When something goes wrong in your life, just yell "plot twist!" and MOVE ON!
-Unknown
--
Suara tawa disertai percikan air, terdengar sangat jelas dari dalam kamar mandi yang pintunya tidak tertutup itu.
“Jadi, entar malam, Esa ikut ikut juga.”
Hening mengangguk dengan senyum mengembang sembari duduk memeluk kedua kakinya di dalam bathub yang berisi air hangat.
“Umi Ziah?” Genta bertanya kembali dengan tangan yang masih sibuk melepas kepangan rambut Hening yang panjang itu dengan lembut.
“Gak mungkin gak ikut, kalau Umi sih,”
Setelah selesai menggerai lepas rambut istrinya, Genta itu mengambil shower dan mengaliri rambut Hening dengan air hangat. Menuangkan shampo di tangannya dan membalurinya di kepala Hening, sedikit memberi pijatan di sana.
“Mas Genta, gak mau nyoba buka salon?”
“Salon? Lo mau gue bukain salon gitu?”
“Bukan! Mas Genta kalau mijat enak, sapa tau kan kalau buka salon, pe
Misery is love company -Unknown -- Kepulan asap putih menggumpal di depan bibir Genta, tak lama kemudian asap itu samar menghilang terbawa angin yang berhembus ringan siang ini. Hampir tiga tahun pria itu tidak lagi menyentuh gulungan putih itu karena Giana. Namun, kali ini seolah tidak ingin tau tentang apapun, Genta kembali terikat erat dengan jeratan nikotin yang sarat dengan candu itu. Bahkan kali ini, jarinya tidak pernah lepas sekalipun dengan benda putih itu ketika sedang bersibuk ria dengan pekerjaannya atau sedang duduk terpekur seperti saat ini. Sesekali ia menghentikannya jika hendak melepas rindu dengan Giana. Di luar itu, bibir Genta tak pernah lepas menghembuskan gumpalan berbau tembakau itu di manapun. Lastra sontak menggerutu dengan kesal, saat memasuki kamar Genta yang penuh dengan bau rokok yang lengket di pelosok kamar. Wanita itu segera membuka semua tirai serta jendela lebar-lebar, agar udara segar bisa bertukar de
In the End, we will remember not the words of our enemies, but the silence of our friends.– Martin Luther King, Jr. -- Genta keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek. Ia berdecak sinis saat melihat seorang wanita sudah duduk dengan santainya di tepi ranjangnya. Kepalanya pun menggeleng tidak habis pikir. “Kok bisa lo masuk sini?” “Aku udah ijin sama Mama, mau bicara sama Mas Genta.” “Heran gue, urat malu lo itu, disimpan di mana sih, Ra?” “Take it easy, Mas. Aku ke sini gak ada maksud apa-apa. aku cuma mau minta maaf ke kamu.” Genta berkacak pinggang dengan kesal. “Gue maafin! sekarang lo keluar dari kamar gue.” kakinya melangkah menuju walk in closet guna mengambil sebuah kemeja untuk dikenakannya. Ara segera menyusulnya masuk ke dalam walk in closet. “Cuma itu?” “Jangan berharap lebih Ra,” Genta memakai celana jeans lalu memakai kemeja yang sudah dipili
Don't let them drag you down by rumors just go with what you believe in. -Michael Jordan -- Hening kembali menguap seraya mengusap punggungnya. “Uwa, Hening capek!” “Kan udah Uwa bilang, tadi kaga usah ikut, di rumah aja istirahat! Lo kapan sih mau denger apa kata orang tua?” “Hega kan pengen es krim mekdih, Wa.” Sahut Hening mencebikkan bibirnya memasang wajah memelas minta di kasihani. Uwa Adil tadinya sudah mati-matian melarang Hening untuk ikut ke sebuah pusat perbelanjaan karena khawatir gadis itu akan kelelahan di jalan. Namun, pada saat taxi yang dipesan sudah ada di depan rumah, Hening dengan sigap merangsek masuk duduk di kursi penumpang di depan dan segera memasang sabuk pengaman. Gadis itu merengek, beralasan kalau anak yang ada di perutnya ingin makan es krim yang hanya di jual di dalam pusat perbelanjaan tersebut. Supir taxi yang mengantar mereka sampai lelah mendengar perdebatan antara kedua perempuan tersebut sep
Truth never damages a cause that is just-Mahatma Gandhi -- Genta tidak beranjak sedikitpun dari ruang inap yang saat ini di tempati Hening. Setelah melakukan beberapa tes yang dilakukan oleh psikiater, gadis itu ternyata mengalami gangguan kecemasan di karenakan trauma atau pernah mengalami peristiwa yang membuatnya stress. Terlebih saat ini Hening sedang hamil, adanya perubahan hormon yang tidak bisa dikendalikan dapat memicu terjadinya anxiety disorder nantinya. Dan jika tidak di kontrol dan diterapi sejak dini akan ada kemungkinan menjadi Generalized anxiety disorder (GAD). Karena itu, keluarga terdekat disarankan, harus selalu mendukung dan memberi pengaruh positif pada kehamilan Hening saat ini. Dan, menjauhkan gadis itu dari segala pemicu kecemasannya. Genta meminta orang tuanya agar pulang terlebih dahulu. Dan, berjanji akan menjelaskan semua duduk permasalahannya kepada mereka. Setelah berdebat c
True love is not a hide-and-seek game; in true love, both lovers seek each other.—Michael Bassey Johnson -- Terdengar sayup-sayup suara tawa dari kamar inap yang ditempati Hening saat ini. Ada seorang pria dengan setelan jas mahal yang sedang menjenguknya. “Jadi hari ini udah mau pulang?” tanyanya dengan santai, dan Hening mengangguk. “Cepet banget, emang udah pulih bener.” “Fisik Hening tu sehat kali, Wa, cuma gak boleh stress aja, kalau kelamaan di sini kwatirnya dianya tambah stress.” Jawab Esa. “Syukur deh, kalau lo udah baikan.” Dewa melirik arlojinya, lalu berdiri. “Kalau gitu gue balik, ada meeting bentar lagi.” “Sok sibuk banget lo.” Celetuk Hening. Dewa mengendik dengan tersenyum. “Namanya juga tanggung jawab, kalau elo jadi tanggung jawab gue, pasti deh, lo gue duluin di atas segalanya.” Hening mencebik “Halaah, bibir lo, WA, dari dulu manis manis pait bawaanya, kalau ada maunya aja manii
Death ends a life, not a relationship - Mitch Albom, Tuesdays with Morrie -- Hening duduk, terjaga dalam gelap, matanya tertutup dengan mulut tersumpal. Tak mampu bergerak karena kaki serta tangannya pun terikat erat. Hanya bisa menggeram keras tertahan di tenggorokan. Entah sudah berapa lama waktu terlewat. Hanya ada dingin serta sunyi yang tercekat. Tubuhnya awas, saat mendengar decit pintu terbuka, dengan suara wanita yang semakin mendekat berjalan ke arahnya. Ia mengenal suara itu. “Buka!” perintah wanita itu dengan ketusnya kepada seorang pria, sepertinya seorang pesuruh. Manik Hening mengerjab, menyesuaikan cahaya pagi yang menelusup dari celah dinding yang mengukungnya. Kain yang membalut mulutnya pun ikut terlepas. “Lo!” Hening menyipitkan mata, menggantung kalimatnya. Sedikit terkejut melihat wajah wanita di depannya. “Gue gak punya urusan sama elo!” “Tapi, gue punya!” Wanita itu menarik kursi dan duduk t
Maybe I can't stop the downpour, but I will always join you for a walk in the rain-Unknown--Esa mengumpat setelah mendapat telepon dari Riko Wajahnya merah dengan geram amarah.“Dewa! gue pinjam bodyguard lo, sama Om Abraham!” Ujar Esa tergesa menuju pintu sembari memakai jaketnya. Namun Reno menutup pintu dengan cepat.“Buat apa?” Sergah Reno. Pria itu bertanya karena dialah yang mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan gelap keluarga Lee.Detik itu juga tubuh Reno tersungkur. Esa menarik kerah baju pria itu dan menghempasnya di lantai.“Esa!” Hardik Dewa“Hening di markas preman timur, Wa.” Esa membuka pintu lalu berbalik. “Tanya Om Abraham tempatnya, gue duluan!”Esa berlari tergesa keluar di susul Genta di belakangnya.“Gue ikut, Sa!”Esa tak menjawab, pikirannya dan perasaannya sudah tidak enak, merasa kalut, pe
You opened my eyes, You opened the doorTo something I'd never known beforeAnd your love, Is the music of my heart By Nsync--Tiga bulan berlalu sejak kejadian penyekapan Hening. Gadis itu tertekan dan hanya termenung sendiri di kamar Genta dengan tatapan hampa di kediaman Abhiraja.Kehilangan Ayah dan bayinya dalam waktu bersamaan membuat Hening seperti kehilangan dirinya. Ada suster yang menjaga di kala siang, sesekali bergantian dengan Mama Ruby, jika Genta pergi ke showroom.Dan, setiap harinya, pagi juga malam, Genta dengan setia menyuapi istrinya itu. Terus mengajaknya berbicara tentang kegiatannya sehari-hari untuk menstimulus kinerja otaknya agar kembali kepada pikirannya.Seperti pagi ini, ia kembali menyuapi Hening sambil bercerita semua hal yang terjadi padanya, serta keluarganya."Jadi, Lastra semalam udah lahiran, bayinya cowok." Genta kembali menyuapkan sesendok bubur pada bibir istrinya.Man
Hening dan Genta baru saja pulang dari restoran untuk merayakan ulang tahun keempat putra sulung mereka. Hal yang pertama dirindukan oleh Hening adalah ranjang empuknya. Ia hanya ingin merebahkan diri dan meluruskan pinggang untuk mengusir penat. Lalu ke mana Gani saat ini? bocah kecil nan tengil dengan sifat tidak jauh dari papanya itu lebih memilih pulang ke kediaman Andreas. Kenapa ke sana? Karena Gani merupakan fans garis keras Giana, pria kecil itu layaknya stalker yang selalu ada di manapun putri sulung Zio dan Lastra itu berada. “Capek?” Tanya Genta dengan suara pelan, masuk ke kamar menyusul istrinya dengan menggendong pria kecil berusia 2 tahun yang sedang terlelap di pundaknya. Hening mengangguk dengan mengerucutkan bibirnya. Ia menghidupkan AC lalu merebahkan diri kemudian menarik selimut menutupi perut yang sudah membuncit. Genta meletakkan Heiga, putra kedua mereka pada box bayi dengan perlahan , lalu menghampiri istrinya. “Dedeknya gak rewel kan?” ucapnya memberi kecu
When life gives you a hundred reason to cry, show life that you have a thousand reasons to smile-Unknown--Genta keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk yang terselip di pinggang, Ia melewati Hening yang masih meringkuk berbalut bedcover menutupi seluruh tubuhnya. Berhenti sekilas, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju walk ini closet untuk mengenakan pakaianya.Setelah semua beres, ia keluar duduk di tepi ranjang, mengusap kepala Hening dengan lembut. “Ning, bangun dulu, sarapan.”Tidak kunjung mendapat respon, Genta menjepit hidung istrinya hingga gadis itu terengah, kehabisan nafas. Dan mau tak mau Hening terjaga saat itu juga, segera duduk dan melihat Genta sudah tergelak dengan puasnya.Namun, tawany segera berhenti karena tidak ada sedikit pun senyum yang tersemat di wajah istrinya itu.“Mama Ning, udah gak bisa di ajak becanda, entar cepat tua loh.”“Keluar gak!” Us
You make a new life by making new choices-Sean Stephenson--Sesampainya di rumah sakit, dokter menyarankan agar Hening berjalan-jalan kecil terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan gadis itu masih dalam tahap bukaan 2.“Kalau begini, besok-besok Mas Genta aja yang ngelahirin!” Dengan menahah nyeri Hening masih sempat-sempatnya bergalak ria dengan suaminya.Mereka sedang berjalan bergandengan tangan menyusuri taman yang ada di area rumah sakit. Keduanya berhenti sejenak untuk mengambil nafas saat Hening mengalami kontraksi. Setelahnya kembali berjalan lagi.“Iya, entar anak kedua dan seterusnya aku yang ngelahirin.”Manik Hening semakin terbuka dengan lebar mendengarnya. Giginya sudah mengatup rapat dengan kesal yang memuncak.“MANA BISA!” Hardik Hening kemudian berhenti lagi untuk menarik nafas.Sebenarnya Genta ingin sekali tertawa melihat istrinya yang sudah mengoceh tidak jelas itu, n
Happiness visits those who are able to wait-unknown--“Caesar aja ya, Mas …” Rengek Hening tiada henti kepada suaminya saat Genta baru saja pulang kerja.“Coba tunggu seminggu lagi ya … baru kita konsultasi lagi ke dokter.” Genta juga tidak henti membujuk.Usia kandungan Hening sudah hampir memasuki usia 41 minggu. Dan, masih belum ada tanda-tanda menuju persalinan.Hening sudah meminta agar dapat melakukakn operasi caesar dengan alasan khawatir bayinya akan kenapa-kenapa. Sedangkan Genta, selalu saja minta istrinya untuk menunggu, siapa tahu, bisa lahir secara normal. Genta beralasan, kalau Hening melahirkan secara caesar, istrinya itu harus menunggu lama jika akan hamil lagi.Di usia Genta yang hampir menginjak ke angka 34 itu, ia ingin memiliki anak banyak secepat mungkin. Karenanya Genta kurang setuju jika istrinya meminta untuk operasi.“Emang siapa yang mau, tiap tahun lahiran
If you want the answer, ask the question― Lorii Myers--Sepulang kerja, Esa mendapati pintu rumahnya masih dalam keadaan terbuka. Ia berdecak dengan sebal, melangkahkan kakinya dengan berat untuk masuk ke dalam. Di dalam ia mendapati adiknya tengah asik memenuhi mulutnya dengan satu bucket ayam goreng dari restoran cepat saji.“Lo, makan semua sendirian?” Ucap Esa dengan manik yang terbuka lebar, lalu menggeleng. “Lama-lama jadi bola, tinggal ngegelinding aja kalau jalan.”“KAK ESA!” Bentak Hening dengan bibir mengerucut kesal. “Pantas aja gak ada yang mau sama elo, tu mulut kalau ngomong jelek banget!” sindirnya.Esa mengeluarkan satu tawa sinis. “Siapa coba yang gak mau sama gue, cakep gini! Gue nya aja yang gak mau sama mereka.”Esa sudah melangkah menuju ruang tengah namun ia memundurkan langkahnya saat menyadari rambut adiknya yang masih basah. Lalu ia berenti s
Love is the first and most devious deceiver, the most seductive delusion― J. Earp--Meskipun Genta melarang istrinya untuk pergi ke tempat Esa, namun Hening bersikeras dan nekat pergi sendiri dengan menggunakan taxi, saat suaminya itu berangkat kerja.Asisten rumah tangganya, Ibu Mira dibuat kelimpungan sendiri. Wanita berumur 40 tahun itu segera menelepon Genta secepatnya saat Hening baru saja menutup pintu taxi untuk pergi dari rumah.Genta yang baru saja sampai, mendaratkan bokongnya pada kursi di ruang kerjanya. Sontak terkejut dan kembali berlari keluar berniat pergi ke rumah Esa, secepat mungkin. Jarak showroom Genta ke kontrakan Esa lebih dekat dari pada rumahnya sendiri, jadi otomatis Gentalah yang lebih dulu tiba di sana.Esa yang sedang memanasi motornya pun tekejut mendapati Genta yang tau-tau masuk ke perkarangan rumahnya,“Pak Genta ngapain?”“Adek lo belum datang kan?”&ldq
Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards ― Søren Kierkegaard--Hening menggoyang-goyangkan tubuh suaminya yang masih terlelap itu. awalnya hanya perlahan namun karena tidak ada respon, gadis itu lebih kuat lagi mengguncangnya.“Mas Genta bangun!”“Aku masih ngantuk, Ning! Setengah jam!” Ucap Genta tanpe membuka matanya dan menarik selimut untuk menutup seluruh tubuhnya.Hening mendengkus dengan sebal. “Ya udah, aku bisa kok pergi sendiri, beli es krim di mekdih!”Mulut Hening tidak berhenti menggerutu kesal sembari keluar kamar Usia kehamilannya kini sudah memasuki bulan ke lima. Tidak ada kendala yang berarti, hanya moodnya saja yang harus benar-benar dijaga, agar tidak mengalami stress.Genta yang mendengar hal itu sontak langsung bangkit mengejar istrinya yang sudah membuka pintu luar.“Ning, bukannya semalam masih ada 2 di kulkas?&r
Each new day has a different shape to it. You just roll with it.-Unknown--Suasana resepsi pernikahan Genta dan Hening diadakan dengan tema modern minimalis. Didominasi dengan warna pastel yang begitu lembut, dengan berbagai bingkai berwarna gold yang terkesan kontras membuat latar pelaminan terlihat elegan. Ditambah barisan bunga yang tersusun secara linear menjadikan visual yang ada semakin terlihat sempurna.Banyak tamu kenegaraan yang di undang, anggota legislatif, juga para pengusaha. Para tamu didominasi dari relasi papa Genta, serta beberapa sahabat dekat keluarga mereka.Tak banyak yang diundang dari pihak Hening, hanya keluarga besar dan beberapa kerabat serta tetangga dekat.Rasa bahagia serta sedih bercampur aduk di dalam hati Hening. Tak ada kedua orang tua yang menyaksikan resepsi mewahnya mebuat ada Sebagian relung hatinya yang kosong. Kali ini, yang mewakilinya adalah Esa serta Uwa Adil. Tidak bisa berharap lebih ba
You opened my eyes, You opened the doorTo something I'd never known beforeAnd your love, Is the music of my heart By Nsync--Tiga bulan berlalu sejak kejadian penyekapan Hening. Gadis itu tertekan dan hanya termenung sendiri di kamar Genta dengan tatapan hampa di kediaman Abhiraja.Kehilangan Ayah dan bayinya dalam waktu bersamaan membuat Hening seperti kehilangan dirinya. Ada suster yang menjaga di kala siang, sesekali bergantian dengan Mama Ruby, jika Genta pergi ke showroom.Dan, setiap harinya, pagi juga malam, Genta dengan setia menyuapi istrinya itu. Terus mengajaknya berbicara tentang kegiatannya sehari-hari untuk menstimulus kinerja otaknya agar kembali kepada pikirannya.Seperti pagi ini, ia kembali menyuapi Hening sambil bercerita semua hal yang terjadi padanya, serta keluarganya."Jadi, Lastra semalam udah lahiran, bayinya cowok." Genta kembali menyuapkan sesendok bubur pada bibir istrinya.Man