan saksama. Wajah pria itu tampak menegang, seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat. Garis rahangnya mengeras, dan sorot matanya menunjukkan ketegangan yang tak biasa.

Clara mengerutkan kening. Rasa penasaran mulai menyelimuti benaknya. Apa yang sedang terjadi pada pria itu? Apakah dia sedang menghadapi masalah? Atau ada sesuatu yang mengganggunya?

Tak ingin larut dalam dugaan, Clara akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Dengan suara lembut, dia berkata, “Sayang, ada apa? Kamu terlihat gelisah.”

Pertanyaan itu membuat Sebastian mengalihkan perhatiannya kepada Clara. Sesaat kemudian wajahnya yang semula tegang, berubah menjadi tenang dalam sekejab. “Ada masalah kecil, sepertinya aku harus segera pergi,” jawab Sebastian.

Clara memicingkan matanya. Entah mengapa dia merasa Sebastian sedang menyembunyikan sesuatu. Clara tidak ingin terus merasa penasaran. Dan dia kembali bertanya, “Apakah masalah pekerjaan?”

“Ya, aku akan pergi bersama Ramon.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 108.

    Clara nyaris menjatuhkan ponselnya ketika mendengar suara di seberang. Tangannya yang semula normal kini berubah gemetar. Wajah cantiknya seketika memucat. Bahkan kakinya tidak dapat menopang anggota tubuhnya dengan benar. Apa yang yang baru saja dirinya dengar? Orang di seberang sana menyebut dirinya sebagai William? Apa itu tidak salah?Dengan menekan rasa terkejutnya. Clara kembali membuka suara. Dia harus memastikannya lagi, bahwa pendengarannya tidak salah."William?" Suara Clara sangat lirih, seakan tidak mau keluar."Ya, Sayang. Aku sudah sadar. Tapi kenapa orang pertama yang aku lihat bukan kamu. Kamu di mana? Kamu mengganti nomor ponselmu?" Sederet pertanyaan itu seketika mengguncang sudut hati Clara. Sesaat, dia merasa kebingungan, bagaimana caranya dia menjawab pertanyaan William.Terlintas dalam benak Clara untuk menutup panggilan secara sepihak. Namun, rasa-rasanya Clara tidak tega. Bagaimanapun, William adalah suaminya. Pria yang dinikahinya secara sadar dan tanpa paksaan

    Last Updated : 2025-01-31
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 109.

    Clara terdiam sejenak, tatapan matanya terpaku pada sosok William yang berada tidak jauh darinya. Sesaat tatapan keduanya bertemu. Jantungnya berdegup kencang, seakan waktu berhenti untuk beberapa saat. Perasaan yang bercampur aduk membuat pikirannya buntu, tetapi tubuhnya bereaksi lebih cepat daripada logikanya.Dengan langkah yang terburu-buru dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi, Clara bergerak mendekati William, seolah ada dorongan yang tidak dapat dia kendalikan. Setiap langkah yang dia ambil semakin memperjelas gejolak dalam hatinya—sebuah perasaan yang selama ini dia abaikan, tetapi kini tak dapat lagi dia bendung.“Liam, kamu sudah sadar?” Clara mengusap wajah William dengan tangan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Ya, aku sudah bangun. Kenapa kamu tidak memelukku?”Clara terkesiap, dia menyadari sesuatu. Bahwa dirinya bertindak sesuai dengan akal sehatnya. Dan entah mengapa Clara merasa ragu untuk melakukannya. Keraguan dalam dirinya semakin besar tatkala

    Last Updated : 2025-01-31
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 110.

    Clara dan William menoleh ke arah sumber suara dan melihat Julia dan Ben berdiri di ambang pintu masuk. Wajahnya tampah dipenuhi dengan amarah, terutama Julia. Lantas wanita itu berjalan cepat mendekati Clara."Kamu untuk apa datang kemari, ha?" bentak Julia sembari menunjuk-nunjuk wajah Clara.Mendengar itu, Clara merasa bingung, sekaligus terkejut."Siapa yang menyuruh kamu datang? Kami tidak butuh kamu!" teriak Julia lagi."Aku yang menyuruhnya datang," sahut William.Tatapan Julia beralih pada puteranya. "William, untuk apa kamu menyuruh dia datang? Apa kamu tahu apa yang sudah dia lakukan di belakang kamu selama kamu koma?" tanya Julia dengan nada penuh emosi."Apa maksud Mama?" Giliran William yang bertanya."Wanita ini sudah menjadi pemuas nafsu bosnya!" pekik Julia yang membuat semua orang termasuk Clara seketika membulat sempurna.Clara menggeleng. “Itu tidak benar!" seru Clara membela diri.“Apanya yang tidak benar?” Julia kembali mengalihkan perhatiannya kepada William. Kila

    Last Updated : 2025-01-31
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 111.

    Clara terhuyung ke belakang. Tubuhnya nyaris limbung, tetapi sepasang tangan sigap menangkapnya sebelum tubuhnya menyentuh lantai.“Nona, Anda tidak apa-apa?” Beruntung Suster Cintya datang tepat waktu.Clara menoleh dan melihat Suster Cintya sudah berada di dekatny sembari menopang pundaknya.“Terima kasih, Suster Cintya," ucap Clara.Melihat itu, Julia tampak kesal. Dia melengos begitu saja.Sementara William, semakin terkurung dengan emosinya. Pria itu kembali berteriak dengan sesekali menonyor kepalanya sendiri.Kondisi ini membuat Clara terasa perih. Terlihat sekali pria itu tidak dapat menerima kenyataan ini.Clara semakin terisak, situasi ini sungguh membuat Clara merasa sesak. Dia ingin mendekat, namun dia tahu, baik Julia atau pun Ben tidak akan mengizinkan. Banyak kata yang ingin Clara ungkapkan. Namun semua hanya tertahan di tenggorokan. “Sebaiknya kamu pergi dari sini!” usir Julia.Clara tidak menggubris wanita itu, dia hanya menatap William dengan ujung mata kemerahan. P

    Last Updated : 2025-01-31
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 112.

    Panas dan kebas menjalar ke area wajah Clara. Tamparan yang diberikan Sania begitu tiba-tiba, meninggalkan perih yang menyengat di pipinya. Clara terdiam, matanya membelalak, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dadanya berdegup kencang, bukan hanya karena rasa sakit yang menjalar, tetapi juga keterkejutan yang melumpuhkan pikirannya.Sania berdiri di hadapannya dengan napas memburu, matanya menyala oleh amarah yang sulit dibendung. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi suara tawa para pelayan kini berubah sunyi, hanya menyisakan ketegangan yang menggantung di udara.Clara mengangkat tangannya, menyentuh pipinya yang kini terasa panas. Dia menatap Sania, mencari jawaban dalam sorot matanya yang tajam."Kenapa?" Suaranya nyaris berbisik, bergetar oleh campuran rasa sakit dan keterkejutan.Namun, Sania hanya menghela napas panjang, lalu membuang muka. Ada sesuatu yang disembunyikannya—sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan daripada tamparan itu sendiri."Mom!""Jangan panggil aku Mom

    Last Updated : 2025-01-31
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 113.

    Sebastian duduk gelisah di ruang tunggu bandara, pandangannya terus terpaku pada layar informasi penerbangan yang menampilkan tulisan merah berkedip—"Ditunda." Dia menghela napas panjang, menekan rasa kesal yang semakin memuncak. Di luar, hujan turun deras, disertai angin kencang yang membuat landasan pacu basah dan berbahaya untuk lepas landas.Dia menggenggam erat ponselnya, dia tidak bisa menghubungi Clara lantaran ponselnya mati dan Sebastian lupa mengisi, itu lantaran dirinya sedang sibuk. Padahl dirinya ingin memberitahu Clara bahwa dirinya terjebak di bandara tanpa kepastian kapan bisa berangkat? Bahwa jarak yang memisahkan mereka semakin terasa panjang akibat cuaca yang tidak bersahabat?Sebastian menyandarkan kepalanya pada kursi, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. William telah bangun dari koma. Dan kabar itu diberikan langsung oleh orang kepercayaannya yang dia tugaskan untuk menjaga pria itu.“Sial!” Sebastian mengumpat dalam hati. Hatinya memanas, api cemburu

    Last Updated : 2025-01-31
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 114.

    114Di tengah kebingungannya, Clara akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya yang terletak di pinggiran kota Arbour. Hatinya dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Langkahnya terasa berat, tetapi tidak ada pilihan lain yang lebih masuk akal selain kembali ke tempat yang dulu memberinya rasa aman. Rencananya Clara akan menenangkan diri di sana selama beberapa hari.Sepanjang perjalanan, pikirannya terus berkelana, mengingat kembali percakapan terakhirnya dengan Sania. Kata-kata yang diucapkan wanita itu masih terngiang di telinganya, menggema tanpa henti. Bagaimana Sania bisa mengetahui semuanya? Dan dari mana Sania mendapatkan foto-foto itu?Kasus yang sama dengan Julia. Wanita itu memiliki foto tentang dirinya dengan Sebastian. Clara merasa ada seseorang yang sengaja melakukannya. Tapi siapa? Lama berpikir, tanpa terasa Clara nyaris sampai di tempat tujuan.Ketika bus yang ditumpanginya memasuki wilayah pinggiran kota, Clara melihat deretan ruma

    Last Updated : 2025-02-01
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 115.

    Ketegangan di dalam ruangan itu berlangsung lama. Isak tangis Rosalia memenuhi udara, mencerminkan kepedihan yang tengah dia rasakan. Dengan suara bergetar, dia terus melontarkan kata-kata penuh amarah, menyalahkan Clara atas apa yang telah terjadi.Clara hanya mampu berdiri membisu, menundukkan kepala sambil menahan air mata yang hampir jatuh. Setiap kata yang keluar dari mulut ibunya bagaikan bilah tajam yang mengiris perasaannya. Hatinya tercabik-cabik, tetapi dia tak memiliki keberanian untuk membela diri.“Bu, percayalah. Aku melakukannya demi William. Tidak ada niat lain.” Akhirnya Clara kembali membuka suara.“Omong kosong! Pasti ada cara lain. Dan pada akhirnya kamu sendiri yang menyakiti william.”Tatapan Rosalia dipenuhi kekecewaan yang mendalam, seolah tak ada lagi tempat bagi Clara di hatinya.Sementara itu, Clara merasakan dadanya sesak, di antara rasa bersalah dan luka yang semakin menganga. Keheningan yang menyelimuti mereka terasa menyesakkan, seakan dinding ruangan pun

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 252.

    Keesokan harinya, suasana rumah keluarga Abraham tetap dipenuhi semangat baru. Matahari pagi menyinari halaman luas, membelai kebun kecil tempat Kaisar biasa bermain. Burung-burung berkicau riang seolah turut merayakan kebahagiaan keluarga itu.Sebastian duduk di teras bersama Maxime, sambil menyeruput kopi hangat. Kaisar berlari-lari kecil di halaman, diawasi oleh Clara dan Lucia yang duduk di ayunan."Kaisar benar-benar menjadi pusat dunia kita sekarang," ujar Maxime, matanya tidak pernah lepas dari cucu buyut kecilnya itu.Sebastian tersenyum bangga. "Dia anugerah terbesar kami, Kek. Kami ingin membesarkannya dengan nilai-nilai yang sudah Kakek ajarkan."Maxime mengangguk pelan. Ia tahu, Sebastian bukan hanya berkata-kata. Ia melihat sendiri bagaimana putranya itu kini menjadi sosok pemimpin keluarga yang kuat namun penuh kasih."Kau tahu, Sebastian," kata Maxime setelah beberapa saat hening. "Aku sempat khawatir, ketika dulu semua terasa begitu kacau... Aku takut keluarga ini akan

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 251.

    Keesokan paginya, Sebastian dan Clara kembali mengunjungi rumah sakit. Mereka membawa beberapa barang kesukaan Maxime, seperti selimut hangat, buku bacaan, dan foto-foto keluarga yang telah dipilih Clara semalam. Mereka ingin membuat ruangan rawat Maxime terasa lebih nyaman, lebih seperti rumah.Ketika mereka memasuki ruangan, Maxime tampak sudah jauh lebih segar. Pipi tuanya mulai bersemu merah, matanya tampak berbinar meski tubuhnya masih tampak rapuh."Kakek!" seru Kaisar kecil yang diajak serta. Dengan langkah kaku, balita itu berlari menuju ranjang Maxime.Maxime tertawa kecil, suaranya serak. Ia membuka kedua lengannya. "Kemarilah, jagoan kecilku," katanya lembut.Kaisar memanjat ke atas ranjang dengan bantuan Clara, lalu memeluk Maxime erat-erat. Pemandangan itu membuat Sebastian dan Clara tersenyum haru."Terima kasih kalian sudah datang," ujar Maxime lirih, menatap Sebastian dan Clara dengan penuh kebanggaan."Kami selalu di sini untuk Kakek," jawab Sebastian, mengambil kursi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 250.

    Satu tahun berlalu, kehidupan keluarga besar Abraham terus dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan. Sejak penggabungan resmi antara Abraham Group dan Diamond Company, kedua perusahaan itu tumbuh pesat menjadi satu kekuatan bisnis yang mengagumkan. Di bawah kepemimpinan Sebastian Abraham yang penuh dedikasi, berbagai pencapaian baru terus diraih, mengukuhkan nama Abraham Group sebagai salah satu perusahaan terkuat di negara itu.Sebastian sendiri kini semakin disibukkan dengan berbagai agenda bisnis. Namun, di sela kesibukannya, ia tidak pernah melupakan keluarganya. Kaisar, putra kecilnya yang kini berusia dua tahun, menjadi sumber semangat baru dalam hidupnya dan Clara.Sementara itu, Dareen menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Dengan kerja keras dan ketekunan yang tidak pernah surut, ia akhirnya dipercaya oleh Sebastian untuk naik jabatan menjadi seorang manajer. Kenaikan itu bukan semata-mata karena hubungan keluarga, melainkan murni atas kegigihan dan kerja keras yang tela

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 249.

    Minggu-minggu berlalu sejak kepulangan mereka dari Swiss. Kenangan manis liburan itu masih hangat membekas dalam ingatan mereka. Foto-foto perjalanan dipajang di ruang keluarga, Kaisar bahkan masih tidur dengan Luzie, boneka sapi kecil yang kini menjadi sahabat tidurnya.Sejak liburan itu, Clara dan Sebastian mulai menerapkan kebiasaan baru yang mereka sepakati: satu akhir pekan setiap bulan sebagai “Hari Keluarga.” Hari itu menjadi waktu khusus yang tidak boleh diganggu oleh pekerjaan, urusan luar, ataupun janji sosial lainnya. Mereka hanya akan bertiga, melakukan apa pun yang mereka sepakati bersama.Pada bulan pertama, mereka memilih mengunjungi kebun stroberi di daerah Puncak. Kaisar begitu gembira bisa memetik buah sendiri, sementara Clara dan Sebastian duduk di bawah pohon rindang sambil bercakap-cakap santai.“Sebastian,” ujar Clara saat mereka duduk di tikar piknik, “aku merasa sangat beruntung. Bukan karena kita pernah ke Swiss, atau punya rumah yang nyaman. Tapi karena kamu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 248.

    248. Keesokan paginya, cahaya matahari musim dingin menyelinap lembut melalui jendela besar kamar hotel mereka. Clara terbangun lebih dulu. Ia bangkit perlahan, membiarkan Kaisar dan Sebastian masih terlelap di bawah selimut hangat. Ia berdiri di balkon, memandangi danau yang tenang, permukaannya memantulkan warna langit dan puncak-puncak bersalju.Tak lama kemudian, Sebastian keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah dan senyum di wajahnya. “Selamat pagi, nyonya Sebastian,” ujarnya sambil memeluk Clara dari belakang.Clara tertawa kecil. “Selamat pagi juga, tuan romantis. Si kecil masih tidur?”“Masih. Tapi kurasa tidak lama lagi. Bau sarapan khas Swiss di restoran bawah pasti akan membuatnya bangun,” jawab Sebastian.Mereka pun bersiap untuk menjelajahi hari terakhir liburan mereka. Rencana hari itu cukup sederhana: menikmati sarapan di hotel, lalu berjalan santai di sekitar danau Lucerne sebelum mengunjungi sebuah desa kecil di pegunungan yang terkenal dengan kerajinan tan

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 247.

    247. Clara dan Sebastian kembali menjalani kehidupan mereka yang normal, jauh dari gejolak emosi yang sempat menguji rumah tangga mereka. Kaisar tumbuh sehat dan ceria, menjadi pusat perhatian serta cinta di rumah itu.Setiap akhir pekan, mereka kerap mengunjungi perkebunan milik kedua orang tua Clara yang terletak di dataran tinggi. Perkebunan itu luas dan terawat, penuh dengan tanaman teh dan bunga-bunga yang tumbuh rapi. Udara di sana selalu segar, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru disiram embun pagi. Di tempat itulah Clara merasa paling damai.Meski kesibukan kerja kembali menyita waktu Sebastian, ia tidak pernah melewatkan waktu berkualitas bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa kebahagiaan rumah tangganya tidak bisa dibeli dengan kesuksesan semata. Oleh sebab itu, setelah melalui berbagai pertimbangan, Sebastian merancang satu rencana besar—liburan untuk mereka bertiga. Bukan liburan singkat ke luar kota, tetapi sebuah perjalanan ke luar negeri. Ia ingin memberi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 246.

    246. Beberapa minggu berlalu sejak pertemuan sore itu di taman. Hubungan antara Sebastian dan William mulai menemukan bentuk baru. Bukan sebagai rival, melainkan sebagai dua pria dewasa yang memilih saling menghargai, meskipun di masa lalu mereka berdiri di sisi yang berbeda. Kaisar, yang masih terlalu kecil untuk memahami kompleksitas hubungan orang dewasa, menerima kehadiran keduanya dengan gembira. Baginya, selama ada cinta dan perhatian, ia merasa utuh.Clara menyadari perubahan ini dengan rasa syukur. Bagi seorang ibu, tidak ada yang lebih melegakan daripada melihat anaknya dikelilingi kasih sayang, tanpa harus menjadi korban perselisihan orang dewasa. Namun di balik ketenangan itu, Clara tetap waspada. Ia tahu luka di hati William mungkin masih menganga, dan bisa saja berdarah kembali sewaktu-waktu.Suatu pagi yang cerah, Sebastian bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia mengenakan jas abu-abu rapi, sambil merapikan dasi di depan cermin. Clara masuk ke kamar membawa secangki

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 245.

    244Langkah kaki William terasa berat saat meninggalkan rumah Clara. Matahari mulai condong ke barat, memantulkan cahaya oranye yang suram di sepanjang jalan. Udara sore terasa pengap, seperti menyesakkan dadanya yang sudah lebih dulu penuh oleh kemarahan dan penyesalan.Ia mengemudi tanpa arah. Jalanan tampak kabur di matanya, bukan karena cuaca, melainkan oleh pikiran yang kacau. Kata-kata Clara tadi terus terngiang-ngiang di telinganya:“Kamu sendiri yang memilih jalan itu.”Ia tahu itu benar. Ia yang meninggalkan Clara, meninggalkan rumah, meninggalkan semua yang pernah dibangun bersama. Tapi saat itu, ia merasa tidak punya pilihan. Tekanan pekerjaan, pertengkaran kecil yang terus membesar, dan rasa tidak percaya diri sebagai suami membuatnya menjauh. Ia berpikir, dengan pergi, semuanya akan membaik.Ternyata tidak. Sejak berpisah, kehidupannya justru kosong. Ia mencoba menjalin hubungan baru, tapi tidak ada yang terasa seperti Clara. Bahkan saat bersama orang lain, pikirannya sel

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 244.

    243Sebastian duduk di beranda rumah mertuanya dengan perasaan lega bercampur haru. Hari itu adalah hari yang telah lama ia nantikan. Setelah sekian lama membuktikan ketulusan dan kesungguhannya, akhirnya restu yang selama ini terasa jauh kini datang mendekat. Richard dan Mariana—kedua orang tua Clara—akhirnya menerima Sebastian sebagai menantu mereka sepenuhnya.Perjalanan menuju titik ini bukan hal yang mudah. Sejak menikahi Clara, Sebastian harus menghadapi pandangan sinis dari Richard yang masih belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran pria lain menggantikan posisi William, mantan suami anaknya. Mariana pun, meskipun lebih lembut dalam bersikap, tetap menunjukkan jarak.Namun Sebastian tidak pernah menyerah. Ia datang setiap minggu, membantu apa pun yang ia bisa di rumah orang tua Clara. Ia tak pernah mengeluh saat disuruh memperbaiki keran bocor atau ikut memanen sayur di kebun belakang. Ia bersabar saat omongan Richard menusuk harga dirinya. Ia melakukan semua itu bukan demi puj

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status