“Jawab aku, Kirey! Kamu masih menyukaiku?” tanya Sammy sekali lagi.
Kirey tidak ingin membahasnya. Biarlah, cintanya bertepuk sebelah tangan. Apa arti cinta baginya? Melihat pria yang dicintainya mencintai wanita lain saja itu sudah terasa menyakitkan hatinya. Dadanya terasa sesak.
“Sammy!” panggil Nania. Wanita itu, sekretaris pribadi Gio menghampiri Sammy, kekasihnya.
Sammy dan Kirey spontan menoleh ke arahnya. Sudah tidak ada lagi harapan untuk Kirey mengharapkan cinta dari Sammy. Bagi pria itu, Kirey hanya tak lebih dari sahabat. Sekarang, dia tak lagi memedulikan soal cinta. Sebentar lagi dia juga akan menikah dengan Presdir Gio, walau tanpa cinta.
“Aku akan baik-baik saja tanpa cinta. Bagiku, mencintainya terlalu menyakitkan,” ujar Kirey dalam hati.
Kirey beranjak pergi, meninggalkan Sammy tanpa menjawab pertanyaannya. Biarkan saja pria itu mati penasaran. Kirey tidak berniat memberitahukan perasaannya yang
Gio mendaratkan ciuman manis di bibir Kirey, sesuai perintah sang pengarah gaya, Ivan. Kirey agak terkejut karena tanpa aba-aba, Gio mendadak mengecup bibirnya. Lembut sekali. Saking lembutnya, Kirey pun membalas ciumannya dan membuat Gio terkejut. Dia tidak menyangka Kirey akan membalasnya.Biasanya, Kirey akan diam saja, kaku, dingin, dan tidak bergairah menerima ciuman dari Gio. Kali ini Gio merasakan sensasi berbeda. Kirey sungguh luar biasa. Dia memerankan perannya dengan sangat baik dan totalitas sebagai Ellena, pikir Gio.“Bagus!” puji Ivan.“Aku akan segera menyebarluaskan foto-foto ini di seluruh sosial mediaku. Biar kalian jadi pasangan paling viral zaman now,” Ivan memberitahu. Dia senang sekali dan merasa puas dengan hasil foto pre weddingnya.“Terserah. Lakukan saja sesukamu, Van,” Gio mempersilakannya. Dia sama sekali tidak keberatan. Tetapi, Kirey? Bagaimana dengannya?Kirey tidak memberikan koment
“Kirey, ada apa?” bisik Gio, setelah dia mencium bibir istrinya.“Aku… merasa tidak enak badan,” aku Kirey. Dia masih syok mendengar Sammy mengungkapkan cinta padanya.“Kalau kamu ingin istirahat, aku bisa menemanimu di kamar,” Gio menawarkan.“Tidak apa-apa, tidak usah,” tolak Kirey.“Lalu, kamu mau apa? Minuman segar?” tawar Gio lagi.“Aku hanya ingin duduk-duduk saja,” kata Kirey memberitahu suaminya.Gio mengerti. Dia segera membantu Kirey mencarikannya tempat duduk. Setelah Kirey duduk sambil menikmati minuman dinginnya, Nania datang menghampirinya.“Kirey, selamat ya. Sekarang kamu adalah istri Presdir Gio,” ucap Nania. Namun, nada bicaranya sedikit menyinggung dan terkesan tidak tulus, pikir Kirey.“Makasih, ya,” balas Kirey. Dia diam saja, pura-pura tidak tahu apa yang tengah disembunyikan sekretaris cantik itu di depa
Kedua bibir mereka saling bersentuhan secara tidak sengaja. Pandangan mereka pun saling beradu. Entah apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Keduanya terdiam cukup lama.Kirey mengedip-ngedipkan matanya seraya menghindari kontak mata. Sebisa mungkin, dia juga ingin menghindari kontak fisik dengan Gio. Sayangnya, ketika Kirey akan menyingkirkan tubuhnya dari Gio, pria yang sudah menjadi suaminya itu malah mencegahnya.Gio menarik lagi pinggang wanita itu sehingga kedua wajah mereka semakin berdekatan. Gio memerhatikan Kirey dari dekat. Tiba-tiba saja, tangan Gio refleks menekan leher Kirey dan dia mengecup bibir Kirey lagi. Sepertinya, Gio kecanduan berciuman dengan Kirey. Terasa manis. Apa itu karena di dalam benaknya dia masih menganggap Kirey sebagai Ellena?Gio bergerak cepat. Kini, Kirey sudah berada di bawah tubuhnya. Pria itu langsung menghujaninya dengan ciuman manis di bibir Kirey, sehingga membuat wanita itu luluh dan pasrah, menerima serangan Gio ya
“Entshuldigen sie. Was ist los? Sei ruhig,” ucap si bule Jerman itu lagi kepada Kirey. (Permisi. Ada masalah apa? Mohon tenanglah.)Kirey celingak-celinguk sendiri. Dia benar-benar kepayahan dan tidak mengerti maksud ucapan bule Jerman yang tatoan itu. Jika tahu bakalan kayak gini, seharusnya waktu SMA dulu Kirey tidak melewatkan pelajaran Bahasa Jermannya. Sekarang, baru terasa dia kesulitan berkomunikasi dengan orang asing. Makanya, penting sekali mempelajari Bahasa asing tuh. Kirey jadi sangat menyesal.Tenanglah. Jangan panik! Itu saja dulu. Kirey harus bersikap tenang di depan orang asing itu. Dia harus tampil percaya diri meski pun kini dia tengah gelisah, gundah, merana terpisah dari Gio. Kirey bisa berbahasa Inggris, kok. Gunakan saja Bahasa asing itu. Siapa tahu si bule mengerti sedikit demi sedikit maksud perkataan Kirey. “Can you help me? I’m looking for my husband. We’re separated here,” ucap Kirey agak gugu
“Tunggu, Gio!” cegah Kirey. “Apa kamu akan menyentuhku?” tanyanya.Astaga! Apa benar dia akan melakukannya? Kirey ada apa denganmu? Kenapa tadi dia menganggukkan kepalanya? Bukankah itu sama saja dia membuka peluang dan memberikan Gio lampu hijau untuk melancarkan aksinya?“Apa maksudmu Kirey?” Gio balik tanya.Kirey mengerjap-ngerjapkan matanya. Iya juga sih, pertanyaan apa yang sudah dilontarkan Kirey pada suaminya? Sudah jelas-jelas, Gio ingin bercinta dengannya. Kenapa Kirey malah ragu dan mempertanyakannya lagi?“Apa aku harus menjelaskan lebih detail lagi keinginanku malam ini, Kirey?” Gio agak kesal.“Ah, maksudku beri aku jeda waktu sebentar aja Gio. Aku belum siap-siap…” Kirey beralasan.Gio tidak mengerti maksud ucapan Kirey. Pernyataan konyol macam itu, Kirey? Gio tersenyum sinis pada Kirey. Dia itu jadi wanita polos sekali, pikir Gio. Tetapi, justru itulah daya ta
Keesokkan harinya, Gio sedang menyeduh kopi instan sambil menikmati pemandangan sekitar hotel pagi-pagi sekali. Setelah usai mengaduk kopinya dalam cangkir, dia berjalan membawa kopi dan iPadnya. Dia juga sudah berpakaian rapi dan duduk manis di balkon hotel sambil menunggu Kirey bangun dari tidurnya.“Astaga!” Kirey terbangun tiba-tiba. Matanya membesar. Lalu, dia mengingat-ingat kejadian semalam. Aish! Benarkah dia melakukannya? Bercinta dengan Gio semalam?Kirey menoleh ke samping. Aneh, Gio sudah tidak ada di tempat tidurnya. Apa jangan-jangan pria itu pergi meninggalkannya?“GIO!” panggil Kirey setengah berteriak. Dia masih menutupi tubuhnya dengan selimut kemudian beranjak dari tempat tidur.Sontak saja Gio menoleh. Setelah mendengar Kirey berteriak memanggilnya pagi itu. Ya ampun, Kirey?! Gio mendapati Kirey masih belum berpakaian.“Ada apa teriak-teriak?” tanya Gio. Matanya mengarah pada tubuh Kirey yang
“Gio, cepatan dong! Aku udah nggak tahan lagi,” desak Kirey setengah memaksa.“Sabar, Kirey. Memangnya mau ngapain sih?”“Aku kebelet mau pipis, nggak tahan lagi. Cariin aja restoran dekat-dekat sini,” pinta Kirey sambil menahan kencing. Gio celingak-celinguk mencari restorannya.Ah, kelamaan. Kirey langsung saja membawa Gio pergi mencari restoran. Setelah ketemu, Kirey menyuruh Gio duduk di sebuah meja, dekat jendela.“Tunggu aku di sini ya. Jangan ke mana-mana!” Kirey memerintah. Gio segera menuruti keinginan istrinya. Sambil menahan ketawa.Kirey bergegas menuju toilet. Setelah Kirey pergi, Gio menerima telepon masuk. Dari Kakeknya, Tuan Gilberto.Tuan Gilberto menyuruh Gio dan Kirey untuk segera pulang ke Tanah Air. Katanya, ada bisnis yang harus dikerjakan. Ada beberapa project yang akan bekerja sama dengan perusahaan yang dikelola oleh Gio. Sekaligus penobatan Gio menjadi Presdir tunggal
“Apa maksudmu, Ellena? Aku tidak mengerti ucapanmu?” tanya Gio. Dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Kirey.Gio saat itu sedang berbincang-bincang dengan Tuan Gilberto, membahas tentang perusahaan yang akan dikelola resmi olehnya. Namun, ketika Gio menerima panggilan telepon dari Kirey, dia segera mengalihkan dan memanggil Kirey dengan nama Ellena lagi.Saat itu Kirey tahu, bahwa Kakeknya Gio, Tuan Gilberto sedang berada dengan suaminya. Gio beranjak dari tempat duduknya. Dia berbicara dengan Kirey di ruangan lain, agar Tuan Gilberto tidak mencurigai kebohongannya. Antisipasi saja.“Di mana Bapakku, Gio?” tanya Kirey sekali lagi.Nada suaranya terdengar panik dan harap-harap cemas. Dia tidak bisa menunggu dan harus segera mengetahui keberadaan keluarganya sekarang, detik ini juga.“Bukankah mereka ada di rumahmu?” Gio memastikan.“Apa?” Kirey membelalak.Apa Gio tidak mengetah
“Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya
Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s
“Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka
Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka
Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen
“Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G
“Gio, tolong aku! Perutku rasanya seperti diobok-obok,” keluh Kirey.“Tuh, kan! Apa aku bilang. Seharusnya kamu nurut sama aku, Kirey. Kita harus segera pergi ke dokter untuk memastikan keadaan perutmu,” Gio panik. Di tengah kepanikannya itu dia malah kelihatan sewot dan membuat Kirey tambah emosi.“Iya, nanti. Sekarang aku lapar banget. Kita makan dulu aja. Habis itu baru ke dokter,” tawar Kirey. Dalam keadaan darurat seperti ini bisa-bisanya Kirey menawar, ingin makan dulu sebelum pergi ke dokter.Ckckck. Gio berdecak. “Ya udah, buruan! Sekarang kita makan dulu,” ajak Gio sambil memegangi tangannya. Membawa Kirey masuk ke café and resto yang mereka tuju.Kirey duduk di sofa, di sebuah ruangan VIP yang khusus dipesan oleh Gio. Agar mereka lebih leluasa dan mengantisipasi jika terjadi mual-mual lagi pada Kirey. Nggak banget kan pada saat menyantap makan siang, tiba-tiba Kirey mual-mual di depan umum.
“Aku? Ah, aku hanya mencari udara segar di sana,” Kirey menutup-nutupi. Dia terpaksa berbohong. Dia tidak ingin Gio tahu jika dirinya tengah bersama Sammy tadi. Bisa salah paham nantinya.“Ini kan masih pagi?” Gio heran.“Justru itu. Mumpung masih belum terik aku berjemur dulu di atap. Sinar mentari pagi itu kan bagus untuk kesehatan tubuh,” Kirey beralasan.Aish! Ngomong apa dia? Kenapa bicaranya jadi ngalor ngidul begini sih? Kirey jadi salah tingkah. Namun, dia berhasil menutupinya dengan sangat rapi. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan pada diri Gio.Gio tersenyum. Dia maju dua langkah tepat di depan Kirey. Lalu, mencubit pipi Kirey gemas. “Yang penting jaga kesehatanmu, Sayang. Jangan sampai sakit, ya,” Gio menasihati. Sikap Gio disaksikan banyak orang, terutama pengikutnya yang berada di barisan belakang.“Kalau gitu, aku kembali dulu ke ruanganku,” Kirey pamit pada Gio. Karena dia
Kirey malu mengakuinya di depan Gio. Dia membuka pintu kemudian segera masuk ke kamar. Kalau bisa dia ingin bersembunyi di bawah selimut atau menutupi wajahnya dengan bantal. Aish! Kirey menutup wajah dengan kedua tangannya saja.Ceklek!Gio menutup pintu kamarnya, menguncinya dari dalam. Tiba-tiba Gio melepas tangan istrinya kemudian mencium bibir Kirey dengan sangat lembut.Deg!“Gio tunggu sebentar!” cegah Kirey. Dia melepas ciuman Gio.Kirey merasa belum siap mendapat serangan mendadak dari Gio. Namun, Gio sama sekali tidak memedulikannya. Dia terus melancarkan aksinya.“Kirey, kenapa kamu selalu saja membangkitkan gairahku?” ujar Gio dengan nada suara mendesah-desah manja. Ala-ala pria dewasa yang sedang ingin bercinta.“Apa?” Kirey membelalak.“Ya, aku selalu tergoda olehmu, Sayang.”Kirey selalu dibuat berdebar-debar oleh Gio. Ciuman panasnya selalu membuat Kirey ber