"Astaga Alvon!"
Cyra refleks menutup matanya setelah melihat sosok jangkung di hadapannya tengah mengenakan celana dalam. Astaga, celana dalam!
Sang empu malah terkikik melihat reaksi sang istri kemudian melanjutkan mengenakan celana bahan selututnya serta kaus hitam yang sebelumnya sudah ia siapkan.
"Maaf sayang." Alvon berjalan menghampiri Cyra yang masih berdiri diambang pintu sambil mengusap rambut basahnya dengan handuk kecil.
"Jangan kesini!"
"Aku sudah pakai celana, lihat lah."
Cyra mengintip Alvon lewat celah jemari-jemari tangan kiri nya. Dan benar, lelaki itu sudah berpakaian lengkap.
"Kamu pasti sengaja, iya kan?" Cyra memukul pelan lengan Alvon. Alvon terkekeh, mengecup pelipis Cyra kemudian berkata.
"Tidak sayang."
"Tidak salah lagi." Cyra mencebik sebal, kemudian memberikan coklat hangat yang baru s
"Bagaimana? Kamu suka?"Cyra mengangguk antusias mendengar pertanyaan Alvon. Matanya masih setia menatap sekeliling yang tampak ramai dengan suara bising manusia serta kendaraan yang berlalu lalang.Sepulang dari kantor, Alvon memang berinisiatif mengajak Cyra ke pasar malam yang tidak jauh dari perumahannya. Yaaa, hitung-hitung menghilangkan penat karena seharian dikantor, pikir Alvon."Al, ayo kita ke sana."Cyra menggandeng lengan Alvon dan membawa nya ke sebuah stand penjual gulali arum manis."mas mau dua ya." Ujar Cyra, dan diangguki oleh sang penjual."Kenapa beli dua? Aku tidak terlalu suka." Ujar Alvon.Cyra tidak mengindahkan ucapan Alvon, gadis itu malah memilih mengambil dua gulali arum manis yang disodorkan oleh sang penjual."Al, bayar.""Dasar, kamu yang beli aku yang bayar." Alvon mengacak gemas r
Hari demi hari, minggu demi minggu, Cyra lalui dengan hati yang seakan di paksa untuk ikhlas. Alvon selalu berada disisi Cyra saat wanita itu kembali teringat akan kejadian dimana dirinya keguguran. Lelaki itu tak pernah absen untuk sekedar menghibur Cyra, sampai ia sengaja menjadwalkan hari liburnya untuk pergi berlibur berdua dengan Cyra.Lagipula, Alvon benar. Cyra tidak boleh terlalu memikirkan sesuatu yang sudah Tuhan ambil. Ia harus percaya dan yakin bahwa akan ada hikmah dibalik semua ini."Hei."Cyra tersentak kaget. Namun kemudian ia tersenyum saat sebuah tangan melingkar diperutnya, ditambah lagi sebuah kecupan singkat dari sang empu pada pipi kanan nya.Tangan putih nan halus milik Cyra mengusap tangan Alvon perlahan. Alvon menikmati. Dengan nyaman ia menyimpan dagu nya pada bahu Cyra. Menghirup dalam aroma tubuh wanita itu."Tadi mama menghubungiku, kita di undang untuk m
Alvon tampak menyandarkan punggungnya pada dinding samping pintu kamar mandi rumah kedua orangtua nya. Sudah beberapa menit yang lalu Cyra belum juga keluar dari dalam kamar mandi. Entah apa yang menggambarkan perasaan Alvon saat ini, yang jelas ia sangat deg-degan.Ceklek!Alvon berkesiap saat mendengar pintu kamar mandi dibuka dari dalam. Wajah pucat Cyra nampak dihadapan Alvon ketika wanita itu sudah sepenuhnya keluar dari kamar mandi."Bagaimana?" Cicit Alvon pelan. Mata elang nya menatap dalam mata sendu Cyra. Kedua tangan nya kini meremas lengan Cyra dengan lembut.Cyra menggeleng, ia tiba-tiba saja menunduk.Alvon menghembuskan nafas nya pelan. Matanya melirik sebuah benda kecil berukuran panjang yang dipegang oleh Cyra."Tidak apa-apa." Alvon membawa Cyra kedalam dekapan nya, "Mungkin Tuhan belum--""Aku positif." Bisik Cyra didepan telinga
Berita tentang kehamilan Cyra sudah terdengar di telinga teman-teman Alvon. Mereka ikut senang. Apalagi Mindy--istri Rezka, ia senang sekaligus merasa iri karena dirinya belum di beri kepercayaan untuk memiliki buah hati."tidak papa, nanti dirumah kita buat lagi." bisik Rezka kepada Mindy yang saat ini berada di rengkuhan nya. Mindy mencubit gemas paha Rezka ketika melihat suami nya itu tersenyum nakal karna bermaksud menggoda nya.Di ruangan yang cukup luas ini, mereka sedang berkumpul. Tepat nya di kediaman Alvon dan Cyra. Sudah hampir lima belas menit mereka berempat berkumpul namun Roy tak kunjung juga datang."Roy dimana? Dia tidak kesini?" tanya Alvon."dia-""aku di sini."Yang sedang di bicarakan tiba-tiba saja datang. Namun, kali ini Roy tampak berbeda. Biasa nya setiap berkumpul dia akan selalu pergi sendiri, tapi kali ini ada seorang wanita yang menemani
Cyra terbangun ketika merasakan ada sesuatu yang mengusik tidur nya. Benda kenyal dan lembut itu sejak tadi menari-nari diatas bibir nya hingga membuat bibirnya sedikit basah. Ia perlahan membuka mata dan terkejut saat melihat sang pelaku adalah suami nya sendiri."Al!" Cyra memukul lengan Alvon yang berada di sisi tubuh nya. Sementara Alvon hanya mengulum senyum tipis melihat wajah kesal sang istri."sudah pagi, bangun hm." kata Alvon."jam berapa?""setengah tujuh.""ha? Setengah tujuh? Yaampun Al, kamu harus ke kan-""sttt, tenang lah." Alvon tersenyum miring sambil mengelus pipi Cyra yang kini berada di kukungan nya."kamu harus ke kantor, nanti bisa terlambat."Alvon menguap sejenak, sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya pada wajah Cyra. Cyra menahan nafas. Ia tahu apa yang akan Alvon lakukan selanjutnya."A
Cyra melirik jam dinding di kamar nya yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Kantuk nya masih terjaga. Ia tidak bisa tidur. Lagipula Alvon juga belum pulang karena sekitar satu jam yang lalu Alvon menghubungi nya dan memberitahu jika ia akan lembur malam ini."huh Alvon lama sekali." kata nya sebal. Cyra pun beranjak untuk membuat teh hangat di dapur. Sebenarnya Cyra bisa saja meminta tolong pada asisten rumah tangga nya untuk membuatkan, namun ia juga tau jika jam segini para asisten rumah tangga nya pasti sudah terlelap dan ia tidak mungkin membangunkan mereka hanya untuk membuatkan nya teh.Sesampai di dapur, Cyra mengambil sebuah gelas dan meletakkan nya di atas meja. Ia juga tak lupa mengambil sebuah tempat biasa menyimpan teh yang tertata di antara bahan-bahan dapur yang lain."yah habis." kata Cyra saat membuka penutup teh yang ternyata kosong.Cyra berinisiatif untuk mengambil st
Alvon menatap sebuah undangan di tangan nya sambil tersenyum tipis. Ia salut pada Roy. Lelaki itu ternyata benar-benar serius dengan niat nya yang akan menikahi Luna. Alvon fikir Roy hanya bercanda."Al."Alvon tersadar dari dunia nya saat mendengar suara sang istri. Ia melempar senyuman lembut sambil menepuk kedua paha nya bermaksud mengode Cyra supaya duduk disana.Cyra menggeleng sambil terkekeh geli dan terus berjalan untuk duduk diatas sofa ruangan kerja Alvon. Alvon mendesah kecewa lalu ikut duduk di samping Cyra."Itu apa?" tanya Alvon, melihat sesuatu yang di bawa oleh Cyra."Mangga, kamu mau?"Alvon mengangguk dan membuka mulutnya. Cyra lantas tersenyum kemudian menyuapkan potongan mangga itu kedalam mulut Alvon."Manis." Alvon tersenyum, "Seperti mu."Cyra tersipu mendengar gombalan receh dari Alvon."S
hari ini adalah tepat satu minggu yang mana hari pernikahan Roy dan Luna dilaksanakan. tamu undangan perlahan mulai memenuhi gedung megah tersebut, termasuk Alvon, Cyra, Rezka, dan juga Mindy.Alvon dan Cyra tampak mengenakan pakaian dengan warna yang senada. Cyra tampak sangat cantik dengan balutan dress selutut berwarna maroon tanpa lengan yang dikenakan nya. rambut wanita itu di cepol dengan diberikan hiasan disekitar rambutnya. begitupun dengan Alvon yang terlihat sangattampan dengan setelan jas nya.tak berbeda dari Alvon dan Cyra, pasangan Rezka dan Mindy juga tak kalah tampan nan cantik. Mindy mengenakan dressselutut berwarna putih, sedangkan Rezka mengenakan setelan jas berwarna navy.suara sang mc mulai terdengar dan memberitahukan bahwa acara akan segera dimulai. Alvon melirik Cyra, memberikan lengannya supaya di gandeng oleh istri cantik nya itu.
Alvon baru saja terbangun dari tidur nya. Mata nya langsung di suguhkan dengan pemandangan yang benar-benar indah. Lelaki itu lantas mengangkat tangan nya guna mengelus pipi istri nya yang masih terlelap. Wajah cantik Cyra terlihat damai saat tertidur.Alvon tiba-tiba saja terkekeh. Ia teringat dengan hal konyol yang ia lakukan semalam dengan Cyra.-flashback on-Alvon membuka mata nya dan langsung melihat jam dinding yang kini menunjukkan pukul dua dini hari. Pandangan nya kemudian beralih kepada Edward dan Cyra yang tidur di samping nya. Mereka terlihat pulas sekali. Apalagi, Edward.Alvon terkekeh sejenak. Terbesit sebuah ide di benak nya. Ia segera bangun dari po
Cyra tersenyum memperhatikan Edward yang sedang bermain di temani dengan beberapa mainan nya. Anak itu benar-benar terlihat lincah dan menggemaskan. Kaki mungil nya bergerak lincah mengelilingi taman belakang dengan sebuah pesawat mainan yang ada di tangan nya. Mulut nya bergerak menirukan suara pesawat yang akan terbang.“ayo kita terbang ke mommy..” Edward berlari menghampiri Cyra yang sedang duduk di gazebo. Cyra tersenyum kemudian merentangkan tangan nya, menyambut Edward ke dalam pelukan nya.“sudah sore, kita mandi ya?” Cyra mengelus rambut tebal Edward. Anak itu sekarang duduk di pangkuan nya.“ayo!” ujar Edward penuh semangat. Cyra lantas mengecup puncak kepala Edward.“mau mommy gendong?” tanya nya.“mau!”“ayo kita terbang.&rd
Tiga tahun kemudian..“daddy ayo bangun!”“daddy!!”Lelaki beralis tebal itu mengerjapkan matanya ketika mendengar teriakan anak kecil. Masih dengan nyawa yang belum sepenuh nya terkumpul, mata nya samar-samar melihat sosok anak kecil tengah duduk di atas perut nya. Dia, putra nya. Kebiasaan nya adalah setiap pagi selalu membangunkan nya tidur.“hei.” Suara serak Alvon terdengar. Tangan besar lelaki itumengusap kepala putra nya dengan sayang.“mommy mana?” tanya Alvon.“mommy di bawah sedang menyiapkan sarapan, ayo daddy bangun.”“berikan kiss
“mah, mama ahh..”Wanita itu bergerak gelisah diatas tempat tidur sambil memegangi perut buncit nya. Peluh sudah mengalir banyak, dari dahi sampai turun ke leher. Mata nya bahkan sesekali terpejam seolah sedang menahan sakit.“mama..”Suara nya tidak kuat untuk teriak. Ia tampak menahan kesakitan sambil mengatur nafas nya.“huh, huh..”“Cyra, ayo makan—CYRA!” Revani spontan berteriak saat membuka pintu kamar menantu nya. Ia segera berlari menuju tempat tidur dan memegang tangan Cyra yang sudah berkeringat.“mah..” panggil Cyra melemah.“astaga, kamu ingin melahirkan nak!” Revani bergerak panik.“PAH! PAPA!”Tidak lama kemudian Tian-suami nya datang bersama pembantu nya di belakang. Sama hal nya seperti Reva
“ahh Roy..” wanita itu memejamkan mata nya ketika pria yang berada diatas tubuh nya menjilati leher nya dengan rakus dan bergairah. Kedua tangan nya melingkar di leher sang pria dengan manja. Sementara sang pria memeluk pinggang nya dengan mesra.“uhh su-sudah Roy..”Roy seakan menulikan telinga nya dan terus melanjutkan aktivitas nya. Kini ciuman nya naik ke rahang, pipi, lalu berhenti di bibir ranum Luna. Roy mengecap dan memainkan bibir itu dengan penuh gairah. Erangan Luna semakin terdengar, dan tentu membuat Roy semakin bersemangat melakukan aktivitas nya.Roy mengangkat tubuh Luna ala bridal, lalu di jatuhkan nya tubuh itu diatas tempat tidur besar nya. Roy melepas kaus nya dengan terburu-buru sebelum ia kembali menindih tubuh sang istri. Kedua tangan Roy menggenggam kedua tangan Luna sehingga ia leluasa melakukan nya nanti.&ldqu
“Al, aku tidak bisa tidur.” Rengek Cyra seraya menatap Alvon yang ada di layar ponsel nya. Saat ini mereka sedang melakukan panggilan video call.“kamu harus tidur, ini sudah malam sayang.” Ujar Alvon dari seberang sana.“aku ingin di peluk.” Cyra memanyunkan bibir nya sebal. Ah, jika saja Alvon ada disana pasti ia akan mencium bibir menggoda wanita itu.“hei, aku belum tiga hari disini. Ini, aku saja masih lembur mengerjakan kerjaan untuk besok.” Alvon menunjukkan kepada Cyra, beberapa berkas yang berceceran diatas meja nya.“kasihan kamu. Coba saja kamu mengizinkan aku ikut, pasti sudah aku temani.”“sudah, tidur sana.”“jaga kesehatan ya. Jika sudah selesai langsung istirahat.” Ujar Cyra.
Hari semakin berlalu, bulan pun berganti. Usia kandungan Cyra sudah memasuki usia-usia melahirkan. Dari hasil USG memperlihatkan bahwa anak Alvon dan Cyra adalah laki-laki. Perut Cyra semakin bertambah besar kian hari. Bahkan, untuk berjalan pun Cyra tampak sedikit kesusahan dan sering sekali merasa kelelahan.Alvon tentu sedikit khawatir dengan kondisi Cyra sekarang, sampai-sampai pria itu memutuskan untuk menempati kamar tamu yang berada dilantai satu bersama sang istri. Karena supaya tidak keseringan bolak-balik naik tangga, Alvon takut terjadi apa-apa pada Cyra.“huh.” Lihat saja, padahal hanya berjalan dari kamar tamu ke dapur, Cyra sudah terlihat ngos-ngosan.“non, ingin mengambil apa? Kenapa tidak panggil bibi saja.” Ujar salah satu asisten rumah tangga Cyra seraya memegangi tangan nya.“aku tidak papa bi, hanya ingin mengambil air minum saja. Di kamar air
Cyra dan Alvon sekarang berada di salah satu supermarket besar pusat ibu kota. Cyra mengajak suami nya itu untuk belanja bulanan, ya hitung-hitung sekalian jalan-jalan juga kan Alvon sedang tidak bekerja.“sekarang kita ke tempat buah-buahan saja Al, bumbu masakan seperti nya sudah cukup.” Ujar Cyra seraya melirik Alvon yang sedang mendorong troli di samping nya. Alvon hanya menurut mengikuti langkah Cyra menuju tempat buah-buahan.Cyra tampak mengambil beberapa macam buah itu lalu dimaksukkan kedalam troli. Sementara Alvon tak lepas memperhatikan Cyra. Wanita itu jauh terlihat seperti keibuan jika begini.“kenapa?” tanya Cyra yang seperti nya merasakan bahwa dirinya sedang diperhatikan.Alvon hanya menggeleng sambil mengulas senyum nya, “kalau capek bilang.”“Al, kamu mau anggur ini?” tanya Cyra seraya
Teman-teman Alvon sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Dan sekarang, Alvon dan Cyra sedang berada di kamar sambil menonton acara televisi. Cyra terlihat berbaring diatas karpet berbulu itu dengan menjadikan paha Alvon untuk bantalan kepala nya, sementara Alvon sejak tadi mengelus kepala Cyra.“Al?”“ya?”“aku ngantuk.”“tidur sekarang?”“he’em.”“tapi gendong aku.” Ujar Cyra sambil mengangkat kedua tangan nya ke udara.Alvon tersenyum, tentu saja ia akan menuruti kemauan istri nya itu. Alvon memindahkan kepala Cyra diatas karpet berbulu sementara dirinya berjongkok dan mulai mengangkat tubuh Cyra ala bridal. Walaupun awalnya Alvon kesusahan karena berat badan Cyra yang bertambah, tapi akhirnya Alvon bisa juga. Alvon membaringkan tubuh Cyra diatas tempat tidur de