Home / Romansa / Mbak Arsitek Perancang Cinta / Bab 32. Aku Ingin Kita Bersama

Share

Bab 32. Aku Ingin Kita Bersama

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2022-11-01 07:44:31

Sosok yang ada di sebelah Bapak tadi berpindah di depanku. Dia berdiri tersenyum lebar, memegang satu buket bunga mawar putih kesukaanku.

"Kak Mahe!"

Mataku membulat menatap sosok di depanku. Sesuatu keajaiban dunia. Dia seperti seseorang yang baru, melepas semua atribut biasanya. Laki-laki pongah berpakaian rapi berjas kini lenyap, si Vampir hilang tak berbekas. Sekarang, tergantikan seseorang yang berpenampilan santai seperti pada umumnya. Terlihat maskulin, sporty dan sexy.

Aku terpana melihatnya.

Dunia terasa terhenti sesaat dan hanya ada kami berdua. Berdiri di depan pintu saling pandang dan kami terlempar di dunia yang semuanya berwarna hijau. Rumput bergoyang pelan dan kupu-kupu berterbangan mengikuti iramanya. Bunga liar tumbuh dan bermekaran, memancarkan aroma harum yang eksotik. Aku seperti seorang putri yang berdiri di depannya seorang pangeran yang membawa buket bunga. Mimpiku menjadi putri kesampaian.

"Sampai kapan aku dibiarkan berdiri di sini?!"

Suaranya seketi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 33. Sok Tahu

    "Kak Mahe .... Sa-saya merasa tidak cukup pantas berjalan bersama Kak Mahe. Tolong dipikirkan kembali. Saya ....""Litu! Kalau keadaanmu seperti sekarang, belum mandi dan kucel seperti ini memang tidak pantas. Sana mandi dulu!" teriaknya dengan mengacak lembut rambutku, sambil tertawa kecil. "Kamu tahu tidak, kaos kamu basah dan nempel?" bisiknya dengan mendekatkan kepalanya di telingaku. "Dari tadi ada yang berbayang di sana. Cepet ganti! Sebelum alarm bahaya dariku berbunyi. Atau, kamu mau aku terkam sekarang?"Sontak aku kaget dan menarik badanku menjauh darinya. Aku menunduk memastikan apa yang dimaksud. Reflek, telapak tanganku menutup dadaku yang berbayang jelas, apa dibalik kaos putihku.Hufft!Kenapa aku tidak sadar dan memperhatikan dari tadi?"Mandi sana! Kita akan pergi!" teriak Pak Mahendra sambil tertawa melihat tingkahku."Ba-baik. Tunggu ya, Kak!" ucapku langsung berbalik dan melesat lari masuk kamar untuk mandi dan bersiap.***Celana jeans biru, baju warna putih sati

    Last Updated : 2022-11-01
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 34. Kencan Pertama

    Aku keluar dari mobil, udara sejuk menyambut dengan membelai lembut kulit ini. Kuedarkan pandanganku, semua tampak hijau. Kuhirup udara segar dan kubiarkan menyelusup di rongga dada. Kubentangkan kedua tanganku untuk menikmatinya lebih dalam. Terpejam mataku tenggelam di kesegaran ini. Angin semilir menghembus pelan memainkan anak-anak rambutku."Kamu suka, kan?" Hembusan napasnya menggelitik telingaku. Kedua tangannya menelusup memeluk pinggang ini. Kepalanya didekatkan di bahu kiriku. Bau maskulinnya menguar di hidung, mempercepat detak jantungku."Se-segar sekali," ucapku "saya tidak tahu kalau ada tempat seperti ini.""Bukankan ini kencan pertama yang kamu impikan? Berdua dengan kekasih di pegunungan yang dingin ini? Dasar, anak nakal! Sukanya di daerah dingin!" celetuknya sambil mencium kepalaku dengan lembut.Aku menoleh ke arahnya dengan mengeryitkan dahi, dari mana dia tahu apa yang aku inginkan? Pertama, mawar putih. Aku sangat mengidamkan suatu saat diberi sebuket mawar put

    Last Updated : 2022-11-02
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 35. Ketahuan

    "Maaf, Kak. Habisnya, nakutin, ngeselin, kalau ngomong pedes level duapuluh. Pokoknya, kita siap mati karena sakit hati. Apalagi kalau sudah marah, bikin semua makhluk di muka bumi ini ketakutan! Pokoknya beneran seperti vam-pir ...," omelku melambat saat sadar dia hanya memandang dengan tersenyum."Tidak marah?" tanyaku heran, dia menjawab dengan gelengan. Senyumannya malah semakin lebar."Kamu kalau ngomel lucu!" celetuknya sambil menikmati pisang bakar keju.Hari ini benar-benar indah. Semua inginku kesampaian. Kami juga sepakat, kebersamaan kami ini tidak boleh mengganggu sikap profesional dalam pekerjaan. Aku pun tidak mau, nantinya dianggap menumpang nama besar Mahendra."Jadi besuk di kantor kita bersikap seperti biasa, ya," pintaku "Iya, dan aku kembali menjadi si Vampir," ucapnya sambil tergelak.***"Cie ... cie ... cie .... Yang baru pulang kencan," celetuk Alysia saat aku baru masuk rumah. Dia sudah menungguku di ruang tamu. Aku langsung berhambur duduk di sebelahnya."Al

    Last Updated : 2022-11-02
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 36. Butuh Bukti

    Alysia sahabatku, tidak seperti perempuan lain. Perempuan yang cenderung menilai seseorang dari penampilan fisik. Dari bentuk badan, warna kulit bahkan muncul jerawat satu pun dibahas. Sesuatu yang tidak penting menurutku. Apalagi tubuhku yang menjulang dan cenderung kerempeng, jauh dari kata seksi versi mereka.Alysia lah yang memupuk rasa percaya diriku. Dia yang menyebabkan aku nyaman berjalan dengan badan tegak. Dia yang membuatku mampu menutup telinga dan hati saat ada yang mencemooh penampilanku."Kasihan kau Litu, tinggi badanmu membuatmu susah memiliki pacar!" Kalimat yang sering aku dapatkan. Mereka seakan bangga berjalan berdua dengan kekasih di kampus. Kemana-mana berdua. Menurutku, mereka merugi karena membuang waktu di kampus hanya dengan kekasih dan sibuk dengan obrolan yamg membosankan. Bahkan sibuk dengan rasa cemburu ataupun takut kehilangan. Ya, iya lah, pacaran bertahun-tahun tetapi setelah lulus kuliah nikahnya dengan yang lain. Merugi, kan?"Litu! Aku ada baju b

    Last Updated : 2022-11-02
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 37.  Teman Lama

    "Bukankan di sini ada LSM yang dipercayai bapak-bapak? Bagaimana kalau mereka ditunjuk sebagai pengawal dan membantu kami merumuskan konsep ini?" usulku sambil berdiri. "Baik, kami dari LSM Hijau bersedia mengawal proyek ini!" ucap seseorang berambut cepak dengan wajah yang bersih. Aku tersentak. suaranya seperti sangat aku kenal, tetapi siapa? Setelah negosiasi kembali, akhirnya diputuskan kami harus menunjukkan konsep kepada Desa melalui LSM Hijau. Akhirnya mereka pulang dan sekarang tertinggal perwakilan LSM dan kami. Aku penasaran dengan sosok yang duduk di seberangku. Sepertinya aku mengenal dia, aku pun sempat menangkap dia juga memperhatikanku. "Baiklah. Kita break sekarang untuk makan siang. Kami sudah siapkan semuanya!" ucap Mas Sakti kemudian berdiri. Pak Mahendra keluar ruangan diikuti kamk semua. "Litujayu!" Aku menengok seseorang yang memanggilku. Laki-laki berambut cepak tadi. Aku berhenti menunggu dia menghampiriku. "Iya, Pak?" jawabku sambil memicingkan mata.

    Last Updated : 2022-11-02
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 38. Kesepakatan Sekaligus Ujian

    "Kamu sudah mulai nakal, ya," bisiknya dengan mengecup keningku. Sorot mata meredup dan dengus napas masih memburu."Habisnya. Kak Mahe apa-apa marah. Bisakah ini dikendalikan? " tanyaku dengan menepuk dadanya yang keras. "Semua yang berhubungan denganmu selalu membuatku gila. Jangan diulangi lagi yang tadi. Kamu harus memberitahuku dulu saat berurusan dengan laki-laki siapapun. Kecuali, kamu sengaja membuatku marah," ucapnya dengan menangkup pipi ini dan menunjukkan selarik senyuman.Akhirnya amarahnya reda, walaupun aku harus melalukan sesuatu yang ekstrim. "Ya. Mulai sekarang, ponsel ini akan selalu menghubungi Kak Mahe. Aku bertemu siapa, akan kemana dan untuk apa, pasti akan info," ucapku tersenyum lega"Tetapi tidak apa-apa, sih, kalau cara menenangkanmu seperti barusan. Marah seribu kali pun, aku rela," ucapnya dengan mengedipkan mata."Kak! Jangan genit, tadi aku terpaksa," ucapku dengan mencembik."Yang aku rasa, tidak tuh. Eits, jangan begitu bibirnya. Aku cium lagi, mau?"

    Last Updated : 2022-11-03
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 39. Jangan Macam-Macam

    Yang diucapkan aku anggap hanya sekadar bercandaan saja. Mana ada dua ancaman yang harusnya berlawanan, tetapi bermuara di satu tujuan, pernikahan. Memang benar kata Mas Sakti, dia duda yang membahayakan.Dari pada berasumsi yang tidak-tidak, lebih baik aku fokus dengan pekerjaanku tang terbengkelai ini.Rancangan untuk proyek ini menuntut kami untuk lembur dan membuat penat pikiran. Kalau ditrawang, mungkin di atas kepala kami mulai mengeluarkan asap. Untuk otak tidak diberi kaki, sehingga tidak bisa melarikan diri. Proyek ini benar-benar memaksa mengeluarkan semua tenaga dan pikiran.Sesekali Pak Mahendra datang melihat perkembangan pekerjaan ini. Kami menjaga sikap profesional saat bekerja, dan bersikap hubungan kami sekedar bos dan anak buah. Dari ungkapan dan raut wajahnya kelihatan dia puas, dan berakhir tos dengan Mas Sakti setelah dia pergi. Aku tersenyum menatap meja gambarku. Terpuaskan semua keinginanku akan karyaku ini. Rancangan yang sarat dengan arti dan memuaskan mata

    Last Updated : 2022-11-03
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 40. Kejutan

    Bertemu dengan Mas Janan mengobati rasa rinduku akan kehidupan kampus dulu. Kami sering berbincang dan bercerita masa lalu. Tentunya disela-sela pembicaraan program desa. Tak jarang aku mengoloknya tentang sikap konyolnya dahulu. Sok berkuasa, ngatur ini dan itu. Yah, gaya khas senior dulu.Memang, kami berbeda jurusan walaupun sama-sama Fakultas Tehnik. Dia jurusan mesin dan aku arsitek, namun pandangan kami setipe, lebih melihat sesuatu berdasarkan logika. Tidak suka terjebak atau terkekang dengan hubungan rasa, mungkin itulah yang menyebabkan dia masih sendiri.Status Mas Janan ini yang sering dimasalahkan oleh Pak Mahendra. Dia menganggap dahulu kami mempunyai hubungan khusus dan sekarang masih menungguku. Dia tidak suka melihat kami berbincang dan tertawa bersama. Meskipun aku berusaha bersikap formal, tetap aja berujung dengan canda seperti dulu.Huuft ...!Mempunyai teman dekat yang tidak mengerti indahnya berteman itu susah! Harus menjelaskan dengan bukti dan memberi argumen y

    Last Updated : 2022-11-03

Latest chapter

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 101.  Kita Untuk Selamanya

    Apa yang dicari dalam hidup ini, kalau tidak ketenangan? Untuk apa berlimpah harta dan kekuasaan, tetapi bergelimang kecemasan akan kehilangan? “Karenanya, aku berusaha menyelesaikan urusan-urusanku sebelum menjalani hidup tenang bersamamu, Litu.” Aku menjawab dengan senyuman sambil mengeratkan tangannya yang mengusap perut ini. Hangat tubuh yang selama ini aku nikmati dari bajunya yang tidak dicuci, sekarang bisa aku hidu setiap waktu. Senyuman begitu lekat di wajah ini. Sesekali meneleng ke belakang untuk menyambut ciumannya. “Kak Mahe tidak pergi meninggalkan aku lagi?” “Untuk apa? Semua sudah aku bereskan.” “Janji?” “Janji. Demi anak kita, Litu,” ucapnya sambil membalikkan tubuh ini kepadanya. Wajahnya menunjukkan keseriusan, dengan mata tidak terlepas dariku. “Apa yang terjadi kepadamu, membuat aku berpikir. Kalau aku tetap mempertahankan posisi dan apa yang aku lakukan sekerang, bukan tidak mungkin anak kita nanti akan mendapatkan kemalangan. Aku tidak mau itu.” “Iya. A

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 100.  Saat Kau Jauh

    Apa salah kalau seorang istri ingin merasa dipentingkan oleh suami sendiri? Apakah tidak benar, kalau aku ingin malam-malamku ditemani suami sambil mengusap perutku yang sudah mulai buncit ini?“Nduk, kamu ingin rujak manis mangga muda? Ibuk bikinkan, ya?”“Tidak usah ditawari. Langsung dibuatkan saja. Pasti Litu kemecer,” sahut Bapak menjawab pertanyaan Bapak.Bukannya aku tidak ingin, tapi aku menginginkan mangga muda yang diambilkan Kak Mahe sendiri. Keinginanku itu sudah tertahan satu minggu, dua minggu, dan sekarang sudah menginjak di bulan kedua. Namun tidak ada kabar sama sekali tentang Kak Mahe.“Suamimu baik-baik saja. Hanya dia belum bisa menghubungimu demi keselamatanmu, Litu,” ucap Mas Sakti kalau aku mengajukan pertanyaan yang sama melalui sambungan telpon.Sampai sekarang aku tidak tahu ada urusan apa yang lebih dia pentingkan. Kalau bisnis, kenapa justru dia meninggalkan perusahaan dan menyerahkan kepada Mas Sakti?Aku seperti istri yang tidak mengerti suaminya seperti

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 99.  Aku Ingin Pulang

    “Kamu benar ingin meninggalkan suamimu?” Alysia menangkup tanganku, menghentikan gerakanku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper.Aku menatapnya sebentar. Rasanya ingin menyerah dan pasrah, tetapi hati ini sudah terlanjur terpantik rasa kesal. Menjadi seorang istri yang tidak dianggap. Ucapanku hanya dianggapnya angin lalu.“Iya. Aku ingin pulang ke Jogja. Di sini aku tidak dianggap apa-apa. Bahkan tidak dianggap penting,” ucapku kemudian melanjutkan yang aku lakukan tadi.“Litu. Pak Mahendra pergi karena ada urusan penting.”“Siapa yang bilang? Dia hanya mengurus orang-orang yang menurutnya harus dilibas,” ucapku sambil tertawa. “Alasan saja demi aku. Tapi menurutku itu hanya demi egonya sendiri.”“Sakti pasti benar. Pak Mahendra sedang ada__”“Sedang apa dia, Alys?” ucapku memotong ucapan sahabatku. Sejenak aku mengambil jeda untuk mengatur napas. Mencoba meredam amarah.“Kalau dia memang benar-benar mencintaiku dan sayang kepada anaknya, pasti sekarang ini dia menunggui aku ya

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 98. Terserah

    Tangannya memegang erat lenganku. Sorot matanya menunjukkan ketidakrelaan, menyurutkan gerakanku untuk berdiri.“Kak Mahe, aku tidak ingin keributan.”“Tapi Litu. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus membalas perlakuannya kepadamu. Enak saja. Belum tahu siapa Mahendra ini?!” ucapku dengan mengeratkan kepalan tangan ini. Aku berusaha meredam amarahku, terlebih dihadapan Lituhayu.“Sst…. Kalau marah jangan keras-keras, Kak. Nanti dia dengar.” Istriku berdesis sambil menuntukkan telunjuk di depan bibirnya. Aku mengernyit.“Dia? Dia siapa?” tanyaku dengan menoleh ke sekeliling. Hanya ada kami berdua.Lituhayu tersenyum, kemudian menarik tangan ini ke arah perutnya. “Dia, Kak. Anak kita. Walaupun masih kecil di perut, dia sudah mendengar. Bahkan bisa juga merasakan apa yang ada di hati orang tuanya.”Aku terperanga seketika, tersadar dengan perasaan yang aneh ini. Yang menyelusup dan bersarang di hati ini.Anak? Anakku?Rasa yang tidak bisa aku gambarkan. Yang aku tahu, dia m

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 97.  Milikku

    Aroma wangi bunga menyelusup di penciuman. Kicauan suara burung terdengar bersautan yang mengantarkan kedamaian, mengusikku untuk membuka mata.Mata ini mengerjap, menajamkan pandangan yang terhalang tirai putih berkibar tergantung di tiang ranjang. Sesekali terlihat pemandangan yang menakjubkan, seiring dengan angin yang berembus halus.‘Dimana aku ini?’Penasaran. Aku beringsut dan perlahan kaki ini turun dari ranjang berwarna serba putih. Telapak kaki tergelitik seketika, saat beradu dengan ujung rumput.‘Apakah aku sudah di surga?’ bisikku dalam hati setelah menyibak tirai. Pemandangan indah terhampar luas. Aku di tengah-tengah taman indah dan beratapkan langit biru yang menyejukkan.Masih teringat lekat, tubuh ini melayang di udara. Telingaku yang mendengar teriakan pak sopir di sela suara Mas Sakti dan berakhir dengan silau yang menyerang mata ini.Siapa mereka?Sosok berbaju berbaju putih menunduk mengerumuni keranjang rotan.Penasaran. Langkah ini seakan melangkah dengan sendi

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 96.  Kecapekan

    Kalau mempunyai keinginan, memang harus diupayakan. Aku setuju tentang itu. Akan tetapi bukan begini juga prakteknya.Kebersamaan kami tidak hanya di rumah saja. Keinginan segera memiliki buah hati juga digaungkan di kantor. Hampir setiap ada kesempatan, Kak Mahe memanggilku ke ruangannya. Tentu saja berakhir di ruang rahasia belakang kabinet.Ranjang yang menghadap jendela lebar, seakan merindukan kehangatan kebersamaan ini. Menjadi saksi bisu kegigihan upaya kami berdua.“Kamu selalu cantik, Sayang.”Kak Mahe mengaitkan rambutku ke belakang telinga. Seakan selesai kerja keras, pendingin ruangan tidak menyurutkan keringat yang melembabkan kulit ini. Aku menggeliat, meregangkan tubuh yang lelah karena ulahnya. Seakan mengerti, selimut ditangkupkan di tubuhku yang masih meringkuk. Aku seperti atlit maraton yang mengibarkan bendera putih tanda menyerah.Senyum ini mengembang, saat dia mencium lembut kening ini. Mata ini pun enggan terpejam, saat dia dengan tubuh polosnya beranjak santa

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 95. Bersedia

    Harusnya aku tadi menghindari minum. Memang, aku bukan pecandu alkohol, minum pun sekadar just for fun. Bukan untuk mabok-mabokan yang menghilangkan akal sehat. Untuk apa melakukan hal yang merusak badan. Aku masih ingin hidup lama untuk bekerja dan bahagia. Katanya, minum alkohol secara berlebihan akan merusak kesehatan. Bahkan merusak gairah seks dan memicu impotensi pada laki-laki. No! Aku mempunyai istri dan ingin memiliki anak. Karenanya, aku tahu takaran maksimal yang bisa aku minum. Satu gelas. Kalau ingin nambahpun, tidak boleh lebih dari satu gelas. Itupun sekadar long drink, coktail, atau wine. Takaran yang masih berdampak baik. Namun, pikiranku terlupakan dengan efek setelahnya. Dalam jumlah kecil, etanol yang terkandung dalam minuman itu akan merangsang bagian primitif otak yang disebut hipotalamus. Yang mendorong fungsi dasar manusia termasuk memicu gairah untuk membersamainya. Terlebih saat ada yang memantik seperti sek

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 94.  Kekawatiran Mehendra

    Telingaku berdengung sedari tadi. Makan mie instan kuah dengan cabe lima biji, jadi terganggu. Itu artinya ada yang membicarakan, itu kata Bapak dulu. Saat itu aku dan bapak mancing. Pamit kepada ibuk keluar sebenar, tetapi berakhir di taman pancing sambil ngopi. Menghilangkan penat yang sungguh menyenangkan. Nyaman, ditemani semilir angin, dan hening, jauh dari omelan ibuk. Tentu saja ini sampai sinar matahari mulai turun. “Nduk. Kita pulang sekarang,” ucap bapak kala itu. Padahal, timba tempat ikan milikku baru terisi dua ekor, sedangkan bapak sudah dapat lima ekor. Padahal ini kan taruhan dengan bapak, siapa yang banyak dia harus mijit pundak. Curang! “Yo, wes. Bapak mengalah, wes. Telinga bapak ini lo berdengung terus. Ini pasti ibumu sudah menunggu di rumah,” ucap Bapak tidak bisa dicegah. Benar, sampai rumah ibu sudah menunggu di teras rumah. Entah apa yang dikatakan bapak, wajah ibu yang awalnya terlihat kesal, berubah menampilkan senyuman. Mereka itu pasangan Tom and Je

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 93. Dukungan Mertua

    Katanya, mertua perempuan sering kali menguji menantu perempuannya. Entah itu secara diam-diam, atau dengan terang-terangan. Katanya juga, ini untuk memastikan anaknya berada pada tangan yang tepat. Dia akan rela dan tenang melepaskan si anak, kalau menantunya lulus ujian. Entah, apakah sekarang Mama Lia melakukan ini kepadaku? “Kamu memang wanita yang tepat untuk Mahendra. Tenang tetapi membahayakan,” celetuk Mama Lia dengan menunjukkan senyuman dan lirikan mata penuh arti. Tadi saat Mama Lia dan si Nyonya rumah mendapati keadaan yang berantakan tadi, Sandra pemakai costum nenek sihir itu berusaha keras memojokkan aku. Tentu saja aku memanfaatkan untuk menantang Monika. “Tanya saja kepada Monika kalau tidak percaya? Saya tidak menyentuh sedikitpun perempuan itu. Bahkan, dia yang berniat mencelakaiku” ucapku dengan wajah sedikit menyunggingkan senyuman. Menoleh ke arah Monika dengan sedikit tatapan tajam, memberikan ancaman apa yang aku ucapkan tadi tidak main-main. Di tangan in

DMCA.com Protection Status