Gio dan Sephia masuk ke kamar hotel. Saat itu, si wanita penggoda sudah tak tahan lagi dengan sikap Gio yang sedari tadi mengabaikannya. Sejak mereka bertemu lagi hari ini, setelah Gio menikah dengan Kirey.
Aneh sekali. Ini kali pertamanya Gio nyuekin wanita secantik Sephia, sang pengacara kondang yang kerap kali membantunya mengatasi semua permasalahan hukum baik secara pribadi mau pun perusahaan.
Meski pun kini, Gio agak sulit untuk didekati, Sephia tidak menyerah. Dia akan berusaha merayunya lagi. Malam ini, pokoknya Gio harus jatuh ke pelukannya, tekad Sephia.
“Sayang, ayolah! Apa kamu tidak mau bercinta denganku malam ini?” bujuk Sephia dengan rayuan mautnya. Tangan wanita itu sudah menjelajahi seluruh tubuh Gio dan hendak membuka ikat pinggang yang menempel di celana Gio.
“Sephia, hentikan!” cegah Gio. “Aku ke sini untuk mengakhiri hubungan rahasia kita,” tegasnya.
“Tidak! Aku tidak mau,”
“Ngaco! Siapa yang cemburu?” gerutu Kirey sambil berlalu pergi. Dia kesal sekali karena berbicara dengan Gio bukannya menyelesaikan masalah malah memperkeruh keadaan. “Kirey, aku belum selesai bicara!” seru Gio. “Aku tidak mau dengar lagi!” Kirey menutup telinganya dengan kedua tangan. Lalu, dia mempercepat langkahnya. Dia segera masuk ke dalam kamar. BRUUUKK! Pintu kamar dibanting Kirey dengan sekuat tenaga. Astaga! Sampai Gio mengelus dada dan hampir jantungan. Kuat sekali tenaga Kirey kalau lagi marah. Gio berkacak pinggang sambil berujar, “Ya ampun! Ada apa dengan wanita itu?” “Aish! Kenapa menikah bisa merepotkan seperti ini?” Gio tampak menyesal. Ckckck. Sebelum menikah, Gio bisa duduk santai dengan nyaman dan tenang di rumahnya sendiri. Namun, keadaan berubah setelah ia menikah. Suasana rumah terdengar ramai setelah dia bertengkar dengan Kirey. Kisruh. Tidak ada lagi ketenangan batin dalam rumah tangganya. Padahal usia p
“Kamu nggak lihat kalau aku sedang bekerja?” hardik Kirey. Dia mengeluarkan kata-kata agak kasar pada suaminya di depan rekan-rekan yang satu ruangan dengannya.Sammy terkejut melihat reaksi Kirey saat Presdir Gio menghampirinya di ruang kerjanya.“Jadi kamu sengaja mengabaikan teleponku, hah?” Gio marah sekali pada Kirey. Karena sedari tadi, Gio menghubungi Kirey tidak pernah bisa.“Aku tidak main ponsel saat sedang bekerja. Apalagi itu telepon nggak penting,” Kirey beralasan.“Apa kamu bilang?” Gio geram sekali dengan sikap Kirey. “Jadi, kamu anggap telepon dariku tidak penting?”Sepasang suami istri itu bertengkar hebat di depan para staf pegawai, nyaris menggemparkan seisi kantor. Gio menarik lengan Kirey keluar dari ruangannya.“Ikut aku!” paksa Gio. Kirey tidak bisa menepisnya. Lengannya mencengkeram sangat kuat di pergelangan tangan Kirey.“Auw! Sakit
Gio kesal sekali melihat Kirey dan Sammy begitu akrab di tempat kerja. Ada perasaan tidak suka, tidak senang, bercampur amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya. Bergejolak seperti terbakar api. Panas namun tak kasat mata. Cemburu kali.Cemburu? Mungkinkah Gio juga mulai merasa cemburu pada Sammy? Pria yang lebih muda darinya, yang kini tengah mendekati istrinya, Kirey. Ah, mereka kan hanya bersahabat. Gio ingin meyakininya seperti itu. Tetapi, sepengetahuannya, persahabatan di antara pria dan wanita dewasa itu tidak pernah ada.Kalau pun ada kecil kemungkinannya. Pasti ada salah satunya atau malah keduanya memiliki perasaan tertentu. Karena adanya rasa nyaman, saling memiliki dan saling melengkapi. Sebuah perasaan yang berawal dari persahabatan berubah menjadi cinta. Mungkinkah?Perasaan yang sama. Seperti yang Kirey rasakan ketika dia melihat Gio dengan wanita pengacara itu. Cemburu, seperti itulah yang mereka rasakan saat ini. Apa keduanya sudah mulai jatuh
Gio masih memandangi tubuh seksi istrinya. Spontan, Kirey menutupinya dengan kedua tangan yang menyilang di dada. Gio tersenyum sinis. “Kenapa harus ditutupi? Aku sudah pernah melihat tubuhmu secara keseluruhan.”“A-apa?” Kirey kaget mendengar perkataan Gio yang dirasanya terlalu vulgar untuk diucapkan.Gio menggeser posisi duduknya. “Kenapa kamu sekaget itu, Kirey? Kamu lupa kalau kita pernah bercinta di Zurich,” Gio mengingatkan.“I-itu… karena bulan madu kita,” Kirey jadi salah tingkah. Sampai-sampai dia tidak tahu harus berkata apa. Yang terlontar malah kalimat tidak penting yang membuat Gio tersenyum mendengar perkataan polos istrinya.“Lalu, sekarang apa kita bisa mengulangi malam bulan madu kita?” goda Gio.“Gi-Gio!” seru Kirey malu-malu. “Kamu tidak menjawab pertanyaanku. Kamu udah makan atau belum?” tanyanya sekali lagi. Alihkan perhatiannya.
Sammy menepis tangan Kirey. Dia menolak untuk diobati. “Biarin aja, Kirey,” kata Sammy ketus.“Biarin gimana? Lukamu itu sangat dalam. Kalau tidak diobati nanti bisa infeksi,” Kirey ngotot. Dia keukeuh ingin mengobati tangan Sammy.Kirey meraih tangan Sammy lagi, lalu dengan cekatan dia mengobati luka di tangan Sammy. Mengoleskan obat merah lalu memberinya perban dan plester.“Kok bisa kayak gini, memangnya kamu terluka karena apa?” Kirey ingin tahu.“Aku… ah, itu… tidak sengaja cermin di kamarku jatuh dan pecah. Lalu, aku membereskannya. Sebagian pecahan kacanya itu menggores tanganku,” Sammy beralasan.Deg!Benarkah begitu? Kok rasanya ada yang aneh dengan alasan yang dibuat Sammy. Kirey merasa Sammy sedang mengarang sebuah cerita untuk mengalihkan perhatian.“Begitu rupanya,” ujar Kirey.Kirey tak lagi banyak bicara dan mempertanyakannya kembali. Jawab
“Pelankan suaramu, Gio! Nanti semua orang bisa dengar,” kata Kirey. Dia langsung menutup mulut Gio dengan tangannya. Dia juga celingak-celinguk sendiri di pantry, memastikan bahwa tidak ada orang lain selain mereka berdua di sana. Aman. Kirey baru melepas tangannya. Fiuh! Untung tidak ada siapa-siapa di sana. Gawat kalau sampai ada yang mendengar pembicaraan mereka, pikirnya. “Dengar apa Kirey? Di sini nggak ada orang selain kita berdua,” Gio memastikan. “Nggak bakalan ada yang tahu kalau kamu sekarang sedang hamil.” Ssssttt! Lagi-lagi Kirey membungkam mulut Gio. Heran, ember banget sih tuh mulut! Kirey agak kesal karena Gio tidak bisa menutup mulutnya. Lagian, itu kan belum tentu. Hanya baru dugaan Gio saja. Kirey mual-mual bukan berarti itu gejala hamil, kan? Bisa saja masuk angin biasa. Gio, jangan berlebihan ah! “Eh, Kirey!” panggil Gio. “Kamu tidak ingin memastikannya?” tanyanya. “Caranya?” Kirey mengerutkan kening. “Ya… kita lang
“Apa kamu tahu selama ini bapakku berada di sel tahanan?” Kirey mulai menginterogasi Gio. Tatapannya tajam menyimpan kekecewaan. Dia merasa Gio menyembunyikan fakta itu darinya.“Kirey dengerin aku dulu,” Gio mencoba menjelaskan. Tiba-tiba, Tuan Gilberto memotong pembicaraan mereka.“Sebaiknya kalian selesaikan permasalahan ini. Jangan biarkan sampai berlarut-larut. Dengar Ellena! Ah, maksudku Kirey. Asal kamu tahu, orang tuamu itu sudah membawa kabur banyak uang perusahaanku. Dia tersangka utamanya. Camkan itu!” Usai memperingatkan Kirey, Tuan Gilberto segera pergi meninggalkan rumah cucunya, Gio.Tuan Gilberto melirik ke arah Kirey agak sinis. Dia juga bergumam sambil berlalu pergi. “Berani-beraninya gadis tidak tahu malu itu masuk ke dalam anggota keluargaku,” ucapnya terlihat kesal.Deg!Sudah Kirey duga sebelumnya. Cepat atau lambat Tuan Gilberto pasti mengetahui jati dirinya sebagai Kirey. Bukan
“Kamu tahu namaku, bukan? Jadi, panggil namaku dengan benar,” Sephia bisa saja marah karena Kirey memanggil namanya dengan seenaknya. Huh, mentang-mentang dia sudah menjadi istri sah Presdir Gio, lagaknya sok banget, cibir Sephia.“Ah, iya. Namamu Sephia, kan? Nama panjangmu adalah… ‘kesephian’. Ups! Apa aku salah lagi menyebutkan namamu?” ejek Kirey. Entah kenapa dia kesal sekali pada wanita yang dandanannya menor itu. Riasan wajahnya mirip tante-tante girang pemangsa pria tampan, pikirnya asal-asalan.Kurang ajar! Sephia langsung naik pitam. “Hati-hati kalau bicara dasar gadis kampungan!” hardik Sephia. Dia geram sekali dengan ejekan Kirey.“Oh, jadi kamu merasa tersinggung dengan ucapanku?” ledek Kirey lagi. “Maaf deh kalau begitu. Tapi, bagus juga sih kalau kamu cepat nyadar.”Jelas sekali nampak di raut wajah Sephia, jika dia memang tersinggung dengan sindiran pedas yang d
“Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya
Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s
“Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka
Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka
Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen
“Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G
“Gio, tolong aku! Perutku rasanya seperti diobok-obok,” keluh Kirey.“Tuh, kan! Apa aku bilang. Seharusnya kamu nurut sama aku, Kirey. Kita harus segera pergi ke dokter untuk memastikan keadaan perutmu,” Gio panik. Di tengah kepanikannya itu dia malah kelihatan sewot dan membuat Kirey tambah emosi.“Iya, nanti. Sekarang aku lapar banget. Kita makan dulu aja. Habis itu baru ke dokter,” tawar Kirey. Dalam keadaan darurat seperti ini bisa-bisanya Kirey menawar, ingin makan dulu sebelum pergi ke dokter.Ckckck. Gio berdecak. “Ya udah, buruan! Sekarang kita makan dulu,” ajak Gio sambil memegangi tangannya. Membawa Kirey masuk ke café and resto yang mereka tuju.Kirey duduk di sofa, di sebuah ruangan VIP yang khusus dipesan oleh Gio. Agar mereka lebih leluasa dan mengantisipasi jika terjadi mual-mual lagi pada Kirey. Nggak banget kan pada saat menyantap makan siang, tiba-tiba Kirey mual-mual di depan umum.
“Aku? Ah, aku hanya mencari udara segar di sana,” Kirey menutup-nutupi. Dia terpaksa berbohong. Dia tidak ingin Gio tahu jika dirinya tengah bersama Sammy tadi. Bisa salah paham nantinya.“Ini kan masih pagi?” Gio heran.“Justru itu. Mumpung masih belum terik aku berjemur dulu di atap. Sinar mentari pagi itu kan bagus untuk kesehatan tubuh,” Kirey beralasan.Aish! Ngomong apa dia? Kenapa bicaranya jadi ngalor ngidul begini sih? Kirey jadi salah tingkah. Namun, dia berhasil menutupinya dengan sangat rapi. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan pada diri Gio.Gio tersenyum. Dia maju dua langkah tepat di depan Kirey. Lalu, mencubit pipi Kirey gemas. “Yang penting jaga kesehatanmu, Sayang. Jangan sampai sakit, ya,” Gio menasihati. Sikap Gio disaksikan banyak orang, terutama pengikutnya yang berada di barisan belakang.“Kalau gitu, aku kembali dulu ke ruanganku,” Kirey pamit pada Gio. Karena dia
Kirey malu mengakuinya di depan Gio. Dia membuka pintu kemudian segera masuk ke kamar. Kalau bisa dia ingin bersembunyi di bawah selimut atau menutupi wajahnya dengan bantal. Aish! Kirey menutup wajah dengan kedua tangannya saja.Ceklek!Gio menutup pintu kamarnya, menguncinya dari dalam. Tiba-tiba Gio melepas tangan istrinya kemudian mencium bibir Kirey dengan sangat lembut.Deg!“Gio tunggu sebentar!” cegah Kirey. Dia melepas ciuman Gio.Kirey merasa belum siap mendapat serangan mendadak dari Gio. Namun, Gio sama sekali tidak memedulikannya. Dia terus melancarkan aksinya.“Kirey, kenapa kamu selalu saja membangkitkan gairahku?” ujar Gio dengan nada suara mendesah-desah manja. Ala-ala pria dewasa yang sedang ingin bercinta.“Apa?” Kirey membelalak.“Ya, aku selalu tergoda olehmu, Sayang.”Kirey selalu dibuat berdebar-debar oleh Gio. Ciuman panasnya selalu membuat Kirey ber