Elena menghela napas panjang sebelum menjawab,"Karena aku mencintaimu, Henry. Aku tahu kamu bukan kakak kandungku, aku juga tahu kalau aku bukan anak kandung Lord Foxmoore. Aku hanyalah anak angkat di rumah ini."Sontak saja hal itu membuat tidak hanya Henry saja yang tercekat, tapi semua yang ada di ruangan itu, termasuk juga Lord dan Lady Foxmoore.Elena menghela napas panjang sebelum menjawab,"Karena aku mencintaimu, Henry. Aku tahu kamu bukan kakak kandungku, aku juga tahu kalau aku bukan anak kandung Lord Foxmoore. Aku hanyalah anak angkat di rumah ini."Sontak saja hal itu membuat tidak hanya Henry saja yang tercekat, tapi semua yang ada di ruangan itu, termasuk juga Lord dan Lady Foxmoore."Elena! Jangan asal bicara kamu!" Lord Foxmoore berderap maju untuk menarik Elena, namun Victorino menghadangnya,"Hadapi saya dulu!" geramnya.Tidak mau menimbulkan banyak spekulasi lagi, akhirnya Duke William pun mendekati teman sesama bangsawannya itu,"Tolong kalian tinggalkan tempat ini
Hal yang terlewatkan oleh Erasmo dan Victorino. Mereka hanya melihat garis besarnya saja, melihat kemungkinan besarnya saja tanpa terlintas sama sekali dipikiran mereka kalau Elena adalah anak hasil dari selingkuhan Lord Foxmoore bersama dengan wanita lain."Lalu kenapa uang warisan Elena dalam jumlah besar perlahan-lahan berkurang, bahkan hingga terakhir saya cek jumlahnya hanya tinggal setengahnya saja, kenapa?" tanya Victorino lagi."Karena perusahaan kami sedang diambang kebangkrutan. Dari sana kah suntikan dana itu berasala, Dad? Apa Daddy mengambilnya dari uang Elena?" tanya Henry sambil menyipitkan kedua matanya pada orangtuanya itu. Ia tahu betul perusahaan mereka pernah berada di ambang kehancuran.Lord Foxmoore menunduk dalam saat menjawab, "Ya, maafkan Daddy, El. Tapi Daddy janji Daddy akan segera menggantinya," ucapnya dengan lirih."Bukan masalah uang yang aku permasalahkan sekarang, Dad. Tapi kenapa Daddy dan Mommy tidak membicarakannya sejak awal padaku kalau aku bukan
"Maafkan aku, Henry. Aku tidak bisa menikah denganmu. Kamu berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku. Kamu berhak mendapatkan wanita yang juga akan mencintaimu nantinya," ucapnya lirih."Bagaimana kalau His Grace tetap meminta kita untuk tetap menikah? Apa kamu juga akan menolaknya Belle?" tanya Henry.Belinda menatap lirih wajah dingin Duke William sebelum menjawab,"Mungkin, untuk kedua kalinya His Grace akan kehilangan keluarganya. Karena aku akan mengikuti jejak Papáku, aku akan mengikuti kata hatiku. Dan hatiku mengatakan kalau Rino lah yang ingin aku habiskan sisa hidupku bersama dengannya."Tentu saja ucapan Belinda itu menghentak langsung dada Duke William, ia menatap tidak percaya pada cucu satu-satunya itu,"Kamu tega melakukan itu pada GG yang sudah tua ini, Belle?" tanyanya."Apa GG tega menyakiti keluarga GG lagi? Dulu Papá, sekarang aku. Apa GG akan melakukan hal yang sama untuk Felipe juga? Mungkin dari alam kubur GG nantinya?""Semua demi kebaikan kalian. GG hanya
"Jadi sumber dari semua masalah ini adalah karena keegoisan GG? Ya, kamu benar, Belle. GG tidak hanya menyakiti Ralf, tapi juga telah menempatkan kalian ke dalam bahaya. GG hanya tidak menyangka kalau kehidupan di luar sana begitu keras. Terutama pada Papámu yang telah terbiasa mendapatkan kemudahan dalam hal apapun, namun harus berjuang keras menafkahi kalian setelah GG mengusirnya," lirihnya.Dengan bantuan tongkatnya Duke William mencoba untuk berdiri dari sofanya, Lord Foxmoore dengan sigap membantunya. Setelah menepuk pelan punggung tangan Lord Foxmoore, Duke William pun melangkah mendekati Belinda dan meraih kedua tangannya,"Maafkan GG untuk itu. Kamu telah membuka mata GG pada kesalahan fatal yang telah GG buat. Andai saja waktu dapat diulang, andai saja GG tahu dampak besarnya pada kalian, GG pasti tidak akan pernah mengusir Ralf dan Mamámu. Maafkan GG, Belle.""Oh, GG ... " Belinda memeluk Duke William dengan erat. Itulah pelukan pertama yang Belinda berikan pada kakeknya it
Perjalanan kembali dari rumah Lord Foxmoore Belinda lebih memilih naik mobil Victorino, asisten pribadinya sendiri yang mengendarainya, sementara Victorino dan Belle duduk santai di kursi penumpang, mereka enggan melepaskan diri satu dengan yang lainnya."Terima kasih, Belle. Terima kasih karena kamu telah memilih kembali padaku, karena kamu sudah sepenuhnya memaafkan aku. Aku janji dengan sepenuh jiwaku untuk tidak akan pernah menyakitimu lagi, aku akan memberikan kebahagiaan untukmu dan juga putra kita, Felipe," janji Victorino dengan lembut."Aku yang seharusnya meminta maaf padamu, Rino. Aku yang menyebabkan kamu menjadi seperti itu. Perbuatanmu padaku hanyalah sebagai akibat dari perbuatanku padamu. Hukuman yang harus aku terima karena telah bersedia kerjasama dengan Hose untuk menyakiti pria sebaik kamu. Maafkan aku," desah Belinda.Ia menengadahkan wajahnya untuk menatap Victorino yang langsung menunduk menatapnya dengan lembut,"Mau menjanjikan satu hal padaku?" tanyanya."Jan
"Ya aku tahu kamu selalu gelisah di dalam tidurmu. Kamu meleguh penuh kenikmatan, mengerang dan juga mendesah pelan. Kamu juga terbangun dengan keringat yang membanjiri tubuhmu, seolah kamu baru saja selesai bercinta dengan seseorang. Namun saat itu aku berpikir Henry lah yang ada di dalam mimpimu, tapi ternyata aku," jelas Victorino, tangannya yang sedang bermain-main di bagian intim Belinda untuk sesaat terhenti karena tatapan intens Belinda padanya,"Apa kamu cenayang? Kenapa bisa tahu?" tanya wanita itu."Kamu selalu menempatkan ponselmu di phone holder yang terletak di depan tempat tidurmu, ya kan?""Darimana kamu tahu?" Belinda menyipitkan matanya, memberikan tatapan menuduhnya pada pria itu,"Jangan bilang kalau Cecil yang telah membocorkannya!""Apa kamu cerita pada Cecil kalau kamu selalu mimpi basah setiap malamnya?"Belinda menggeleng pelan sebelum menjawab dengan sama pelannya, "Tidak. Lalu darimana kamu bisa tahu aku meletakkan ponselku di sana?""Aku meretas ponselmu, Be
"Aku sudah janji tadi akan memberikan kepuasan padamu, My Lady. Jadi sudah pasti aku akan menuntaskannya."Dan Belinda tidak meragukan itu, mengingat sentuhan pria itu yang semakin membuatnya terhanyut pada gairahnya. Namun, ia tidak mau merasakan kepuasan itu sendiri, ia ingin mendapatkannya bersamaan dengan Victorino."Tapi bagaimana denganmu? Aku tidak mau kalau hanya aku saja yang tuntas. Sementara bagian ini masih keras. Aku ingin bagian ini masuk dan meberikan kepuasan pada kita berdua.Kali ini leguhan keluar dari mulut Victorino saat tangan Belinda yang sedang melingkari senjatanya bergerak naik turun. Dengan tangannya yang bebas, Victorino menahan gerakan tangan Belinda,"Stop, My Lady. Jangan membuatku melakukannya di mobil ini. Kasihan Er," desahnya."Kenapa tidak mau melakukannya di sini? Erasmo juga tidak akan bisa melihat. Apa kamu tidak kasihan dengan milikmu ini? Pastinya minta dipuaskan atau kamu akan pusing seharian, ya kan?" goda Belinda sambil membasahi bibir bawah
"Apa yang akan kau berikan untuk cucu dan cicit saya, Don Victorino?" tanya Duke William sesaat setelah Victorino duduk di depannya, di ruang kerja pria tua itu."Kalau maksud anda mas kawin yang akan saya berikan untuk Belle, Your Grace, maka jawaban saya adalah seluruh harta kekayaan saya, yang akan saya alihkan pada Belle dan juga Felipe." Victorino menjawabnya dengan mantap."Belle pun tidak akan kekurangan harta kekayaannya, Don Victorino. Belle mewarisi kekayaan yang tidak kalah banyaknya dari saya. Jadi sejujurnya, hartamu tidak terlalu berarti untuk kami. Karena tanpa itu, hidup Belle dan Felipe sudah akan sangat berkecukupan hingga ke beberapa generasi setelah mereka.""Maaf kalau saya salah menangkap maksud anda, Your Grace. Kalau anda tidak keberatan, bisakah anda menjelaskan maksud dari ucapan anda barusan? Dan tolong panggil Rino saja, jika anda berkenan tentu saja.""Apapun selain apa yang sudah Belle dan Felipe miliki, Rino.""Kebahagiaan. Saya akan memastikan Belle dan
“Kenapa jalannya lelet sekali, Rino?” keluh Belinda dengan tidak sabar saat ia dan Victorino menaiki tangga menuju kamar mereka. “Kamu harus mulai berhati-hati sekarang ini, My Lady. Karena ada yang sedang berkembang di dalam rahimmu itu, anak kita.” Belinda pun emmutar kedua bola matanya, “Astaga, tidak harus seperti itu juga, Rino. Aku tetap berhati-hati tanpa harus jalan sepelan siput.” “Er!” Rino memanggil asisten pribadinya, “Ya, Don Victorino?” “Apa pembuatan lift sudah dimulai?” tanya Victorino. “Lift?” ulang Belinda. “Sī. Aku tidak mau kamu kelelahan karena harus turun naik tangga setiap harinya.” “Ya Tuhan, Rino. Jangan berlebihan seperti itu!” “Tidak ada yang berlebihan untuk keselamatan Istri dan juga anak-anakku. Jadi, bagaimana Er?” “Besok pengerjaannya baru akan dimulai, Don Victorino.” “Bagus!” “Rino, rumah pasti berantakkan sekali selama pengerjaan itu. Tidak bagus untuk Felippe yamg pastinya akan terlalu banyak menghirup debu nantinya.” “Itu makanya kita
“Ya, dokter Lian benar. Istri anda memang sedang mengandung, Don Victorino. Saat ini usia kandungannya sudah berjalan tiga minggu.” Beritahu dokter kandungan yang tengah menggerakkan transducer di perut Belinda, yang diubah menjadi sebuah gambar di layar monitor. Baik Belinda maupun Victorino dan Lilian, mereka sama-sama memandangi monitor yang menampakkan bagian dalam rahim Belinda tanpa berkedip. Hanya Victor saja yang berdiri di luar pintu, karena Victorino tidak mengizinkan adiknya itu untuk masuk.“Mana anakku?” tanya Victorino dengan tidak sabar. Matanya menyipit tajam saat melihat monitor itu dengan teliti namun tidak juga menemukan janin yang ia cari.“Astaga, sabar Rino. Baru tiga minggu dan baru terlihat kantung kehamilan saja. Bukan begitu, Dok?” “Anda betul, Nona Belinda. Kalian lihat ini.” Dokter itu melingkari bagian yang akan ia jelaskan pada Belinda, Victorino dan juga Lilian. Meski sebenarnya Lilian telah mengetahui letak kantong kehamilan Belinda mengingat ia sendi
“Bagaimana kondisi Mamá, Lian?” tanya Belinda setelah Lilian selesai melakukan pemeriksaan rutin pada mama Juana.“Kesehatannya semakin membaik. Sepertinya treatment pengobatan yang kami lakukan berhasil untuknya, Belle,” jawab Lilian.Belinda menghela napas lega. Sejak tadi ia seolah berhenti bernapas karena terlalu mengkhawatirkan kesehatan mama Juana.“Karena Mamá sudah kembali ke Madrid, itu yang membuat Mamá lebih cepat pulih, Mi Hija,” celetuk mamá Juana.Belinda melangkah mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur untuk mengusap lembut puncak kepala mama Juana,“Aku tahu itu, Má. Itu makanya aku dan Rino mengajakmu kembali ke kota ini.”“Terima kasih, Mi Hijo. Mamá selalu merasa ada Papámu di kota ini. Mamá merasa semakin dekat dengannya.”“Má. Ingat masih ada aku dan Felipe. Jangan temui Papá dulu, aku masih membutuhkan Mamá,” pinta Belinda.Meski kini ia telah aman berada di dalam lindungan Victorino. Tapi ia juga masih tetap membutuhkan kasih sayang mama Juana. Ia belum memba
Setelah memastikan Felipe benar-benar terlelap, Belinda menaikkan selimut Felipe hingga batas dagunya sebelum melangkah keluar dari dalam kamar putranya itu menuju kamarnya sendiri untuk menemui Victorino. “Rino, kamu di mana?” tanya Belinda saat suaminya itu tidak terlihat di kamar tidur, pun demikian dengan kamar mandi. Ia baru akan keluar dari kamar mereka ketika sudut matanya menangkap tirai yang bergerak tertiup aangin malam, yang menandakan kalau pintu balkon sedikit terbuka.Victorino pasti sedang berada di luar sana.Dengan Langkah cepat Belinda menuju balkon dan mendapati Victorino yang tengah merenung sambil berpegangan dengan pembatas balkon kamar mereka,“Kamu tidak dengar aku memanggilmu barusan?” tanya Belinda sambil memeluk dan menyandarkan pipinya di punggung suaminya itu.“Benarkah?” Suara Victorino yang terdengar parau membuat Belinda mengangkat lagi kepalanya, dengan lembut ia memjutar tubuh Victorino agar dapat menatap lekat-lekat kedua mata gelapnya,“¿Qué pasa?
“Kamu tidak apa-apa, Mi Hijo? Kamu pusing?” tanya Victorino.Kekhawatiran dan keharuan membaur menjadi satu. Khawatir karena anaknya baru saja berada di ambang maut, dan haru karena itulah kali pertamanya Felipe memanggilnya dengan sebutan Papá.“Papá aku takut! Mamá!” “Sst, tenanglah Mi Hijo, kamu aman sekarang. Er, siapkan mobil!” Dengan sigap Erasmo segera menghubungi supir mereka untuk membawa Felipe ke rumah sakit. Pasti itulah tujuan Victorino memintanya menyiapkan mobil.“Felipe, ada Mamá juga di Sini, Sayang. Jangan takut lagi ya,” Belinda turut serta menenangkan Felipe.“Kakiku sakit …” rintih Felipe.Kini Victorino pun mengerti kenapa Felipe bisa tenggelam, padahal ia tahu betul kalau putranya itu pandai berenang.“Itu namanya kram, Mi Hijo. Papá akan membawamu ke rumah sakit, kamu tahan sebentar ya.”“Sekarang sudah tidak sakit lagi, Pá. Aku tidak mau ke rumah sakit.”Sontak saja hal itu membuat Victorino menghentikan langkahnya untuk memberikan tatapan penuh pada putrany
Keesokan paginya sesuai dengan janji Victorino, pria itu mengajak Belinda dan Felippe berlibur ke salah satu tempat wisata paling hits di Spanyol.Sebuah Pulau dengan luas lima ratus tujuh puluh dua meter persegi di kawasan Mediterania yang memiliki garis pantai sepanjang dua ratus sepuluh kilometer. Pulau yang terdapat banyak objek wisata dengan pantainya yang cantik.Saat ini mereka sedang mengunjungi sebuah pantai yang disepanjang garis pantainya memiliki pasir berwarna pink akibat dari pecahan koral. Gradasi warna air lautnya pun terlihat jelas dari berbagai arah, terdapat juga beberapa watersport di sana, yang ingin sekali Victorino dan Felipe datangi.Mengabaikan beberapa turis yang sedang berjemur dan sebagian ada yang toples, sambil bergandengan tangan Belinda dan Victorino menyusuri tepian pantai itu. Sesekali mereka berhenti hanya untuk melihat Felipe yang sedang asik bermain dengan Erasmo dan Cecil.“Apa kamu tidak merasa curiga dengan hubungan mereka?” tanya Belinda.“Er
“Marina! Dario!” Pekik Belinda riang saat melihat kedua sahabatnya tengah duduk manis di ruang tamu Victorino.“Holla, Duquesa de Neville!” sapa Marina sambil berdiri dari sofanya untuk menghampiri dan memeluk Belinda.“Apaan sih, panggil Belle saja ah!” protes Belinda kesal, meski begitu ia tetap membalas pelukan sahabatnya itu.“Aku kangeeennn … “ rengek Maria.“Aku juga … “ balas Belinda yang semakin mengeratkan pelukan mereka.Dario yang semula hanya duduk diam saja kini pun turut bergabung dengan Belinda dan Marina. Baru saja pria itu akan memeluk mereka saat sebuah suara bariton mencegahnya,“Coba saja peluk istri saya, atau kau akan keluar dari rumah ini tanpa kepala!” Ancam Victorino.Sontak saja ancamannya itu membuat Dario mengurungkan niatnya. Tapi Belinda malah menariknya untuk memeluknya,“Aku juga kangen sama kamu, Dario!” Seru Belinda tanpa menyadari tatapan tajam Victorino padanya, lalu tatapan membunuhnya yang terarah pada Dario, “Be … Belle!” Dario segera melepaskan
"Kalau begitu ikut aku, ada yang ingin aku perlihatkan padamu!"Belinda membiarkan Victorino menarik lembut tangannya, pria itu berjalan dengan santai hingga Belinda tidak terburu-buru mengikuti langkah panjang kakinya."Kamu mau memperlihatkan apa lagi padaku?""Kejutan.""Astaga Rino ... Sudah banyak kejutan yang kamu berikan padaku. Kali ini apa lagi? Lemari pakaianku nyaris susah tidak dapat menampung satu pakaian lagi.""Bukan pakaian, My Lady," sanggah Victorino tanpa menghentikan langkahnya."Lalu apa? Tas? Koleksi tasku pun sudah banyak sampai-sampai ada beberapa tas yang terpaksa harus aku letakkan di luar lemari.""Kalau masalah pakaian dan tas yang berlebihan, kamu bisa meletakkan sebagian di rumah baru kita nantinya, sayangnya saat ini masih dalam tahap finishing. Tapi aku janji bulan depan kita sudah akan menempatinya.""Ya Tuhan, rumah apa lagi, Rino? Memangnya kenapa dengan rumahmu yang sekarang ini? Itu saja sudah cukup besar untuk aku.""Rumah yang akan aku hadiahkan
Dengan lengan kekar Victorino yang melingkar di pinggangnya dengan posesif, Belinda menatap nanar puing-puing reruntuhan Palazzo Victorino yang terbakar, yang Victorino bakar lebih tepatnya.Begitu besarnya pengorbanan Victorino demi bisa membalas orang-orang yang telah jahat pada Belinda dan juga Felipe, bagaimana Belinda tidak terharu karenanya.Victorino mampu menghukum mereka semua namun dengan kesan mereka semua tewas terbakar karena tidak sempat menyelamatkan diri mereka saat Palazzo itu terbakar habis.Jadi tidak ada konsekuensi hukum yang terjadi pada Victorino. Lagipula di tanah Duque de Neville, Victorino lah yang menjadi hukum itu sendiri.Apapun perintahnya, tidak ada satu orang pun yang dapat membantahnya. Kecuali Belinda tentu saja, itu pun ia harus melihat suasana hati suaminya terlebih dahulu."Sayang sekali ... " desah Belinda.Bukan hanya sekedar basa-basi saja. Belinda memang sangat menyayangkan tindakan Victorino itu, meski dengan alasan membalaskan dendam Belinda