Di ujung telepon terdengar hening sejenak. "Permisi, apakah ini Pak Satria? Kami dari rumah sakit. Jenazah Bu Kamila sudah lama berada di ruang pendingin jenazah. Apakah Anda yakin nggak mau mengambilnya?"Wajah Satria yang penuh kemarahan tiba-tiba membeku. "Apa kamu bilang?""Tolong datang ke rumah sakit untuk mengambil jenazah Bu Kamila. Kami sudah menghubungi Anda seminggu yang lalu. Kalau ada waktu, tolong datang dalam dua hari ini."Ibu mertuaku yang ada di sampingnya memegang lengan Satria. "Ada di mana si Kamila itu?"Satria mendorong ibu mertua dengan kasar. "Jangan berisik!"Lulu yang duduk di meja menyadari sesuatu. Dengan cemas dia mendekat ke sisi Satria, pura-pura menunjukkan sikap bijaksana dan menenangkan. "Ini pesta kelulusan anakmu, masalah ini bisa dibicarakan nanti malam."Satria berteriak keras, "Jangan ada yang berisik! Ibu dari anakku sudah meninggal!"Dion langsung merespons, menarik pakaian Satria, berusaha mendapatkan lebih banyak informasi darinya.Namun, Sat
Konon, setelah seseorang meninggal, mereka akan berubah menjadi debu, kemudian disimpan dalam sebuah kotak kecil yang berbentuk persegi. Ini adalah pertama kalinya aku merasakannya.Tubuhku sedang dibakar, namun jiwaku sedang dibersihkan.Dion memeluk kotak abuku sambil menangis tersedu-sedu. Dia juga melemparkan tangan Satria yang diletakkan di punggungnya, dengan mata merah dan basah penuh kebencian.Tetapi, anakku, bukankah kamu paling benci jika aku ikut campur dalam hidupmu?Bukankah kamu selalu merasa aku seperti orang gila, dan berharap aku berada sejauh mungkin darimu?Kenapa kamu, yang begitu menginginkan kematianku, malah jadi begini setelah keinginan itu menjadi kenyataan?Mertuaku duduk di samping dengan rasa bersalah. "Aku juga nggak tahu, penyakit ini bisa membuatnya meninggal begitu saja ...."Keheningan dipecahkan ketika seseorang masuk dari pintu.Begitu tersadar dari kebingungannya, Satria melihat Lulu yang dengan sok kuasa menyuruh orang untuk membawa televisi ke rum
Sebenarnya, aku tidak terlalu pandai menyembunyikan fakta bahwa aku mengidap kanker.Suatu hari, setelah pingsan saat sedang membersihkan rumah, aku baru tersadar setelah tiga jam.Aku berpegangan pada dinding saat keluar dari kamar, dan melihat ibu mertua asyik menonton video di ponselnya."Kamu nggak dengar apa yang terjadi di dalam kamarku?""Oh, aku dengar. Kalau jatuh, 'kan bisa bangun sendiri. Apa aku harus bantu?"Ibu mertua tidak peduli, jadi aku hanya membereskan barang-barang dan pergi ke rumah sakit.Ibu mertua melihatku pergi dan berteriak, "Seharian cuma tahu bersenang-senang!"Sampai di rumah sakit, aku menghabiskan sebagian besar hari untuk pemeriksaan, dan diberi tahu bahwa ada beberapa tes yang perlu dilakukan esok harinya."Bu Kamila, besok harus datang tepat waktu untuk pemeriksaan."Melihat dokter yang serius, aku tidak bisa menahan rasa curiga. "Apakah aku mengidap penyakit yang sangat parah?""Kami menduga ini kanker pankreas, tetapi masih perlu dikonfirmasi. Jang
Di pemakaman, ibuku duduk di baris pertama, menangis dalam diam.Mantan atasanku berjalan ke sisi ibuku. "Aku turut berduka cita."Ibuku mengusap air matanya, menatap dengan mata yang kehilangan cahaya. "Terima kasih sudah datang untuk mengantarnya."Atasanku melihat foto hitam putihku. "Sudah belasan tahun, nggak menyangka dia akan terlihat begitu tua.""Dulu dia sangat bagus di perusahaan. Efisiensi kerjanya tinggi, karakternya juga menyenangkan. Semua rekan dan Bos menyukainya. Saat itu ada seorang manajer yang pindah, dan posisi itu langsung diputuskan untuknya. Semua hal sudah disepakati, tinggal tanda tangan kontrak."Mata ibuku mulai berkaca-kaca. "Siapa sangka, setelah liburan Tahun Baru, dia kembali dan bilang ingin mengundurkan diri. Katanya dia hamil. Bos sudah bilang bisa menunggunya, tapi sambil menangis dia bilang keluarganya memaksanya berhenti bekerja. Akhirnya Bos menyerah dan mengurus pengunduran dirinya."Sambil menenangkan ibuku, dia melanjutkan. "Bukan kesalahannya
Setelah mantan atasanku, ibuku bertemu dengan teman SMA-ku.Gadis seusia denganku, meskipun wajahnya mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan, tapi semangatnya tetap terpancar."Bu, waktu itu aku bisa masuk universitas terbaik, benar-benar berkat bantuan Kamila.""Saat itu, aku sudah hampir menyerah untuk ujian masuk universitas, tapi Kamila yang setiap hari menemani aku menghafal kosa kata dan mengerjakan soal. Dia bilang, selama masih ada harapan, jangan pernah menyerah. Dia juga bilang ingin masuk universitas bagus agar bisa membuat Ibu bangga dan tampil lebih baik di hadapan kerabat."Setangkai bunga putih dia letakkan di kaki ibuku. "Kemudian aku mendengar teman bilang dia sebenarnya bisa masuk universitas terbaik kedua, tapi dia malah memilih universitas biasa di provinsi ini. Aku benar-benar merasa sangat sayang. Aku nggak mengerti kenapa dia membuat keputusan seperti itu, apalagi kenapa setelah menikah dia memilih jadi ibu rumah tangga."Dia menekan kedua tangannya. "Mungkin semua
Satria akhirnya menikah dengan Lulu, dan peran wanita simpanan yang naik menjadi istri membuat Dion sangat tidak suka dengan sikapnya. Sementara Satria, meski tidak ingin mendengar sindiran Lulu, tetap tidak bisa melepaskan anak yang ada di perut wanita itu.Setelah Dion masuk universitas, selain urusan biaya kuliah dan hidup, dia jarang menghubungi orang tuanya.Satria dan Lulu sering bertengkar, sementara ibu mertua justru berperan sebagai penengah.Dalam beberapa hal kecil, Lulu sering mencari-cari kesalahan. Lama-kelamaan, ibu mertua bahkan merasa tertekan dan hampir mengalami gangguan jiwa.Ibuku masih terus tinggal di rumah kakakku, merasakan kesulitan hidup di bawah tekanan kakak ipar dan rasa bersalah terhadapku. Dia terus merasakan pahitnya menjadi orang yang bergantung.Untungnya, penderitaan mereka tidak lagi menjadi penderitaanku.Di tempat dimana cahaya senja bertemu, aku melihat awan di depanku. Jiwaku disucikan, hatiku terasa ringan seperti kabut di gunung.Dalam kabut i
Pada hari anakku selesai ujian masuk universitas, aku meninggal di rumah sakit karena kanker stadium akhir.Sementara itu, suamiku sedang memeluk mantan kekasihnya di hotel dan berkata, "Cepat atau lambat, wanita tua itu akan kasih tempat buat kamu."Anakku berpesta semalaman di bar, mabuk-mabukan sambil mengeluh kepada temannya, "Ibuku itu maunya mengatur seluruh hidupku. Aku malah pengen jauh-jauh darinya."Mertuaku mengobrol dengan tetangga, "Seharian dia nggak melakukan apa-apa, cuma tahu makan saja. Aku menyesal punya menantu kayak dia!"Aku sudah tidak bisa membantah mereka lagi.Kali ini, akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.….Pada hari aku meninggal di rumah sakit karena kanker, jiwaku melayang di atas kota.Dokter melihat jasadku sambil menggeleng, "Sudah nggak ada harapan. Hubungi keluarganya saja."Telepon yang berdering segera dijawab."Apakah ini keluarga Kamila Lesmana? Begini, Ibu Kamila telah meninggal dunia karena kanker stadium akhir. Mohon datang ke
Ketika aku berjuang melawan rasa sakit di ranjang rumah sakit, Satria masih ragu apakah akan memberikan pompa pereda nyeri seharga 2 juta lebih padaku.Ibu mertuaku menghalangi pandangan perawat sambil menggelengkan kepala ke arah Satria. Akhirnya, dia mengabaikan penderitaanku demi menghemat 2 juta.Pandanganku mulai kabur, tetapi seluruh tubuhku seolah-olah berteriak."Berikan aku pompa pereda nyeri itu! Aku bisa membayarnya sendiri!"Namun, tenagaku hampir tak tersisa, hanya bisa mendengar dengan lemah Satria yang merasa bersalah tetapi tetap memilih tidak mendampingiku melahirkan.Anakku masih ada di dalam kandungan, suamiku di luar ruang bersalin, dan ibuku ada di rumah yang jaraknya kurang dari tiga kilometer dari rumah sakit.Dari awal sampai akhir, tidak ada satu pun yang peduli apakah aku hidup atau mati.Bahkan ibuku sendiri beralasan sibuk menjaga anak kakakku dan menolak untuk menjengukku.Selama lebih dari sebulan aku dirawat setelah melahirkan, dia tidak pernah datang men
Satria akhirnya menikah dengan Lulu, dan peran wanita simpanan yang naik menjadi istri membuat Dion sangat tidak suka dengan sikapnya. Sementara Satria, meski tidak ingin mendengar sindiran Lulu, tetap tidak bisa melepaskan anak yang ada di perut wanita itu.Setelah Dion masuk universitas, selain urusan biaya kuliah dan hidup, dia jarang menghubungi orang tuanya.Satria dan Lulu sering bertengkar, sementara ibu mertua justru berperan sebagai penengah.Dalam beberapa hal kecil, Lulu sering mencari-cari kesalahan. Lama-kelamaan, ibu mertua bahkan merasa tertekan dan hampir mengalami gangguan jiwa.Ibuku masih terus tinggal di rumah kakakku, merasakan kesulitan hidup di bawah tekanan kakak ipar dan rasa bersalah terhadapku. Dia terus merasakan pahitnya menjadi orang yang bergantung.Untungnya, penderitaan mereka tidak lagi menjadi penderitaanku.Di tempat dimana cahaya senja bertemu, aku melihat awan di depanku. Jiwaku disucikan, hatiku terasa ringan seperti kabut di gunung.Dalam kabut i
Setelah mantan atasanku, ibuku bertemu dengan teman SMA-ku.Gadis seusia denganku, meskipun wajahnya mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan, tapi semangatnya tetap terpancar."Bu, waktu itu aku bisa masuk universitas terbaik, benar-benar berkat bantuan Kamila.""Saat itu, aku sudah hampir menyerah untuk ujian masuk universitas, tapi Kamila yang setiap hari menemani aku menghafal kosa kata dan mengerjakan soal. Dia bilang, selama masih ada harapan, jangan pernah menyerah. Dia juga bilang ingin masuk universitas bagus agar bisa membuat Ibu bangga dan tampil lebih baik di hadapan kerabat."Setangkai bunga putih dia letakkan di kaki ibuku. "Kemudian aku mendengar teman bilang dia sebenarnya bisa masuk universitas terbaik kedua, tapi dia malah memilih universitas biasa di provinsi ini. Aku benar-benar merasa sangat sayang. Aku nggak mengerti kenapa dia membuat keputusan seperti itu, apalagi kenapa setelah menikah dia memilih jadi ibu rumah tangga."Dia menekan kedua tangannya. "Mungkin semua
Di pemakaman, ibuku duduk di baris pertama, menangis dalam diam.Mantan atasanku berjalan ke sisi ibuku. "Aku turut berduka cita."Ibuku mengusap air matanya, menatap dengan mata yang kehilangan cahaya. "Terima kasih sudah datang untuk mengantarnya."Atasanku melihat foto hitam putihku. "Sudah belasan tahun, nggak menyangka dia akan terlihat begitu tua.""Dulu dia sangat bagus di perusahaan. Efisiensi kerjanya tinggi, karakternya juga menyenangkan. Semua rekan dan Bos menyukainya. Saat itu ada seorang manajer yang pindah, dan posisi itu langsung diputuskan untuknya. Semua hal sudah disepakati, tinggal tanda tangan kontrak."Mata ibuku mulai berkaca-kaca. "Siapa sangka, setelah liburan Tahun Baru, dia kembali dan bilang ingin mengundurkan diri. Katanya dia hamil. Bos sudah bilang bisa menunggunya, tapi sambil menangis dia bilang keluarganya memaksanya berhenti bekerja. Akhirnya Bos menyerah dan mengurus pengunduran dirinya."Sambil menenangkan ibuku, dia melanjutkan. "Bukan kesalahannya
Sebenarnya, aku tidak terlalu pandai menyembunyikan fakta bahwa aku mengidap kanker.Suatu hari, setelah pingsan saat sedang membersihkan rumah, aku baru tersadar setelah tiga jam.Aku berpegangan pada dinding saat keluar dari kamar, dan melihat ibu mertua asyik menonton video di ponselnya."Kamu nggak dengar apa yang terjadi di dalam kamarku?""Oh, aku dengar. Kalau jatuh, 'kan bisa bangun sendiri. Apa aku harus bantu?"Ibu mertua tidak peduli, jadi aku hanya membereskan barang-barang dan pergi ke rumah sakit.Ibu mertua melihatku pergi dan berteriak, "Seharian cuma tahu bersenang-senang!"Sampai di rumah sakit, aku menghabiskan sebagian besar hari untuk pemeriksaan, dan diberi tahu bahwa ada beberapa tes yang perlu dilakukan esok harinya."Bu Kamila, besok harus datang tepat waktu untuk pemeriksaan."Melihat dokter yang serius, aku tidak bisa menahan rasa curiga. "Apakah aku mengidap penyakit yang sangat parah?""Kami menduga ini kanker pankreas, tetapi masih perlu dikonfirmasi. Jang
Konon, setelah seseorang meninggal, mereka akan berubah menjadi debu, kemudian disimpan dalam sebuah kotak kecil yang berbentuk persegi. Ini adalah pertama kalinya aku merasakannya.Tubuhku sedang dibakar, namun jiwaku sedang dibersihkan.Dion memeluk kotak abuku sambil menangis tersedu-sedu. Dia juga melemparkan tangan Satria yang diletakkan di punggungnya, dengan mata merah dan basah penuh kebencian.Tetapi, anakku, bukankah kamu paling benci jika aku ikut campur dalam hidupmu?Bukankah kamu selalu merasa aku seperti orang gila, dan berharap aku berada sejauh mungkin darimu?Kenapa kamu, yang begitu menginginkan kematianku, malah jadi begini setelah keinginan itu menjadi kenyataan?Mertuaku duduk di samping dengan rasa bersalah. "Aku juga nggak tahu, penyakit ini bisa membuatnya meninggal begitu saja ...."Keheningan dipecahkan ketika seseorang masuk dari pintu.Begitu tersadar dari kebingungannya, Satria melihat Lulu yang dengan sok kuasa menyuruh orang untuk membawa televisi ke rum
Di ujung telepon terdengar hening sejenak. "Permisi, apakah ini Pak Satria? Kami dari rumah sakit. Jenazah Bu Kamila sudah lama berada di ruang pendingin jenazah. Apakah Anda yakin nggak mau mengambilnya?"Wajah Satria yang penuh kemarahan tiba-tiba membeku. "Apa kamu bilang?""Tolong datang ke rumah sakit untuk mengambil jenazah Bu Kamila. Kami sudah menghubungi Anda seminggu yang lalu. Kalau ada waktu, tolong datang dalam dua hari ini."Ibu mertuaku yang ada di sampingnya memegang lengan Satria. "Ada di mana si Kamila itu?"Satria mendorong ibu mertua dengan kasar. "Jangan berisik!"Lulu yang duduk di meja menyadari sesuatu. Dengan cemas dia mendekat ke sisi Satria, pura-pura menunjukkan sikap bijaksana dan menenangkan. "Ini pesta kelulusan anakmu, masalah ini bisa dibicarakan nanti malam."Satria berteriak keras, "Jangan ada yang berisik! Ibu dari anakku sudah meninggal!"Dion langsung merespons, menarik pakaian Satria, berusaha mendapatkan lebih banyak informasi darinya.Namun, Sat
Satria dan Lulu berciuman sepanjang jalan, dari tangga menuju pintu rumah. Saat membuka pintu sambil terburu-buru ingin melanjutkan, Satria melihat Dion berdiri di ruang tamu dengan ekspresi datar, memegang segelas air dan menatapnya.Dia merasa canggung dan melepaskan Lulu, yang memukul dadanya dengan marah. Namun, dengan lembut dia menangkupkan tinju Lulu dengan telapak tangannya."Saranku, sebaiknya kamu sembunyikan kekasihmu itu, agar ibu nggak marah lagi ketika pulang."Melihat dua orang yang jelas-jelas berselingkuh tanpa rasa malu, Dion menyindir dengan tenang.Satria jelas mengira ini masalah uang. Dia mengeluarkan ponselnya dan mentransfer uang ke Dion. "Nenekmu sedang pulang ke desa, kamu bisa santai beberapa hari ini. Masalah uang nggak perlu dikhawatirkan."Setelah menerima transferan uang, Dion memberi isyarat "OK" dengan tangan dan berbalik menuju kamar. Sementara itu, Lulu mengomel tidak puas di belakangnya, "Kamu terlalu memanjakan anakmu, ya ...."Langkah Dion langsung
Ketika aku berjuang melawan rasa sakit di ranjang rumah sakit, Satria masih ragu apakah akan memberikan pompa pereda nyeri seharga 2 juta lebih padaku.Ibu mertuaku menghalangi pandangan perawat sambil menggelengkan kepala ke arah Satria. Akhirnya, dia mengabaikan penderitaanku demi menghemat 2 juta.Pandanganku mulai kabur, tetapi seluruh tubuhku seolah-olah berteriak."Berikan aku pompa pereda nyeri itu! Aku bisa membayarnya sendiri!"Namun, tenagaku hampir tak tersisa, hanya bisa mendengar dengan lemah Satria yang merasa bersalah tetapi tetap memilih tidak mendampingiku melahirkan.Anakku masih ada di dalam kandungan, suamiku di luar ruang bersalin, dan ibuku ada di rumah yang jaraknya kurang dari tiga kilometer dari rumah sakit.Dari awal sampai akhir, tidak ada satu pun yang peduli apakah aku hidup atau mati.Bahkan ibuku sendiri beralasan sibuk menjaga anak kakakku dan menolak untuk menjengukku.Selama lebih dari sebulan aku dirawat setelah melahirkan, dia tidak pernah datang men
Pada hari anakku selesai ujian masuk universitas, aku meninggal di rumah sakit karena kanker stadium akhir.Sementara itu, suamiku sedang memeluk mantan kekasihnya di hotel dan berkata, "Cepat atau lambat, wanita tua itu akan kasih tempat buat kamu."Anakku berpesta semalaman di bar, mabuk-mabukan sambil mengeluh kepada temannya, "Ibuku itu maunya mengatur seluruh hidupku. Aku malah pengen jauh-jauh darinya."Mertuaku mengobrol dengan tetangga, "Seharian dia nggak melakukan apa-apa, cuma tahu makan saja. Aku menyesal punya menantu kayak dia!"Aku sudah tidak bisa membantah mereka lagi.Kali ini, akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.….Pada hari aku meninggal di rumah sakit karena kanker, jiwaku melayang di atas kota.Dokter melihat jasadku sambil menggeleng, "Sudah nggak ada harapan. Hubungi keluarganya saja."Telepon yang berdering segera dijawab."Apakah ini keluarga Kamila Lesmana? Begini, Ibu Kamila telah meninggal dunia karena kanker stadium akhir. Mohon datang ke