Kening Darka mengernyit dalam saat tangannya bersentuhan tanpa sengaja dengan tangan Tiara yang memberikan pakaian yang sudah ia siapkan untuk Darka. Bukan apa-apa, suhu tubuh Tiara yang terasa oleh Darka saat bersentuhan tadi terasa cukup tinggi. Saat Darka teliti pun, wajah Tiara tampak lebih pucat daripada biasanya. Sudah dipastikan jika Tiara memang tengah dalam keadaan yang kurang sehat. Namun, Darka memilih untuk tidak menanyakan apa pun. Tiara sudah dewasa, jika sakit dirinya bisa pergi ke dokter sendiri. Setelah bersiap, Darka segera turun dari lantai dua. Karena hari ini terlalu sibuk dan jadwal Darka akan cukup padat, Darka tidak memiliki waktu untuk sarapan di restoran. Dengan alasan itulah, Darka tepaksa untuk sarapan di rumah dengan menu sarapan buatan Tiara.
“Buatkan aku makan siang. Hari ini aku akan terlalu sibuk dan tid
Darka menyingkirkan tangan Vanesa yang sebelumnya masih memeluk dadanya dengan erat. Ia mengenakan celananya sebelum memeriksa ponselnya. Ini hari ketiga dirinya menginap di apartemen Vanesa, dan mengabaikan semua pesan serta telepon dari Tiara. Ia sibuk besenang-senang dengan Vanesa, setelah menyelesaikan pekerjaan yang berhasil membuatnya meraup untung milyaran rupiah. Walaupun sebenarnya, Darka tidak terlalu merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Vanesa, tetapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Darka menghidupkan ponselnya dan melihat jika ini sudah dini hari.Namun, hal yang mengejutkan Darka adalah puluhan telepon yang tidak terangkat, baik dari Tiara maupun dari kedua orang tuanya. Ditambah dengan
Tiara membuka matanya, butuh beberapa waktu bagi Tiara untuk benar-benar sadar dan bisa menggunakan indra penglihatannya dengan baik. Tiara pun sadar, jika saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Tiara tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Tiara ingat jika dirinya kehilangan kesadaran saat berada di tengah kegiatan memasaknya. Daripada memikirkan kondisinya, Tiara malah mencoba mengingat apakah dirinya sudah mematikan kompor atau belum. Saat mengingat jika dirinya memang sudah mematikan kompor, Tiara menghela napas lega. Namun, helaan napas tersebut membuat seseorang mencela sikapnya.“Apa yang membuatmu menghela napas lega seperti itu? Apa kau senang sudah membuat hidupku menderita?”
Jarvis menelan ludah dan agak gugup saat berhadapan dengan perempuan anggun yang kini tengah menyesap teh dengan gerakan yang begitu anggun. “Kau pasti mengenalku, bukan?” tanya perempuan itu sembari meletakkan cangkir tehnya kembali ke atas meja.“Tentu saja saya mengenal Anda,” jawab Jarvis masih dengan rasa gugup yang belum membaik.“Tidak perlu terlalu formal seperti itu. Kau adalah teman dari putraku, jadi bersikaplah santai dan anggap aku sebagai tantemu sendiri,” ucap perempuan itu dengan nada lembut.Jarvis pun berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri dan bertanya, &ldq
Darka pun melangkah dengan penuh percaya diri dengan map yang berada di tangannya. Saat Darka memasuki gedung, Darka bisa melihat beberapa orang yang berpakaian sama dengannya. Dengan kemeja putih polos, celana hitam, dan dasi hitam yang tersimpul rapi. Penampilan khas pelamar kerja. Meskipun mengenakan pakaian yang sama, tetapi dirinya tampil dengan memukau orang-orang yang melihatnya. Beberapa dari mereka juga ada yang mengenal sosok Darka sebagai putra dari keluarga konglomerat. Namun, saat sadar Darka tengah melamar kerja, orang-orang itu berpikir bahwa mereka salah mengenali orang. Karena sudah terbilang sangat terbiasa dengan pandangan orang-orang yang tertuju padanya, Darka tidak kesulitan dengan perhatian yang ia dapatkan. Berbeda dari para pelamar yang lain, Darka tidak terlihat gugup. Tentu saja, kepercayaan diri Darka bahwa
“Apa?!” tanya Vanesa benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ia dengar.Manager Vanesa hanya bisa menghela napas panjang. Ia sudah susah payah mendidik dan mengatur Vanesa untuk menjadi model papan atas. Memang, semua usahanya itu hampir berhasil dengan Vanesa yang didapuk menjadi model utama di perusahaan besar yang baru saja merilis produk terbaru mereka. Namun, kesuksesan tersebut seketika menjauh saat masalah besar datang padanya. “Jangan berteriak di hadapanku,” ucap sang manager dengan nada penuh peringatan.“Bagaimana aku tidak berteriak?! Semua kontrak dibatalkan, dan sekarang aku tidak memiliki pekerja
Empat bulan sudah Tiara dan Darka hidup di rumah petak yang terasa begitu sempit bagi Darka. Sudah empat bulan pula Darka berusaha untuk membuktikan pada kedua orang tuanya—yang ia yakini tengah mengawasinya—bahwa ia bukanlah pengecut. Selama empat bulan ini, Darka masih berusaha untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Kini Darka memilih untuk menawarkan jasanya untuk menganalisis data pada perusahaan kecil secara rahasia, Tiara pun mengemban tugas untuk menghidupi dirinya dan Darka dengan berjualan kue. Meskipun memang Tiara hanya menitipkan kuenya ke warung-warung yang berada di sekitaran kontrakannya, kue Tiara selalu saja habis dan uang yang ia dapatkan bisa ia gunakan untuk menghidupi dirinya dan Darka, serta sebagian besarnya Tiara simpan untuk biaya kontrakan dan persalinannya nanti.
Darka menghela napas panjang dan menyeka keringatnya yang mengucur deras. Setelah berbulan-bulan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ijazah dan pengalaman yang ia miliki, pada akhirnya Darka pun memilih untuk menyerah. Pada akhirnya, Darka pun menjadi seorang kuli di sebuah proyek pengerjaan apartemen. Tentu saja Darka tidak terbiasa dengan pekerjaan kasar seperti ini, tetapi Darka tidak memiliki pilihan lain. Memang terasa sangat sulit, apalagi Darka harus menerima diperintah ini itu oleh mandor. Namun, Darka terus berpikir jika ini adalah kegiatannya di gym. Lalu sang mandor adalah instrukturnya yang memerintahkan untuk berolahraga dengan sesuai apa yang ia arahkan. Setidaknya, dengan apa yang ia pikirkan itu, Darka tidak terlukan harga dirinya.
Sembari menyusuri jalan pulang, Darka mencoba untuk menghafal hasil menguping pembicaraan kuli lain mengenai istri mereka yang hamil. Menurut mereka, mulai saat ini Darka harus sangat memperhatikan apa yang dilakukan oleh Tiara. Karena usia kehamilan Tiara semakin menua, akan sangat rentan bagi Tiara mengalami pendarahan karena terlalu lelah. Jadi, selain membuat kue dan merapikan rumah, Darka akan mengambil alih sisa pekerjaan. Darka yang akan membeli lauk dan akan mencuci pakaian. Meskipun sempat protes, tetapi pada akhirnya Tiara menurut karena perkataan perawat puskesmas yang menyarankan dirinya mengurangi aktivitas yang bisa membuatnya terlalu lelah.“Hari ini aku haru membeli lauk apa ya?” tanya Darka pada dirinya sendiri sembari mengeluarkan p
“Bunda!” seru Alana sembari berlari membuat rok yang ia kenakan bergoyang seiring langkah yang ia ambil. Alan tentu saja mengikuti, tetapi dengan langkahnya yang tenang. Darka yang bertugas menjemput kedua buah hatinya sepulang sekolah, melangkah di belakang dengan kedua tangan yang membawa tas serta botol minum milik Alan dan Alana.Tiara yang semula sibuk di dapur dengan para pelayan, segera ke luar dari dapur dan menghampir putra dan putrinya. Tiara tidak memperbolehkan Alana dan Alan masuk ke dalam dapur, karena sangat berbahaya. Apalagi untuk Alana, yang dulu sempat membuat ulah dan hampir saja celaka serta membuat rumah ini hampir kebakaran. Tiara tersenyum dan menerima pelukan dari putra dan putrinya dengan senang hati. “Apa hari kalian
Beberapa bulan kemudian“Cantiknya putri Ayah!” seru Darka saat melihat Alana mengenakan gaun cantik yang seragam dengan gaun Tiara. Darka pun menciumi Alana yang tertawa renyah saat mendapatkan kecupan tersebut. Sementara itu, Alan berada dalam gendongan Tiara. Ia juga mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Darka. Mereka tampil dengan menakjubkan. Alan dan Alana, memiliki tampilan menggemaskan yang rasanya diwariskan dari kedua orang tuanya. Siapa pun yang melihat si kembar, akan yakin jika keduanya akan tumbuh menjadi sosok yang sangat menawan dewasa nanti.
Tiara sibuk menyusui kedua anaknya yang ternyata menolak untuk menyusu menggunakan dot berisi ASI yang sebelumnya sudah Tiara pompa. Keduanya lebih senang menyusu secara langsung pada Tiara. Tentu saja tingkah putra dan putrinya ini membuat Tiara sulit untuk bergerak. Keduanya benar-benar menempel pada Tiara dan tidak mau disentuh oleh siapa pun termasuk oleh opa serta omanya. Tiara memejamkan matanya dan bersandar pada sandaran sofa malas yang selalu ia gunakan saat menyusui kedua buah hatinya yang selalu ingin disusui bersama-sama. Ini masih siang, tetapi Tiara sudah sangat lelah.Kini, Tiara dan Darka tinggal di kediaman utama. Sementara Puti dan Nazhan resmi kembali ke Kuwait serta fokus untuk mengurus semua perusahaan mereka di sana. Darka sendiri dipercaya
Vanesa terlihat bersebunyi di balik sebuah pohon di seberang kediaman Risaldi yang tengah cukup ramai karena persiapan acara akikahan kembar calon penerus keluarga Al Kharafi dan Risaldi ini. Vanesa melihat rumah itu dengan penuh kebencian karena semua usahanya untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga itu gagal total. Semua informasi yang Vanesa bocorkan pada pihak yang memang mencari jalan untuk menjatuhkan perusahaan milik keluarga AR tersebut, pada akhirnya menjadi senjata yang berbalik menyerangnya. Kini, karir Vanesa benar-benar hancur karena tidak ada satu pun perusahaan yang mau mempekerjakan dirinya. Bahkan, agensinya memutuskan kontrak secara sepihak dengannya.Hal itu terjadi karena Puti dan Nazhan turun tangan langsung. Keduanya melakukan sesuatu yang
Pagi ini, Darka mengumumkan kelahiran sepasang anak kembarnya melalui media sosial. Lalu esok hari, aka nada acara akikahan lalu berlanjut dengan acara pesta yang dilangsungkan di kediaman Risaldi. Tentu saja, kabar tersebut disambut gembira oleh orang-orang, kecuali Vanesa yang merasa begitu marah karena Darka sudah benar-benar membuangnya. Vanesa tidak lagi bisa menghubungi atau bahkan menemui Darka. Vanesa dibuang karena dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan oleh pria itu. Kemarahan Vanesa semakin menjadi karena dirinya merasa dikalahkan oleh Tiara yang menurutnya tidak bisa dibandingkan dengannya. “Aku tidak akan menerima penghinaan ini,” ucap Vanesa.Ya, Vanesa tidak akan hancur sendirian. Jika dirinya harus hancur dan kehilangan segalanya, maka D
“Tiara,” ucap Puti tidak percaya saat melihat Tiara sudah sadarkan diri.Tiara yang sebelumnya masih berusaha untuk beradaptasi mengerjapkan matanya dan menyentuh perutnya yang terasa agak ngilu. Puti yang melihat hal itu segera menahan tangan menantunya dan berkata, “Kau sudah dioprasi, terima kasih karena sudah memberikan sepasang cucu yang menggemaskan bagiku dan Nazhan.”Tiara yang mendengar hal itu pun terharu. Meskipun dirinya tidak melahirkan dengan normal, tetapi kebahagiaannya sama besarnya. Puti pun membantu Tiara untuk minum karena ia tahu jika Puti memang perlu membasahi tenggorokannya. Setelah itu, Tiara pun berkata, “Ma, aku ingin melihat mereka
“Ada keributan apa?” tanya Nazhan saat dirinya ke luar dari lift sembari menggandeng istri tercintanya yang hari ini pun menemaninya bekerja. Tidak sekadar menemani, Puti juga membantu Nazhan menyelesaikan pekerjaannya.Semenjak Tiara dan Darka benar-benar ke luar dari rumah, keduanya memang lebih sering untuk menghabiskan waktu bersama. Selain untuk saling menghibur karena merasa bersalah serta kesepian karena telah membuat Tiara harus hidup susah dengan Darka, keduanya juga melakukan hal ini untuk memastikan tidak mencari apa pun terkait nasib Darka dan Tiara. Ini adalah komitmen yang sudah keduanya buat bersama. Karena jika sampai mereka melihat dengan mata mereka sendiri betapa kesulitannya hidup keduanya, mereka pasti tidak akan menahan diri unt
Darka yang baru saja selesai menjemur pakaian, segera duduk di samping Tiara yang tengah menatap tayangan mengenai tempat wisata air yang ditayangkan di televisi. “Kenapa melihatnya hingga seperti itu?” tanya Darka.“Tampaknya bermain air seperti itu terasa sangat menyenangkan.”Darka bisa mendengar nada tertarik dalam ucapan Tiara. Ia tahu, jika Tiara ingin mengunjungi wahana air itu. Namun, rasanya mustahil bagi Darka mengajak Tiara untuk bermain di wahana air seperti itu dengan kondisi kehamilannya yang sudah sebesar ini. Darka pun bertanya, “Kalau sudah melahirkan, apa kau mau pergi ke sana denganku?”
“Astaga!” seru bapak-bapak yang tengah menjalankan ronda keliling. Para bapak terkejut saat melihat sosok yang meringkuk di hadapan salah satu rumah kontrakan yang berada di perkampungan mereka. Setelah beberapa saat saling mendorong untuk memeriksa siapa yang berada di hadapan rumah orang lain di waktu seperti ini. Hanya saja, setelah mengarahkan senter para wajah orang itu, semua orang menghela napas lega karena mengenalnya.“Darka kenapa di luar seperti ini?” tanya salah satu dari para bapak yang menggeleng melihat Darka yang kini mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu saja para bapak sudah mengenal Darka dan Tiara, pasangan muda menawan yang mereka kira tengah belajar untuk hidup mandiri. Dalam diam, para tetangga mengamati dan sedikit