"Yuhuuuy!!!!!" Teriak Bara ketika ia sampai di warung belakang sekolah yang sangat amat ia rindukan selama satu bulan ini.
"Wedeehh kakak guru nihh udah pada selesai tugas" sahut Alan menyambut kedatangan adik kelasnya yang hari ini mulai kembali sekolah seperti biasa.
"Salim dulu salim sama kakak-kakak guru" ucap Riza sembari menyodorkan punggung tangannya kepada orang-orang yang ada di warung belakang.
Genta memukul punggung tangan yang di sodorkan Riza. "Tunggu gue tahun depan! Bakal jadi kakak guru juga!"
"Aing doain maraneh supaya pada kuat mental ngurusin bocah SD," kata Riza.
Alan dan anak kelas 3 lainnya tertawa mendengar penuturan Riza, mereka jadi ingat tahun
Angin sore berembus tenang menerpa kulit putih Qiya yang sedang mengoprek ponselnya guna memesan gojek. Ia berdiri seorang diri di depan minimarket tak jauh dari alun-alun. Sempat melirik jam yang tertera di layar paling atas ponselnya, 15.40. Apakah selama itu Qiya jalan-jalan tanpa tujuan di sekitaran alun-alun bersama Rissa, Rena Dan Imel? Oh seperti biasa, Ajeng dan Sarah orang paling mager di ajak kemana-mana sepulang sekolah apalagi tanpa tujuan. Padahal rasanya, mereka hanya duduk di bangku alun-alun sambil minum es kocok milo yang mereka beli dekat masjid alun-alun. Sepertinya, mereka memang tidak sadar waktu karena keasikan ngobrol disana. Qiya tidak menghubungi Yasir untuk menjemputnya, ia tidak tau hari ini kakaknya itu masih sibuk mengurusi Laporan untuk sidang yang ting
Senyuman Bara sore ini terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Ia sangat senang dengan apa yang ia ketahui tentang Qiya satu minggu yang lalu.Hari ulang tahun gadis itu.Awalnya Bara hanya bertanya asal menanyakan tanggal lahir sang kekasih kepada Yasir, dan ternyata waktunya tinggal sebentar lagi. Yasir bilang, Qiya itu orangnya sering lupa dengan tanggal lahirnya sendiri, hal itu membuat orang di sekitar Qiya ikut melupakan hari spesial gadis itu.Hanya keluarga dan Raiya yang selalu mengingat tanggal spesial di hidup Qiya. Mungkin sekarang akan tambah dengan Bara orang yang berjanji akan sangat menghapal ulang tahun Qiya.Dengan semangat yang sangat menggebu, Bara pergi untuk mencari kado. Ia sebenarnya belum tau mau membeli kado apa, tapi ia harap tidak akan sulit mendapat sesuatu yang akan disukai oleh kekasih hatinya."Bar, ini udah keliling 2 kali nih lo masih belum kepikiran mau beli apa?" Tanya Riza. Ia menghembuskan nafasnya
Suasana kelas masih telihat sepi, hanya ada beberapa tas milik murid rajin di kelas Qiya. Gadis itu mendudukan bokongnya di kursi lalu merebahkan kepalanya di atas meja. Rasanya ia sudah berangkat sekolah siang, tapi tetap saja terasa kepagian. Memang susah kalau pengen datang telat di sekolah ini. "Hello epribadehh!!!" Saking malasnya, Qiya enggan mendongak untuk melihat siapa yang berisik di kelas sepi seperti ini. "Woy! Banguuunnn!!! Semangat dong! Kan udah tua!" Kata Irham, sang pelaku kebisingan yang sangat mengganggu Qiya. "Ish! Diem ih berisik!" "Masih pagi masa udah mau tidur?" "Terserah gue dong,"
Bel istirahat baru saja dibunyikan, para siswa mulai berhamburan untuk menikmati waktu istirahat yang hanya 45menit ini. Begitupun dengan Qiya dan teman-temannya. Mereka langsung beranjak menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah sangat lapar. Sesekali tawa Qiya terdengar kala Ajeng memulai aksi julidnya. Bukan julid yang menyebalkan, tapi julid yang malah terkesan candaan. Orang-orang yang mendengarnya pun ikut tertawa, korban sasaran julidnya juga tidak merasa tersindir karena mereka sudah paham karakter Ajeng. Qiya berjalan mundur menghadap Ajeng yang dibelakangnya karena tidak ingin melewatkan sedikitpun candaan Ajeng yang berjalan di belakangnya. Qiya tidak memperdulikan jika ia bisa saja menabrak orang karena tidak melihat depan. Dan benar saja, punggungnya membentur tubuh
Bukannya merasa tenang, Bara malah semakin gelisah ketika Qiya tidak menjawab pertanyaannya dengan benar. Gadis itu malah balik bertanya lalu sedikit-demi sedikit topik obrolan mereka di alihkan oleh gadis itu.Bara sadar, Qiya hanya menghindar dari pertanyaan yang melibatkan perasaannya. Bara paham, mungkin ia terlalu asing untuk menerima kejujuran Qiya apalagi mengenai perasaannya. Tapi, ia sangat butuh dan ingin tau tentang jawaban dari pertanyaannya itu."Prustrasi banget lah inimah,lama-lama membatin gini bisa kurus kering gue. Udah kurus makin kurus! Galucu juga kalo alasan gue membatin cuma karena cewek," sejak pulang dari mengantar Qiya, Bara tak henti-hentinya bermonolog sampai Bundanya heran sendiri."Kamu kenapa sih? Nyerocoosss aja dari tadi, gak kering tu mulutnya?" Tanya sang Bunda karena mulai jengah mendengar ocehan anak tunggalnya."Bunda, kalo cewek lagi suka sama seseorang itu tandanya gimana?"Bunda Bara men
Walaupun hatinya masih kesal dengan Yasir, pagi ini dengan terpaksa Qiya harus berangkat sekolah dengan kakaknya itu. Bahkan selama perjalanan menuju sekolah, tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka.Sampai di kelasnya, Qiya melihat satu susu kotak di atas mejanya. Siapa lagi kalau bukan Bara yang selalu memberinya susu kotak. Qiya menghela nafas, seketika otaknya kembali mengingat perdebatannya dengan Yasir kemarin.Qiya rasa, ia terlalu jahat kepada Bara. Tapi ia juga tidak tau harus apa. Untuk sekarang, mungkin Qiya akan mengikuti alurnya saja. Ia hanya akan menjalani semuanya, sampai ia bisa menentukan pilihannya.Setelah duduk di bangkunya, tangan Qiya meraih susu kotak itu lalu meminumnya dengan tenang sambil menonton grup idolanya yang baru saja comeback.
Seperti biasa, Qiya menunggu di jemput oleh Yasir di warung depan bersama Rena yang juga menunggu di jemput. Mereka mengobrol random dari mulai kegiatan sekolah yang telah mereka jalani hingga orang-orang mengesalkan yang sangat asik untuk dijadikan bahan gibahan.Berkali-kali Rena melihat layar ponselnya menunggu balasan dari jemputannya. Dan tak lama dari itu Rena pergi saat jemputannya sudah datang. Tinggalah Qiya seorang diri disana. Awalnya Rena menawarkan tumpangan untuk Qiya, kebetulan jalan rumah Rena memang melewati jalan rumah Qiya juga. Tapi Qiya terlanjur mengirim pesan ke Yasir untuk menjemputnya.Qiya mendengus kala pesannya tidak juga mendapat balasan padahal sudah terbaca. Mungkin Yasir langsung pergi menjemputnya. Qiya duduk di bangku pendek yang ada di warung depan, kakinya mulai merasa pegal karena terlalu lama berdiri.Maniknya menatap beberapa kendaraan yang berlalu lalang di jalan itu, hingga Qiya mendapati Fatur lewat dengan sa
"Kak, lo sama teh berbie sekarang gimana?" Tanya Qiya berbasa-basi. Yasir yang sedang memperhatikan mie yang ia rebus menoleh sebentar sebelum menjawab. Terdengar helaan nafas dari bibirnya. Ia bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan adiknya ini. Jika dijawab, ia dan juga Qiya mungkin akan sama-sama tersakiti. Jika tidak dijawab, ia yakin Qiya akan terus menanyakan pertanyaan yang sama sampai ia mendapatkan jawabannya. "Heh!! Denger gak?" "Heeh heeh,denger kok." "Ya jawabatuh" "Selesai!" "Apanya?" "Gue sama Fani selesai."