Pada malam hari bel rumah Wika berbunyi, dengan cepat Wika berlari untuk membuka pintu rumahnya. Disana Pras berdiri dengan penampilan yang sedikit kusut tak seperti penampilannya pagi tadi.
Wika menyapa Pras sekadar basa-basi dan Pras pun membalas sapaan basa-basi Wika sekedarnya. Membuka pintu lebar dan segera menyingkir demi memberi jalan untuk Pras masuk ke rumahnya.
"Dimana Vania?" tanya Pras celingukan mencari keberadaan sang anak.
"Vania tidur di kamarku," sahut Wika berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas dimana kamarnya berada.
Pras mengikuti Wika, tidak, lebih tepatnya mengekori langkah gadis itu dari belakang. Wika membuka pintu kamarnya lebar dan masuk ke dalam, di susul Pras yang juga ikut masuk ke dalam kamarnya.
Pras tercengang ketika melihat kamar Wika, isi di dalamnya sangat rapih, dan bersih. Pras tidak menyangka dan tidak menduganya, ia pikir kamar Wika pastila
Pras melirik Wika yang hanya diam setelah gadis itu menjelaskan perihal hubungannya dengan si Alex Martin. Dada Pras merasakan kelegaan dan plong setelah mendengar jawaban Wika.Tapi, pertemanan yang seperti apa sampai dekat seperti itu. Ah! Pras kembali merasa risau, sial!"Pertemanan seperti apa yang kamu maksud, Wika Adelia?" tanya Pras yang sedari tadi mulutnya sudah gatal ingin bertanya hal itu.Wika memalingkan wajahnya dan kini menoleh penuh ke arah Pras. "Kenapa?" tanyanya. "Kenapa pak Pras ingin sekali tahu?"Tiba-tiba Pras terkekeh, "lihatlah, sekarang siapa di antara kita yang kepo?" sindir Pras.Wika mengatupkan mulutnya seketika bungkam, benar juga, kenapa dia yang jadi terlihat kepo sekarang?"Bisa banget ya bapak memutar balikan fakta, jelas-jelas bapak yang kepo." sesal Wika merasa kalah malu pada Pras.Pras tertawa, "ya sudah, biar adil,
Melliza Salma tersenyum puas saat ia berhasil mengatakan segala sesuatunya mengenai kisah perjalanan rumah tangganya dulu bersama Pras, sang mantan suami. Dapat terlihat jelas oleh pandangan matanya reaksi keterkejutan dari kedua ibu itu ketika Melliza mengatakan alasan mengapa ia memilih bercerai dari Pras.Kedua mulut ibu itu terbuka lebar untuk beberapa saat kemudian mengatup rapat lagi. Masih sangat syok dengar cerita mantan istri dari tetangga barunya ini. Melliza kembali merapihkan rambutnya yang tergerai terkena hembusan angin, saat itu tanpa mereka sadari sosok bocah kecil tengah memperhatikannya dari arah rumah yang bersebelahan dengan rumah Pras."Mama!" pekik Vania berlari kecil saat matanya seperti menangkap sosok yang di kenalinya.Seperti mendengar suara teriakan anak kecil, sontak Melliza dan kedua ibu itu memutar kepalanya menoleh ke sumber suara dan melihat Vania yang berlarian kecil mendekat. Kedua mata Melliza ber
Hari-hari berlalu begitu cepat tanpa terasa dan kembali bertemu hari weekend. Tetapi, hari ini tak seperti biasanya Pras akan bersikap ceria dalam menyambut hari wekeend-nya.Pras merenung di balkon kamarnya sembari menatap ke arah perumahan lainnya sambil berpikir keras, terus memikirkan beberapa hari belakangan ini. Pras merasa ada sesuatu hal yang janggal, dan itu terjadi pada dirinya saat ia melihat semua tatapan tetangganya yang seolah menyiratkan ekspresi heran dan tak menyangka.Pras bahkan tak sengaja ketika saat itu lewat melintas ia mendengar para ibu-ibu tetangga di komplek perumahan ini tengah menggosip berbisik-bisik menyebut nama Pras dan Vania. Para ibu-ibu itu langsung terdiam kaku saat menyadari kehadiran Pras, mereka semua menyapa ramah Pras seraya tersenyum kemudian ngacir pergi.Dan hal itu tak sekali dua kali terjadi, bukan hanya kalangan ibu-ibu saja bahkan bapak-bapak di lingkungan komplek per
Wika pulang dengan tubuh yang lemas, bukan lemas karena kelelahan habis joging melainkan lemas karena syok luar biasa dengan hal yang baru saja ia dengar dari para tetangganya.Wika merapalkan dalam hati kata 'tidak mungkin' berulang kali. Ia tidak sepenuhnya percaya pada apa yang di gosipkan para ibu-ibu tadi. Rasanya itu sangat mustahil bagi Wika untuk mempercayainya.Pak Pras yang tampan dan gagah, tak mungkinlah jika beliau adalah seseorang yang menderita penyakit impoten. Yang menurut Wika pernah mendengar jika itu adalah suatu penyakit mengenai alat kelamin pria, dimana alat kelamin pria yang tidak mengalami ereksi meskipun pria tersebut sudah sangat bergairah.Argghh!Wika dilanda rasa tak percaya, tak habis pikir dengan gosip itu. Sambil duduk di salah satu anak tangga rumahnya Wika duduk sembari mengutak-atik ponselnya. Searching di salah satu aplikasi guna demi mencari kebenaran tentang f
Raut wajah Sofi juga ikut gusar sama seperti raut wajah Pras, keduanya duduk terdiam setelah Pras menceritakan segala firasat buruk dan dugaannya."Apa kamu yakin, kak Pras?" tanya Sofi melirik sang kakak.Pras menghela nafas, "entahlah, tapi hari ini aku menemukan sesuatu yang mengejutkan.""Sesuatu yang mengejutkan?" ulang Sofi.Pras mengangguk. "Aku syok saat menemukan satu foto Melliza di kamar Vania.""Apa?!""Padahal kamu tahu sendiri kan jika aku sudah membakar semua benda apapun yang mengenai Melliza. Agar Vania tidak akan mengingat-ingat wanita itu lagi dengan tidak adanya kenangan tentang dia di rumah baru kami." kata Pras meradang dengan wajah merah padam menahan amarah."Kecuali jika bukan orangnya sendiri yang datang ke tempat ini dan mulai mengusik kembali Vania." ucap Sofi yang di angguki setuju oleh Pras. "Dan juga menghasut para tetangga
"Hai!" sapa Sofi ketika membuka pintu utama rumah Pras. Di ambang pintu yang terbuka berdiri Wika bersama Vania."Mbak Sofi!" pekik Wika mendekat seraya memeluk tubuh Sofi. "Kapan datangnya mbak?" tanya Wika."Uhm, sudah lumayan lama sejak pagi tadi." jawab Sofi tersenyum menatap Vania sembari melambaikan tangannya.Vania tersenyum seraya masuk ke dalam rumahnya, Sofi melepas pelukannya. "Ayo masuk," ajak Sofi.Wika tersenyum dan menoleh ke belakang mencari Vania yang sudah tidak ada. "Vania....""Anak itu sudah masuk ke dalam Wika." ucap Sofi memberitahu saat melihat Wika yang panik."Astaga! Aku pikir anak itu kemana mbak." kekeh Wika dan perlahan melangkah masuk ke dalam rumah Pras dan menutup pintunya."Apa saja yang kalian lakukan seharian ini sampai Vania tidak ingat pulang?" goda Sofi."Tidak banyak mbak, kami menghabiskan waktu menonto
"Aku titip putriku ya, Fi." kata Pras setelah selesai menyantap sarapannya dan bangkit berdiri. Memakai jasnya yang tersampir di kursi kosong disampingnya.Sofi mengangguk, menggerakkan sebelah tangannya membentuk tanda hormat. "Siap bos!""Terima kasih," ucap Pras saat sudah mengancingkan jasnya, mencium kening sang adik dan kening putrinya dengan sayang."Kalau terjadi sesuatu hal buruk, maka tolong hubungi aku." titah Pras yang di angguki Sofi.Pras melangkah ke luar pintu di ikuti Sofi yang mengekor di belakangnya, sementara Vania masih setia duduk di kursinya menikmati sarapan sembari termenung. Wajah bocah itu terlihat murung dan cemas, entah apa yang sedang di pikirkannya."Hati-hati kak," kata Sofi pada Pras."Oke." sahut Pras tersenyum sembari membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobilnya.Sofi melambai-lambaikan tangannya pada mobil Pras yang
Senyum Sofi lenyap saat ia dan Vania sudah di luar pintu rumah Pras dan akan bersiap ke rumah Wika, sebuah mobil berhenti pas di depan rumah Pras. Seseorang di dalam mobil itu keluar dengan gerakan yang sangat anggun, wajah Sofi mengeras menahan amarah saat melihat wajah wanita itu.Melliza Salma membuka kacamata yang ia kenakan, melihat ke arah putrinya seraya melambai-lambaikan tangannya menyuruh Vania untuk melangkah mendekat padanya. Tak menghiraukan sama sekali keberadaan Sofi yang ada di samping Vania.Vania mendongak menatap Sofi yang menggelengkan kepalanya tanda tak mengizinkan Vania untuk lari pada Melliza. Genggaman tangan Sofi di tangan Vania semakin erat, Sofi akhirnya menggendong tubuh Vania dan membawanya berjalan untuk melewati si nenek sihir yang tengah berdiri dengan sikap angkuhnya."Apa kabar, mantan adik ipar." sapa Melliza tersenyum pada Sofi yang kini sudah berdiri di hadapannya. Sofi mendengkus mel
Tiga bulan kemudian....Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Yupss, tepat hari ini jatuhnya hari pernikahan Wika dan Pras akan di laksanakan. Butuh waktu tiga bulan bagi mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kenapa tiga bulan?Wika dan Pras memang sama-sama memutuskan siap menikah kapanpun, tapi kedua orang tua Wika rupanya mempunyai satu syarat pada Pras kalau ingin menjadi menantu mereka. Yaitu, Pras yang harus kembali memiliki pekerjaan tetap seperti dulu saat menjadi dosen. Berhubung Pras sudah tidak bekerja menjadi dosen lagi alias pe
Wika tampak lari terbirit-birit begitu melihat Pras yang mulai melangkah menaiki tangga. Jantungnya berdetak kencang takut ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka dari sudut di atas tangga. Dengan gerakan cepat masuk ke dalam kamar Vania dan mulai naik ke atas ranjangnya, membaringkan tubuhnya terlentang seraya menutup kedua matanya pura-pura tidur.Terdengar suara kenop pintu yang di putar, Pras membuka pintu kamar Vania dan masuk ke dalamnya. Saat masuk ke kamar sang anak matanya sudah di manjakan dengan suguhan paling istimewa, tampak Wika sang calon istrinya dan Vania yang tampak begitu serasi tidur dalam satu ranjang. Kalau orang lain yang melihat pastinya akan mengira jika mereka ibu dan anak sungguhan, bukannya terlihat seperti anak tiri dan ibu tiri.
Pras menatap tajam seseorang yang bertamu malam-malam datang ke rumahnya. Tadinya saat bel pintu rumahnya berbunyi Pras pikir itu Sofi, dengan langkah semangat Pras berjalan hendak membuka pintu untuk sang adik. Nyatanya saat pintu terbuka Pras tercengang melihat sosok cantik, ramping, dan tinggi berdiri di hadapannya dengan mengulas senyuman manis."Hai, selamat malam mantan suami." sapa Meliza Salma ceria.Pras mengeraskan rahangnya menggeram marah. "Untuk apa kau kesini?" tanya Pras to the point."Untuk apa katamu? Tentu saja untuk bertemu putriku, Vania.
Seminggu telah berlalu semenjak Pras menyandang status sebagai pengangguran, sementara Wika yang resmi memutuskan untuk berhenti kuliah. Keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka dengan bahagia, sekarang dimana pun ada Wika maka di situ ada Pras.Seperti sekarang ini keduanya terlihat kompak dalam membuat menu makan siang. Pras dan Wika tampak sibuk berkutat di dapur, berjibaku pada semua bahan-bahan makanan dan peralatan masak."Sayang, ayamnya di balik." titah Wika yang kini mulai berani memanggil Pras dengan sebutan mesra, tak seperti dulu masih malu-malu. "Jangan biarkan sampai gosong." titah Wika kembali."Oke bos," dengan sigap Pras mematuhinya, langsung fokus pada ayam yang tengah di gorengnya.Sambil membalik ayam yang tengah di gorengnya, Pras melirik pada Wika yang tengah sibuk pada olahan bumbu. Pras mengendikkan bahunya tak tau, entah bumbu apa yang Wika buat."Kamu sedang
Pras hanya diam saja saat sang adik tercintanya tengah mengomel memarahinya. Tampak Sofi tengah di liputi amarah yang luar biasa, terlihat pancaran kobaran api yang menyala pada wajahnya."Aku tidak mengerti dengan dirimu kakak, kamu ini bodoh atau apa?!" entah yang sudah ke berapa kali Sofi menjerit dan membentak Pras, mengumpat berbagai macam kata sebagai bentuk pelampiasannya atas tindakan yang di buat sang kakak.Sambil masih terus mengomel Sofi mondar-mandir berjalan kesana-kemari bagai orang kesetanan. Sedangkan Pras hanya diam sebagai pendengar yang baik.Jujur, sebenarnya Sofi tak habis pikir dengan jalan pemikiran Pras dan Wika yang begitu entengnya membuat tindakan ceroboh seperti berciuman di depan umum. Di depan orang banyak!Gila, gak sih?!Mereka berdua tidak memikirkan konsekuensinya, tak memikirkan posisi mereka yang harus di taruhkan disini.Pras yang mu
Tanpa permisi seperti mengetuk pintu ruangan dosen terlebih dahulu, Wika membuka pintunya kuat dan langsung menerobos masuk ke dalam. Hal ini membuat para dosen-dosen sangat kaget, mencibir pada tindakan tak sopan yang di lakukan Wika.Wika sama sekali tak mempedulikan itu, ia malah langsung mendekati Pras yang tampak tengah sibuk membereskan barang-barangnya."Pak Pras!" panggil Wika yang langsung menyita perhatian Pras.Pria itu menoleh ke arahnya, memberikan senyuman terbaiknya. "Hai sayang," sapanya begitu lembut sembari masih tetap fokus dengan barang-barangnya, ia masukkan ke dalam sebuah kardus cukup besar.Wika memperhatikan semua itu dengan wajah murung. "Buat apa semua ini pak?" tanyanya lirih."Tidak untuk apa-apa, hanya sedang membereskan semua barang-barang ini sampai bersih." jawab Pras santai masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Semua
"What? Ini seriusan?!" pekik Sofi membulatkan matanya kaget saat menerima beberapa foto dan satu rekaman video ciuman antara Wika dan kakaknya, Prasetyo Girandi.Pesan yang di kirimkan oleh seseorang yang baru-baru ini dekat dengannya. Awalnya Sofi malas dan tak berniat untuk membuka pesan itu, tapi kalah oleh rasa penasarannya yang kelewat tinggi. Dan betapa kagetnya lah Sofi saat melihat isi yang di kirimkan oleh orang tersebut.Sofi membaca isi pesan berikutnya yang di tulis orang tersebut. "Tranding topic.""Oh, shitttt! Astaga kak Pras, Wika! Apa yang kalian lakukan ini?" panik Sofi luar biasa panik.Uring-uringan Sofi langsung meluncur searching ke berbagai media sosial. Dan benar adanya, Sofi kembali membelalakkan matanya saat melihat kata tranding topic lagi dan parahnya berada di urutan nomor satu."Siapa yang menyebarkan ini?" gumam Sofi kalut.Sofi mencoba melihat k
"Hai, sayang." sapa Wika tersenyum ceria dan sengaja menekankan kata sayang dengan nada cukup kuat agar semua orang yang ada di kantin kampus mendengarnya."Boleh aku duduk?" tanya Wika meminta izin pada Pras yang terbengong hebat bagai orang linglung."Wika?" gumam Pras meyakinkan penglihatannya sendiri. "Aku tidak sedang berkhayal kan? Kamu memang menghampiri mejaku dan berdiri di hadapanku saat ini kan?"Wika tertawa ngakak, "kenapa bapak terlihat jadi seperti orang bego begini? Upssss." ejek Wika, namun ia buru-buru membungkam mulutnya saat melihat tatapan tajam Pras padanya.Pras langsung tersadar jika ini memang nyata dan bukan sekadar khayalan belaka. Tapi, rasanya masih sangat tak mungkin saja melihat Wika yang berani mengambil tindakan seperti ini.Apa gadis ini baik-baik saja? batin Pras terlihat khawatir pada Wika."Wika, are you okay?" tanya Pras menata
Wika mengerjapkan matanya setelah ia mendengar kekacauan yang terjadi di kampus. Berusaha menutup telinganya saat tak kuasa mendengar gosip yang menyebar luas. Gosip yang salah satunya mengenai pertunangannya dengan Pras. Sungguh, diluar dugaannya jika akan secepat ini.Kalau di pikir-pikir lagi, bagaimana mungkin jika hal ini sampai bocor dan menjadi berita yang menghebohkan di kampus? Sedangkan tak ada satu orangpun teman-teman Wika di kampus yang mengetahui ini, atau para dosen teman sesama se-profesi dengan Pras juga tidak ada yang tahu."Kecuali...." gumam Wika kembali mencoba mengingat-ingat mungkin saja ia sudah kelepasan bicara dan secara tak sadar membocorkan mengenai fakta tentang pertunangannya dengan Pras.Saat masih menebak-nebak siapakah dalang penyebar berita ini, tak sengaja ekor mata Wika melihat sosok pria yang di kenalnya tampak berjalan tergesa-gesa. Tentu hal ini membuat Wika curiga saat melihat