"hallo calon nyonya Pramana," teriak seseorang ketika Syafa baru saja duduk di meja kerjanya.
Syafa hanya memutar matanya malas ketika mendengar suara cempreng Dewi tersebut."Apa sih, Wi. Berisik tau gak," ujar Fina kesal yang sudah mewakili Syafa.
"Tau tuh," ujar Rianti juga.
Sedangkan Dewi tidak menghiraukan kekesalan mereka."Eh, tangan kamu kenapa, Fa? Luka?" tanya Fina setelah melihat tangan Syafa yang di perban.
"Iya, tapi cuma luka dikit kok," jawab Syafa.
"Tapi kenapa kamu bisa luka kayak gini sih? Bukanya kalian tadi pergi keluar bareng ya?" tanya Rianti.
"Iya, tapi tadi ada orang yang gak sengaja goresin pisau di tangan aku," ujar Syafa menjelaskan kepada mereka. Fina dan Rianti pun mengangguk paham. Setelah itu mereka pun kembali mulai bekerja.
***
Syafa sedang mengendarai mobilnya menuju rumah. Namun keti
Selama perjalanan menuju rumahnya, Syafa hanya diam saja. Lebih tepatnya menangis dalam diam.Dia sungguh tidak menyangka dengan semua kenyataan ini. Ternyata ayahnya punya istri lain selain ibunya, dan juga punya anak dari wanita itu.Dan itu berarti Nathan itu adalah saudara Syafa juga. Syafa hanya diam saja memikirkan nya. Sesekali dia mengusap air matanya yang terus saja jatuh di atas pipi nya. Tidak ada percakapan diantara Syafa dan Devan selama di berada di dalam mobil.Mobil yang di kendarai Devan pun masuk ke halaman rumah Syafa. Mereka berdua pun langsung turun."Makasih pak, sudah mengantarkan saya pulang," ujar Syafa."Sama-sama," jawab Devan."Bapak bawa mobil saya saja kalau mau pulang, soalnya mobil pak Devan gak disini kan," tawar Syafa pada Syafa."Gak usah, sopir saya sudah mengantarkan nya.""Yaudah, kalau gitu saya masuk dulu pak," pamit Sya
Aurel berniat untuk mengunjungi rumah Syafa untuk sekedar pergi main saja.Setelah Aurel mendapatkan izin dari Devan, dia pun langsung pergi menuju rumah Syafa. Namun anehnya, Aurel melihat rumah Syafa sangat sepi.Biasanya akan ada beberapa asisten rumah tangga yang membersihkan bagian luar rumah Syafa saat jam segini. Tapi sekarang Aurel tidak melihat siapapun.Aurel pun memilih untuk mengetuk pintu rumah Syafa. Tapi sayangnya, tidak ada jawaban dari dalam. Aurel pun mengira kalau Syafa sedang tidak ada di rumah.Ketika Aurel hendak berbalik, tiba-tiba Aurel mendengar suara teriakan dari dalam."Itu bukan nya suara kak Syafa, ya?" tanya Aurel pada dirinya sendiri.Aurel kembali mendengar suara Syafa. Aurel pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah Syafa tersebut yang untungnya tidak di kunci.Aurel langsung mencari keberadaan Syafa ke kamar nya.Sesampainya Aurel Susana,
"Minggu depan kita nikah!"Devan pun langsung pergi dari sana setelah mengatakan empat kalimat yang sukses membuat Syafa melebarkan matanya."Loh, pak Devan jangan seenaknya gitu dong!" ujar Syafa sedikit berteriak, namun devan tak mengindahkan teriakan nya tersebut.Sedangkan Aurel sudah menahan ketawanya melihat wajah kesal milik Syafa."Udah, kak. dengerin aja ucapan kak Devan itu, karena ini semua sudah di rencanakan dari lama sama kak Devan," ujar Aurel yang masih terkekeh geli."Maksud kamu?" Syafa masih belum paham dengan apa yang di bicarakan oleh Aurel tersebut.Aurel berusaha meredakan tawanya."Sebenarnya, kak Devan itu udah lama ngerencanain buat melamar kak Syafa," ujar Aurel lagi. Lagi-lagi Syafa membulatkan matanya. Sedangkan Aurel juga ikut pergi meninggalkan Syafa yang masih tidak percaya dengan semua ini.***Syafa begitu tidak bisa tidur
"WHAT!" Teriakan seseorang itu mampu mengalihkan seluruh pandangan mata orang-orang yang ada disana, tak terkecuali Devan dan Syafa.Orang tersebut yang tak lain adalah Rendra hanya cengar-cengir saja mendapat berbagai tatapan dari orang-orang yang mendengar teriakannya tadi. Kemudian, dia pun duduk di samping Devan."Itu tadi gue gak salah dengar kan, Van. Lo bilang Syafa cantik? wah-wah, untuk pertama kalinya seorang Devan muji cewek." Rendra bersorak gembira. Lain dengan Devan yang hanya menatapnya datar sedangkan Syafa hanya tertunduk malu."Ngapain Lo kesini? gangguin orang aja Lo," ujar Devan datar."Ya elah, jadi Lo secara tidak langsung ngusir gue nih? Oke, fine. Gue pergi sekarang." Rendra pun hendak berdiri dari duduknya karena kehadirannya dianggap mengganggu orang yang sedang pacaran."Eh, pak Rendra gak usah pergi. Gabung aja makannya sama kami disini," ujar Syafa yang menghentikan gerakan Rendra.Rendra pun tersenyum jahil kear
Syafa Sidqiah, seorang wanita muslimah yang cantik dan juga pintar. Dia adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar milik ayahnya. Namun, Syafa malah memilih melakukan pekerjaan lain dan mempercayakan perusahaannya kepada orang kepercayaan nya.Dan hari ini adalah hari pertama Syafa bekerja sebagai sekretaris di kantor orang lain.Terdengar aneh memang, sudah punya perusahaan sendiri tapi masih ingin kerja di kantor orang lain.Tapi memang itu keputusan Syafa, jadi tidak ada yang bisa mencegah nya.***"Pak ayo cepat bawa mobilnya pak," desak Syafa kepada supir taksi yang sedang dia naikin."Iya neng, sabar. Ini juga udah cepat neng," jawab sopir taksi tersebut.Syafa masih saja terlihat gelisah. Kenapa tidak, hari ini adalah hari pertama dia bekerja. Dia tidak mau membuat kesan yang buruk di tempat kerja nya hanya karena dia datang terlambat.
***"Siapa yang kamu maksud?"ujar seseorang dari belakang Syafa.Tubuh Syafa menegang. Mampus.Syafa pun berbalik melihat siapa pemilik suara tersebut. Sedangkan Fina, entah sejak kapan dia kabur dari tempat tersebut."Eh pak Devan. Ada apa ya pak?" tanya Syafa yang hanya bisa nyengir kuda saja.Devan menatap Syafa datar, melebihi datarnya triplek."Ini waktu kerja, bukan waktu buat gibahin saya!""Hehe, maaf pak saya gak sengaja," ujar Syafa yang hanya menampilkan wajah tak berdosa nya."Gibahin orang pake gak sengaja segala. Selesai kan laporan ini, setelah itu temani saya meeting dengan klien." Devan pun memberikan sebuah file kepada Syafa."Sekarang pak?" tanya Syafa polos."Minggu depan juga gak papa," balas Devan yang sudah menatap Syafa tajam."Oh gitu, masih lama pak mendin
***Devan yang melihat Syafa tiba-tiba tak sadarkan diri langsung sigap membawa Syafa ke mobilnya. Setelah itu, ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Sebelum itu, ia memutuskan untuk membatalkan pertemuan dengan klien.Sesampainya di rumah sakit, Syafa langsung di bawa ke UGD."Bagaimana keadaannya dok?" tanya Devan datar."Pasien gak papa kok. Cuma asam lambungnya kambuh, mungkin karena dia telat makan," jelas dokter tersebut.Devan hanya mengangguk saja."Kalau begitu saya permisi dulu pak.""Silahkan."Devan pun masuk kedalam ruang UGD dan melihat Syafa yang sudah sadar."Pak Devan! Kenapa kita bisa ada disini? Bukanya kita mau meeting ya?" Tanya Syafa polos."Kamu mau tau kenapa kita ada Disini?" Syafa mengangguk."Karena di bawa sama angin." Jawab Devan datar.
***Syafa yang baru saja dimarahi oleh Devan langsung masuk keruang kerja nya dengan wajah kesal. Syafa sadar kalau dia melakukan kesalahan, tapi Syafa juga bisa meninggalkan kewajibannya sebagai manusia untuk saling membantu."Kamu kenapa Fa? telat?" tanya Fina yang baru menyadari kedatangan Syafa. Syafa hanya menganggukkan kepalanya saja."Aku tebak, pasti kamu habis dimarahi sama pak Devan ya?" ujar Fina lagi yang sudah terkekeh."Iya! Baru sekali aja telat tapi marahnya udah kayak orang yang habis ditinggal kawin aja," jawab Syafa kesal. Tawa Fina pun langsung meledak."Ya kamu sih, udah tau pak Devan galak, masih aja cari gara-gara.""Siapa juga yang nyari gara-gara sama tu orang. Lagian aku kan gak sengaja datang terlambat nya.""Yaudah, biarin aja. Yang penting kamu gak usah ulangi lagi. Bisa-bisa nanti kamu langsung dipecat sama pak Devan," ujar Fina
"WHAT!" Teriakan seseorang itu mampu mengalihkan seluruh pandangan mata orang-orang yang ada disana, tak terkecuali Devan dan Syafa.Orang tersebut yang tak lain adalah Rendra hanya cengar-cengir saja mendapat berbagai tatapan dari orang-orang yang mendengar teriakannya tadi. Kemudian, dia pun duduk di samping Devan."Itu tadi gue gak salah dengar kan, Van. Lo bilang Syafa cantik? wah-wah, untuk pertama kalinya seorang Devan muji cewek." Rendra bersorak gembira. Lain dengan Devan yang hanya menatapnya datar sedangkan Syafa hanya tertunduk malu."Ngapain Lo kesini? gangguin orang aja Lo," ujar Devan datar."Ya elah, jadi Lo secara tidak langsung ngusir gue nih? Oke, fine. Gue pergi sekarang." Rendra pun hendak berdiri dari duduknya karena kehadirannya dianggap mengganggu orang yang sedang pacaran."Eh, pak Rendra gak usah pergi. Gabung aja makannya sama kami disini," ujar Syafa yang menghentikan gerakan Rendra.Rendra pun tersenyum jahil kear
"Minggu depan kita nikah!"Devan pun langsung pergi dari sana setelah mengatakan empat kalimat yang sukses membuat Syafa melebarkan matanya."Loh, pak Devan jangan seenaknya gitu dong!" ujar Syafa sedikit berteriak, namun devan tak mengindahkan teriakan nya tersebut.Sedangkan Aurel sudah menahan ketawanya melihat wajah kesal milik Syafa."Udah, kak. dengerin aja ucapan kak Devan itu, karena ini semua sudah di rencanakan dari lama sama kak Devan," ujar Aurel yang masih terkekeh geli."Maksud kamu?" Syafa masih belum paham dengan apa yang di bicarakan oleh Aurel tersebut.Aurel berusaha meredakan tawanya."Sebenarnya, kak Devan itu udah lama ngerencanain buat melamar kak Syafa," ujar Aurel lagi. Lagi-lagi Syafa membulatkan matanya. Sedangkan Aurel juga ikut pergi meninggalkan Syafa yang masih tidak percaya dengan semua ini.***Syafa begitu tidak bisa tidur
Aurel berniat untuk mengunjungi rumah Syafa untuk sekedar pergi main saja.Setelah Aurel mendapatkan izin dari Devan, dia pun langsung pergi menuju rumah Syafa. Namun anehnya, Aurel melihat rumah Syafa sangat sepi.Biasanya akan ada beberapa asisten rumah tangga yang membersihkan bagian luar rumah Syafa saat jam segini. Tapi sekarang Aurel tidak melihat siapapun.Aurel pun memilih untuk mengetuk pintu rumah Syafa. Tapi sayangnya, tidak ada jawaban dari dalam. Aurel pun mengira kalau Syafa sedang tidak ada di rumah.Ketika Aurel hendak berbalik, tiba-tiba Aurel mendengar suara teriakan dari dalam."Itu bukan nya suara kak Syafa, ya?" tanya Aurel pada dirinya sendiri.Aurel kembali mendengar suara Syafa. Aurel pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah Syafa tersebut yang untungnya tidak di kunci.Aurel langsung mencari keberadaan Syafa ke kamar nya.Sesampainya Aurel Susana,
Selama perjalanan menuju rumahnya, Syafa hanya diam saja. Lebih tepatnya menangis dalam diam.Dia sungguh tidak menyangka dengan semua kenyataan ini. Ternyata ayahnya punya istri lain selain ibunya, dan juga punya anak dari wanita itu.Dan itu berarti Nathan itu adalah saudara Syafa juga. Syafa hanya diam saja memikirkan nya. Sesekali dia mengusap air matanya yang terus saja jatuh di atas pipi nya. Tidak ada percakapan diantara Syafa dan Devan selama di berada di dalam mobil.Mobil yang di kendarai Devan pun masuk ke halaman rumah Syafa. Mereka berdua pun langsung turun."Makasih pak, sudah mengantarkan saya pulang," ujar Syafa."Sama-sama," jawab Devan."Bapak bawa mobil saya saja kalau mau pulang, soalnya mobil pak Devan gak disini kan," tawar Syafa pada Syafa."Gak usah, sopir saya sudah mengantarkan nya.""Yaudah, kalau gitu saya masuk dulu pak," pamit Sya
"hallo calon nyonya Pramana," teriak seseorang ketika Syafa baru saja duduk di meja kerjanya.Syafa hanya memutar matanya malas ketika mendengar suara cempreng Dewi tersebut."Apa sih, Wi. Berisik tau gak," ujar Fina kesal yang sudah mewakili Syafa."Tau tuh," ujar Rianti juga.Sedangkan Dewi tidak menghiraukan kekesalan mereka."Eh, tangan kamu kenapa, Fa? Luka?" tanya Fina setelah melihat tangan Syafa yang di perban."Iya, tapi cuma luka dikit kok," jawab Syafa."Tapi kenapa kamu bisa luka kayak gini sih? Bukanya kalian tadi pergi keluar bareng ya?" tanya Rianti."Iya, tapi tadi ada orang yang gak sengaja goresin pisau di tangan aku," ujar Syafa menjelaskan kepada mereka. Fina dan Rianti pun mengangguk paham. Setelah itu mereka pun kembali mulai bekerja.***Syafa sedang mengendarai mobilnya menuju rumah. Namun keti
"Kok Syafa kok kelihatan dekat gitu ya sama adiknya pak Devan, padahal kan nona Aurel baru pertama kali mampir ke kantor setelah Syafa kerja disini," ujar Fina pada Rianti."Benar juga. Sepertinya ada udang di Balik batu nih," balas Rianti juga."Aku sih juga mikir gitu.""Hayoooo, ada gosip apaan nih?" Suara Dewi si ratu gosip di kantor ini terdengar begitu memekakkan telinga.Fina hanya memutar matanya malas, sedangkan Rianti sudah menatap Dewi tajam."Ngapain kalian natap aku kayak gitu?" tanya Dewi seperti orang yang tak berdosa saja."Bisa gak sih kamu itu sehari saja gak usah bikin telinga kita ini jadi budeg," ujar Fina kesal."Gak bisa.""Terserah kamu aja Dewi, terserah." Fina dan Rianti pun hanya bisa pasrah dengan tingkah gila teman nya yang satu itu.Kemudian, mereka pun kembali bekerja. Mereka tidak mau ikut-ikutan nambah
Devan terlihat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pertanyaan Aurel begitu membuatnya bingung harus menjawab apa."Lihat, kak Devan salah tingkah kan. Udah jawab aja pertanyaan aku tadi. Kalaupun kak Devan suka sama kak syafa juga gak apa-apa kok," ujar Aurel sambil tersenyum manis.Devan menatap Aurel dengan tatapan bingung."Maksud kamu?""Maksud aku itu, aku setuju kok kalau kak Devan itu mau jadiin kak syafa jadi kakak ipar aku.""Kamu ini, gak usah ngomong yang macam-macam.""Aku gak ngomong yang macam-macam kok. Itu emang faktanya. Soalnya kan kak Syafa itu baik, cantik Sholehah lagi. Idaman banget deh pokoknya," ujar Aurel yang memuji Syafa.Devan terlihat memikirkan ucapan Aurel tersebut."Udah lah, langsung lamar aja kak Syafa nya. Nanti di ambil orang baru tahu rasa." Aurel terus saja mengompori Devan."Ayolah
Rapat untuk proyek itu pun selesai. Sharul sedari tadi selalu berada di dekat Syafa karena dia ingat dengan pesan Devan beberapa hari yang lalu. Apa lagi Nathan terlihat sangat marah ketika mendengar bahwa perusahaan Syafa lah yang memenangkan proyek ini. Nathan tidak akan tinggal diam dengan semua ini, dia pasti akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti Syafa."Om, aku permisi ke toilet bentar, om," ujar Syafa pada Sharul setelah keluar dari ruang rapat tersebut."Silahkan, Fa," balas Sharul. Syafa pun pergi dari sana. Setelah Syafa masuk ke dalam toilet wanita,Setelah selesai, Syafa pun langsung keluar dari toilet. Ketika Syafa hendak pergi dari sana, ternyata ada Nathan yang berdiri sambil menatap tajam kearah Syafa.Syafa pun berniat berbalik arah, namun Syafa kurang bergerak cepat. Nathan berhasil meraih tangan Syafa dan menariknya secara paksa.Syafa berusaha untuk menarik tanganny
Syafa yang sedang berjalan kearah dapur tiba-tiba saja tidak sengaja menabrak seseorang."Eh, kak Syafa? Kok bisa disini kak?" tanya Aurel. Orang yang ditabrak oleh Syafa adalah Aurel."Ya ampun Aurel, bikin kakak kaget aja," ujar Syafa sambil mengusap dadanya."Hehe maaf kak, Aurel gak terlalu perhatiin jalan tadi," ujar Aurel yang hanya cengengesan saja. Syafa pun hanya mengangguk saja."Oh, ya kak Syafa belum jawab pertanyaan aku tadi loh. Kak Syafa kenapa bisa ada disini? Pagi-pagi gini lagi. Kak Syafa menginap disini?" tanya Aurel yang sudah penasaran."Kamu itu kalau nanya satu-satu dong, bingung nih kakak mau jawab yang mana dulu," balas Syafa gemas pada Aurel."Hehe maaf kak. Kenapa kak Syafa bisa ada disini pagi-pagi gini?" tanya Aurel lagi."Kakak tadi malam nginap disini.""Apa! Kok bisa? Kenapa Aurel gak tahu?" balas Aurel kaget.