Share

Bab 122

Penulis: Sherra Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 22:21:32

Dalam perjalanan pulang, pasangan suami istri itu setuju untuk mampir dulu ke salah satu tempat makan yang mereka lalui. Warung sederhana dengan berbagai lauk rumahan yang bisa membawa pada kenangan bersama orang tua. Tak berbeda dengan Namira yang tiba-tiba merasakan euforia itu kala kaki melangkah masuk dan aroma dari berbagai rempah yang dicampur menusuk hidung.

Ingatan Namira jelas tertuju pada satu meja tak terlalu besar di rumah orang tuanya di Bandung dengan empat kursi yang mengelilinginya. Keluarganya tak pernah melewatkan makan bersama pada pagi, siang, bahkan malam hari. Semuanya terputar jelas di kepala.

Namira diam sejenak untuk menuntaskan perasaan-perasaan yang mendadak datang dari ingatan-ingatan yang membuat dirinya seketika merasakan kerinduan pada kedua orang tuanya yang telah tiada, terlebih pada Bima yang masih hidup tapi jauh darinya.

“Sayang,” tegur Arhan yang melihat istrinya tak berkutik sedikitpun dari dekat pintu masuk. “Ayo masuk.” Tangan Namira ditarik ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 123

    Pada malam hari Arhan pamit untuk pulang. Berulang kali ia meminta Namira untuk ikut bersamanya, tapi wanita itu terus menolak, bilang belum waktunya. Tak ada pilihan lain selain menghargai keputusan istrinya itu. Ia tak mau memaksa, takut akan berakhir tak baik. Selama istri dan anaknya ada di tempat aman dan ia mengetahui keberadaannya, maka itu tidak masalah. “Nanti aku bakal sering ke sini.”Namira mengangguk dengan tersenyum lembut, memberikan suaminya izin jika akan kembali berkunjung. Ia sudah memikirkannya dengan matang tentang kapan dirinya akan pulang. Tentu bukan ketika masalah yang tengah terjadi masih belum selesai sampai tuntas. Wanita itu ingin pulang saat semuanya sudah kembali seperti semula. Saat keadaan rumah tangganya sudah tenang tanpa ada gangguan apapun dan dari sisi manapun.“Hati-hati, ya, Mas,” ucap Namira yang mengantar kepergian Arhan di depan pagar. Wanita itu melambaikan tangan dengan perasaan tak rela sebab harus kembali berpisah dengan suaminya. Padahal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 124

    Sesuai usulan Bi Ida yang terdengar kurang ajar untuk ukuran pembantu, Arhan sangat menyetujui hal itu dengan alasan yang serupa. Tidak masalah jika pada akhirnya ia yang akan repot karena harus datang ke rumah wanita paruh baya itu untuk sarapan. Asal bisa bertemu dengan istri dan anaknya di pagi hari sebelum berangkat bekerja.Meskipun begitu, Bi Ida tetap datang bekerja seperti biasa setelah urusan di rumahnya selesai. Kali ini ia cukup melakukan beres-beres rumah saja di tempat sang majikan, tidak dengan memasak untuk menyiapkan sarapan sebab kegiatan mengotori dapur hanya pindah tempat saja.Perlakuannya pun tidak sama dengan saat ia di rumah besar sang majikan. Bi Ida berperan sebagai pemilik rumah pada umumnya, yang menyediakan hidangan untuk tamu yang datang dan ikut menyantap sarapan bersama-sama di meja makan yang memuat empat kursi.Pasangan suami istri itu merasakan suasananya begitu hangat. Apalagi bagi Namira, wanita itu merasa seperti ada sosok ibunya di diri Bi Ida, ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 125

    Arhan menahan diri untuk tidak menghubungi Namira setelah Bianca menyerahkan satu buah foto yang menjadi petunjuk penting tentang siapa ayahnya Iyan. Mati-matian ia bertahan hingga semuanya usai dibahas bersama sang sekretaris.Tujuan Arhan tidak memberitahu Namira sebab ia ingin melihat langsung ekspresi sang istri yang pasti akan terkejut dengan apa yang Bianca dapatkan. Foto yang sekretarisnya bawa itu benar-benar potret Pak Ato. Itu artinya mereka adalah Ayah dan anak.“Jadi Raya sama Iyan itu pernah bekerja di satu tempat yang sama?” Arhan bertanya untuk mengalihkan fokusnya yang sejak tadi ingin menghubungi Namira. Ia memastikan kepada Bianca yang hanya mengangguk sebagai jawaban.Bianca menyerahkan foto lain kepada atasannya. “Ini, Pak.”Selembar foto itu tidak hanya menunjukkan Iyan dan Raya saja, melainkan banyak orang. Sepertinya foto itu juga diambil ketika seluruh pegawai tengah berkumpul dalam satu acara. Arhan bisa melihat keduanya berdiri saling bersisian, bahkan tangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 126

    Rapat yang dilakukan siang tadi hanya pertemuan rutin setiap bulan untuk memantau segala hal tentang kinerja di kantor cabang. Membahas apa saja yang menjadi penyebab turunnya persentase pendapatan, komplain yang masuk, serta solusi apa yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah itu.Biasanya Namira juga ikut serta sebagai pendengar dalam rapat tersebut, jika ada usulan tentang sesuatu hal yang bisa membuat penjualan meningkat, sang istri selalu berbicara kepadanya terlebih dahulu. Tak berani menyampaikan langsung di depan banyak orang. Maka setelahnya ia yang akan memberitahukan pada pertemuan selanjutnya setelah berdiskusi panjang dengan istrinya.Akan tetapi karena keadaan rumah tangganya sedang tidak baik-baik saja, Arhan pun tak bisa fokus dalam mendengarkan keseluruhan materi yang disampaikan masing-masing pihak cabang sebab tak ada sang istri di sampingnya. Laki-laki itu terkesan banyak diam dan terlihat lesu bahkan saat ia sudah tidur siang dengan cukup sebelum rapat dimulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 127

    Arhan parkir di tempat biasa setelah menempuh waktu beberapa menit dari kantornya hingga rumah Bi Ida. Sepertinya untuk beberapa hari ke depan ia akan terus melakukan itu, mampir ke rumah pembantunya untuk melepas rindu pada sang istri dan anaknya.Untuk saat ini bukan rumahnya yang besar itu yang menjadi tujuannya ketika pulang bekerja. Bangunan dua lantai itu tak lagi menarik perhatian pemiliknya sebab hanya kesunyian yang dirasakan. Kerap kali menyebarkan aura kesedihan serta kegelisahan bahkan ketakutan tentang kesudian sang istri dan anaknya untuk pulang. Sehingga membuatnya ikut enggan untuk berada di sana.Beruntung kemarin Elio memberi jalan untuknya dengan cara memanggilnya berulang kali hingga menangis dengan maksud yang ia tangkap supaya dirinya bisa memperbaiki hubungannya dengan Namira. Suatu saat akan ia balas kebaikan anaknya itu dengan sesuatu yang setimpal.Arhan berjalan masuk dengan wajah yang berseri hanya karena membayangkan wajah cantik istrinya. Meskipun beberap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 128

    “Udah fix, sih, menurut aku mereka sekongkol.”Namira bersungut-sungut setelah Arhan menceritakan kejadian di parkiran yang tak sengaja ia dengar itu. Setelah makan malam dan menidurkan Elio, mereka kembali ke ruang tengah di rumah Bi Ida. Wanita pemilik rumah juga ikut duduk di sana, mendengarkan dan sesekali terbawa kesal seperti majikannya.Mereka bertiga masih membicarakan perihal Andri yang bertelepon di parkiran itu, beberapa kali Arhan menanggapi dengan terkekeh karena melihat dua wanita di dekatnya yang saling menunjukkan amarah masing-masing.Jika Namira masih bertahan selagi menuntaskan kekesalannya yang sudah menumpuk pada satu cerita saja. Bi Ida justru memilih pergi beristirahat, wanita paruh baya itu menyerah, ia tak bisa bergelut dengan jam tidurnya yang selalu lebih awal.“Mas Arhan menginap saja di sini malam ini, tapi maaf rumahnya kecil. Kemungkinan tidur di sofa juga semisal Mbak Nami tidak mengizinkan untuk tidur bersama.”Mata Bi Ida melirik Namira sebentar melal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 129

    “Mereka keliatan mesra banget, ya,” komentar Namira pada kedekatan Raya dan Iyan dalam sebuah foto yang diambil ramai-ramai. Ia bisa melihat kalau keduanya sangat bahagia. Lengkungan senyumnya begitu lebar, siapapun akan menduga jika hubungan mereka sangat baik saat itu.“Kenapa? Kamu nyesel putus sama Iyan?” goda Arhan pada istrinya.Sementara Namira hanya mengerlingkan mata sebentar sebelum kembali fokus pada foto di tangannya. “Nggak usah mancing-mancing, ya,” jawab wanita itu dengan nada ketus.Arhan yang masih sibuk dengan mengumpulkan sampah yang berserakan untuk kemudian di taruh pada satu kresek berukuran sedang hanya terkekeh. Nyatanya menggoda Namira masih sangat ia gemari sebab respon wanita itu yang membuatnya merasa bahagia.Namira beralih pada suaminya setelah sibuk memandangi potret keduanya dengan lekat. Satu pemikiran tiba-tiba terlintas di kepala. “Kayaknya ini emang niat mereka dari awal nggak, sih, Mas?”“Niat apa?”“Sekongkol buat misahin kita.”Arhan terlihat tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 130

    Namira mengira ia yang bangun lebih dulu dari dua orang lainnya yang berada di kamar yang sama. Ia pandangi sebentar plafon rumah Bi Ida sembari mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Sejenak ia juga meregangkan ototnya yang terasa kaku sebab dipaksa tak boleh banyak bergerak ketika tidur atau ia akan jatuh.Pandangan matanya beralih pada sisi terdekatnya, di mana semalam Arhan merebahkan diri seraya memberikan pelukan hangat sepanjang malam untuknya, tapi kini sudah tergantikan dengan balutan selimut yang membungkus tubuhnya. Laki-laki itu tidak ada di sana.Namira merotasikan kepala ke sisi lain untuk melihat sang anak yang biasanya masih terlelap saat ia membuka mata. Keningnya mengerut ketika tubuh mungil itu tidak ada di sana. Ternyata ia yang bangun paling akhir hari ini. Apa mungkin Arhan bangun karena Elio?Satu tangannya meraba sekitaran bantal yang ia gunakan, mencari ponsel yang biasa ia taruh di sana sebelum tidur selama menginap di rumah Bi Ida. Ia cukup mala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 147

    Entah pada kata yang mana, hati Iyan melembut sejenak mendengar permintaan maaf dari Raya. Namun tak lama ia kembali mengamuk. Dalam kesadarannya mendadak tak terima jika ia mengampuni wanita itu dengan mudah. Padahal ini sudah berlangsung bertahun-tahun.Iyan berteriak. Menepis tangan Arhan yang mencoba menahan untuk tak kembali menerjang Raya. Laki-laki itu berlalu pergi keluar sampai membuat Namira melongo dan meminta suaminya untuk mengejar sebab masalah mereka belum selesai. Rencana ini harus tetap berjalan bagaimana pun caranya.Saat Namira tengah meminta suaminya untuk melakukan sesuatu, Iyan kembali masuk dengan cara berjalan mundur. Di depannya ada dua orang bertubuh kekar yang menghadang langkah laki-laki itu yang akan meninggalkan villa.“Apa maksudnya ini?” tanya Iyan pada Arhan yang menyunggingkan senyum. Kini tubuhnya sudah sepenuhnya berbalik dan dua orang tak dikenal itu berdiri di belakangnya.Arhan memasukkan dua tangannya pada saku celana. “Siapa yang izinin kamu pe

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 146

    Iyan refleks berdiri. Ia menghadang Arhan yang berjalan mendekat ke arah mereka seorang diri. Laki-laki itu tahu alasan Namira kabur karena sang suami yang berselingkuh sehingga membuat wanita itu memilih pergi. Ia mencoba melindungi mantan kekasihnya dari suaminya, takut-takut akan menarik pulang dengan paksa apalagi melihat tengah bersama dengan dirinya.Mata kedua laki-laki itu bertemu, saling memandang dengan tatapan sengit penuh pertarungan lewat sorot yang tajam. Langkah Arhan begitu tegas, tapi tak membuat Iyan ciut hanya karena hal itu. Laki-laki itu justru semakin mengepalkan tangan yang terentang, menyembunyikan Namira beserta anaknya di balik punggung. “Kamu diem di situ aja. Biar aku yang hadapi dia.”Andai Namira tengah berada dalam huru-hara rumah tangga yang sebenarnya atau kejadian saat ini sesuai dengan yang Iyan pikirkan, sudah pasti ia terbuai dengan apa yang mantan kekasihnya itu lakukan.Sikap Iyan benar-benar mencerminkan seorang laki-laki pelindung, yang kebanya

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 145

    Karena tiba-tiba ada rencana yang harus dirubah sebab keberadaan Iyan yang tak di sangka-sangka ternyata ada di hotel yang sama dengan Namira. Wanita itu dengan spontan menjalankan rencana di luar yang sudah disepakati.Namira pikir, mengoptimalkan rencana untuk menggaet Iyan tanpa meninggalkan curiga adalah usaha untuk membuat laki-laki itu tetap ada dalam jangkauannya. Itu sebabnya ia meminta tolong pada sang mantan kekasih untuk mengantar dirinya ke villa.Semula Namira merasa bangga akan hal itu, tapi ternyata malah menjadi boomerang untuknya sampai semalaman terpikirkan beberapa kemungkinan buruk yang akan menimpa dirinya dan sang anak.Beruntung semalam Pak Marwan sudah mendapatkan kunci dari sang pemilik villa, jadi pagi ini Namira tinggal menempatinya saja tanpa dicurigai oleh Iyan.Sesampainya mereka di villa. Iyan dengan sigap membantu menurunkan barang-barang milik Namira. Dua tas jinjing di kedua tangannya bukanlah sesuatu yang merepotkan, beratnya saja tak terasa menurut

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 144

    Akhirnya mereka sampai pada hari di mana akan membungkam dan membuat Iyan dan Raya tak bisa berkutik lagi. Namira berharap semuanya berjalan lancar hari ini supaya bisa fokus pada hal lain yang tak kalah penting.Karena nyatanya masalah yang menimpa rumah tangganya bisa berpengaruh besar ke segala hal dalam hidup mereka, tak terkecuali dampak utamanya adalah hubungannya dengan Arhan.Berbicara tentang hari ini, semalam Namira sudah memberitahu Arhan semuanya mengenai pertemuan tak sengajanya dengan Iyan. Memang ia tak tahu apa yang sebenarnya mantan kekasihnya itu lakukan di Bandung.Namun mengingat laki-laki itu memang asli orang Bandung dan orang tuanya yang baru ia ketahui ternyata Pak Ato juga ada di kota yang sama dengannya saat ini. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau salah satunya urusan Iyan adalah mengunjungi ayahnya.Jika diperkenankan untuk berpikir lebih luas lagi. Sebenarnya ada yang mengganggu pikiran Namira tentang keberadaan Iyan yang katanya baru sampai kemarin. Apa

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 143

    Sesampainya di lobi hotel, Namira menghampiri resepsionis terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi pesanannya yang dilakukan melalui sebuah aplikasi yang bekerja sama dengan hotel tersebut.Namira tidak langsung pergi untuk beristirahat dengan nyaman, ia memilih untuk duduk sebentar di lobi hotel sembari menunggu Pak Marwan selesai mengangkut semua barang bawaan mereka.Dalam beberapa detik mata Namira menangkap sosok laki-laki yang sebelumnya tidak ia ketahui keberadaannya. Bahkan ia sempat kebingungan untuk membuat sang mantan kekasih untuk mau menemuinya, tapi Tuhan sepertinya tengah berpihak padanya saat ini.Senyum Namira tersungging senang, lalu ia merapikan penampilannya. Satu tas yang tergeletak tak jauh darinya dengan ukuran sedang dan tidak terlalu berat semakin membuat otaknya bekerja lebih cepat. Semua pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan Iyan sudah memiliki jawaban di kepalanya.Mata mereka bertemu kala Namira mengangkat kepala. Ia bisa melihat bahwa Iyan terkejut dengan

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 142

    “Pak kita ke villa dulu, ya,” ucap Namira yang seketika teringat jika tugas kedua setelah mengecek kondisi rumah orang tuanya adalah mengunjungi penginapan yang sebelumnya mereka sewa untuk melancarkan aksinya besok.Tak ada anggukan atau sesuatu yang menunjukkan kesediaan Pak Marwan dalam menunaikan perintah majikannya itu. Namira sempat mengernyitkan dahi, tapi tak mau ambil pusing. Sudah pasti laki-laki paruh baya itu akan menuruti segala perintahnya saat ini sebab tidak mungkin menunggu persetujuan suaminya dulu.Namun tiba-tiba mobil yang mereka kendarai, Pak Marwan bawa untuk menepi. “Ada apa, Pak?” tanya Namira yang semakin mengernyitkan dahinya. Ia menatap sekeliling, jelas sekali saat ini mereka belum sampai di villa apalagi hotel.Sang sopir itu mengeluarkan ponselnya tanpa berniat mengucapkan apapun kepada Namira yang seketika menjadi marah sebab beranggapan kalau Pak Marwan akan menghubungi suaminya untuk meminta izin membawanya ke villa bukan ke hotel, sesuai yang Arhan u

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 141

    Berbeda dengan Arhan yang sudah melacarkan aksinya sebelum ia benar-benar pergi ke Bandung. Namira justru sama sekali belum melakukan apapun untuk membuat Iyan mau menemuinya besok. Ia baru sampai di rumah orang tuanya. Dugaannya ternyata benar bahwa rumah yang ditinggali oleh orang tuanya sebelum meninggal itu sudah seperti rumah hantu, bangunan terbengkalai dan tak layak huni. Apa yang dikatakan suaminya pun sepenuhnya benar kalau Pak Ato tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, sama seperti masalah kosan yang keadaannya tidak seasri dulu. Namira membuang napas berat, sebelum ia turun untuk mengambil gambar supaya bisa ditunjukkan pada suaminya. Terlebih dahulu ia menghubungi saudara satu-satunya yang ia miliki sebab Bima lah yang menjadikan Pak Ato sebagai penanggung jawab atas bagian luar rumah itu, tapi tak dilakukan dengan benar. Sambungan telepon itu tak kunjung mendapatkan jawaban sampai wanita itu berdecak sebal. "Mana, sih, Kak Bima? Kenapa nggak angkat teleponnya?"

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 140

    Sepeninggal istri dan anak juga Pak Marwan. Laki-laki yang kedapatan pergi besok untuk menyusul Namira kini tengah duduk di meja makan.Lebih tepatnya Arhan mengikuti langkah Bi Ida hingga dapur. Ia duduk di sana sementara wanita paruh baya itu menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda karena kepergian majikannya.Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak ada yang berniat membuka suara. Apalagi Bi Ida meskipun sudah lama bekerja dengan Arhan, jika di hadapkan dengan laki-laki itu tetap saja bingung mau memulai pembicaraan apa untuk memecah keheningan.Suasana diantara mereka terkesan canggung meskipun Bi Ida saat ini tengah membelakangi majikannya. Arhan pula tak memedulikan apa yang dilakukan pembantunya di sana. Laki-laki itu hanya merasa kesepian setelah kepergian istri beserta anaknya, jadi di sanalah ia sekarang. Mengalihkan kekosongan dengan kehadiran wanita yang sibuk dengan aktivitasnya.Arhan memainkan ponsel sejak tadi. Ia mulai melancarkan aksi untuk membuat Raya

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 139

    “Doain lancar dan selamat sampai tujuan, ya, Mas.”Namira mengutarakan permohonan dari ketakutan sebab akan menempuh perjalanan berjam-jam tanpa didampingi suaminya. Ia hanya akan ditemani oleh Pak Marwan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Tentu ini juga menjadi pengalaman pertama selama menikah. Biasanya kemanapun dan mau sejauh apapun pasti Arhan akan selalu berada di sampingnya untuk menemani dan berbagi tugas atas Elio. Namun kali ini sepertinya ia akan mengendalikan dirinya sendiri sebelum laki-laki itu menyusul ke Bandung.Pelukan Namira semakin lama semakin erat. Tak mau berpisah dengan suaminya yang justru tengah merasakan kegembiraan sebab tingkah laku wanita itu yang manja. Berbeda dengan bayangannya saat laki-laki itu mengajaknya pulang. Ia kira yang akan didapatkan itu gerutuan, tatapan sinis, bahkan menghindari dirinya, tapi ternyata semua itu terjadi sebaliknya. Contohnya seperti sekarang ini.“Selalu aku doakan, Sayang. Nanti di sana minta tolong sa

DMCA.com Protection Status