Beranda / Thriller / Mantra Pemikat Sang Perawan Tua / Part 13 Kehormatan dan Kebanggaan

Share

Part 13 Kehormatan dan Kebanggaan

Penulis: Pena Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-13 23:14:02

Bagian 13

Kedua perempuan yang salah satunya masih anak-anak terlihat celingak-celinguk, ada kesan ketakutan yang terlihat dari gerak-gerik mereka.

Di tangan mereka terlihat seperti membawa bungkusan dari daun pisang, dan sepertinya kedua perempuan itu adalah yang selama ini selalu membawakan makanan untuk Nyai Sumi.

Ikhsan keluar dari tempat persembunyiannya dengan membawa air dan beberapa buah-buahan hutan. Kedatangan Ikhsan cukup mengejutkan keduanya.

Dua perempuan itu cepat-cepat ingin pergi dengan raut wajah yang ketakutan, seperti maling yang tertangkap basah.

"Tenang, tenang, nggak usah takut. Abdi bukan orang jahat," ucap Ikhsan mencoba menenangkan mereka berdua. Perempuan yang lebih tua memberanikan diri bertanya kepada Ikhsan.

"U-ubi dan singkong yang dimakan Nyai Sumi dipersembahkan dari, Akang?" Ikhsan mengangguk.

"A-Akang, bukannya anak buah Juragan Karta'kan?" tanyanya lagi.

"Bukan, abdi nte kenal Juragan Karta. Tadi kebetulan abdi lewat hutan, dan melihat ada pon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 14 Perintah Sang Kyai

    Part 14"Maaf Yayi, apa perintah Yayi buat abdi?" tanya Ikhsan, setelah selesai bertanya wajahnya kembali menunduk. "Temui teman Yayi di Desa Kemangi? Maneh tahu Desa itu?" "Hanya pernah dengar, Yayi. Tapi Insya Allah pasti ketemu jika Allah mengijinkan.""Iya, San. Butuh waktu dua hari setengah bila ditempuh jalan kaki lewat jalan biasa. Tapi bisa lebih cepat jika lewat jalan pintas."Jalan pintas, Yayi?""Maneh bisa lewat Bukit Gumintang, turun bukit langsung Hutan Cipelang. Jika lewat jalan biasa, ya maneh harus memutari bukit dan hutan dulu, makanya lebih lama."Hanya tinggal mengikuti jalan setapak saja jika di Hutan Cipelang nanti, San?""Baik, Yayi, siap dipatuhi.""Setelah sampai Desa Kemangi, temui orang yang bernama Ki Sukron, tapi, San--" Ucapan Kyai Maksum berhenti, seperti ragu-ragu untuk melanjutkan. "Tetapi, kenapa, Yayi?""Ini tidak mudah, San. Ini tidak mudah, akan banyak hambatan nantinya yang akan kamu temui di sana.""Insya Allah, Yayi, semua akan mudah jika ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 15 Usaha Maksiat

    Bagian 15Ikhsan memberikan satu dari dua sarung yang dia punya kepada Nyai Sumi, dan meminta Nengsih untuk mengganti kain jarik yang banyak terdapat sobekan dengan pemberian sarungnya. Nengsih juga yang mengelap wajah dan tubuh Sumi dengan kain basah. Agar tidak menjadi penyakit karena kotoran yang terlalu lama menempel di tubuhnya. Nyai Sumi tidak melawan, tidak juga berbicara, hanya diam saja saat Nengsih membersihkan tubuhnya. Matanya menatap Ikhsan dan Nengsih dengan tatapan kosong, saat keduanya memberitahu akan meninggalkan gubuk ini dan kembali membiarkan Nyai Sumi sendiri. Semuanya sudah disiapkan, dari persediaan minum dan makanan. Ikhsan hanya berharap tidak ada lagi orang-orang seperti yang kemarin, yang akan mengganggu Nyai Sumi hanya untuk melampiaskan hasrat birahinya. Bukannya Ikhsan tidak berani melepaskan Sumi saat ini juga, tapi dia belum tau seluk beluk dan watak warga desa Kemangi. Dia hanya berjanji sesekali akan datang untuk membawakan makanan, dan membicaraka

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 16 Hari Pertama di Desa Kemangi

    Part 16"Tahan ...! Tahann ...!" Dari kejauhan, nampak seorang laki-laki tua dengan berlari tergopoh-gopoh, berteriak-teriak meminta agar perkelahian jangan sampai terjadi. Kedua centeng itu menoleh ke belakang, pria tua itu semakin mendekati."Tahan! Bahrun, Markum, ini saudara abdi, baru kali ini ke desa kita," jelasnya, dengan napas terengah-engah. Nampak sekali kelelahan. Ikhsan menduga, jika pria tua ini yang dimaksud oleh gurunya, kepala kampung Desa Kemangi, Ki Sukron. "Tapi anak muda ini kurang ajar, Ki, masa tangan aing dipukul," jawab si jangkung kurus yang ternyata bernama Markum. Tangannya masih memegang golok telanjang, begitupun dengan Bahrun. Ikhsan yang ingin menjawab tuduhan si Markum diberikan kode oleh Ki Sukron, agar diam saja. "Jika begitu, abdi mewakili saudara abdi meminta maaf kepada kalian berdua. Mohon dimaklumi, belum paham adat-istiadat di kampung kita," jawab Ki Sukron dengan merendahkan dirinya. Meminta kepada Ikhsan agar ikut sedikit membungkukkan ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 17 Pandangan Pertama

    Part 17"Eh, maaf, tadi nanya apa, Ki?" tanya Asih, yang sedikit tergagap karena mata dan pikirannya hanya menatap Ikhsan, membuat pertanyaan Ki Sukron jadi kurang terdengar. Dan kepala Dusun itu bukannya tidak tahu, jika gadis idaman Juragan Karta itu sedang sibuk memperhatikan Ikhsan. "Neng Asih sedang apa berada di luar malam-malam begini?" ucap Ki Sukron mengulangi lagi pertanyaannya. "Oh, itu, Ki. Sedang menunggu Narti. Tadi siang bilang ingin datang ke rumah. Sengaja menunggu di depan, gerah di dalam, Ki?" jawab Asih Sukesih, tapi terlihat jika ujung matanya mencuri-curi pandang terhadap Ikhsan yang hanya menunduk saja. "Ini siapa, Ki?" Asih mulai bertanya tentang Ikhsan, tatapannya pun kembali memperhatikan pemuda itu. Ikhsan langsung mengangkat wajah mendengar Asih menanyakan tentang dirinya. Sesaat, mereka saling bertatapan. Ikhsan langsung tersenyum, sementara Asih sendiri justru terlihat salah tingkah. Raut wajahnya nampak malu-malu. "Oh, ini saudara Aki, Neng Asih. Bar

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 18 Permintaan Maaf

    PELET DARAH KOTORPart 18Selepas sholat maghrib, Ki Sukron menjamu Ikhsan dengan makanan yang sederhana dan seadanya saja, sambil berkali-kali kepala Dusun itu meminta maaf karena tidak bisa menyediakan yang lebih dari itu, karena kedatangan Ikhsan yang terbilang mendadak. Aki Sukron tinggal bersama istrinya, Nyai Darmi dan putri bungsunya, Hartini, gadis remaja berusia 17 tahunan. Anak pertama dan kedua dari si Aki, dua-duanya lelaki. Mereka memilih untuk meninggalkan Desa Kemangi dengan pergi merantau, dan justru itu yang menjadi kerisauan sepasang suami-istri sepuh tersebut, karena semenjak pergi meninggalkan desa, belum pernah sekali pun mereka pulang. Hartini, si bungsu yang beranjak remaja, sesekali mencuri pandang terhadap Ikhsan. Murid dari Kyai Maksum ini memang seperti memiliki kharisma yang tidak semua lelaki punya. Pembawaannya yang tenang, terkesan berwibawa. Juga didukung oleh paras wajahnya yang tampan. Ustadz Ikhsan ini secara diam-diam, adalah Ustadz idaman para

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 19 Hasil Merampok

    PELET DARAH KOTORPart 19"Ki, Juragan Karta itu apakah warga asli Desa Kemangi juga?"Ki Sukron belum sempat menjawab, tiba-tiba anak gadisnya yang masih remaja, keluar dari ruangan dalam. Suara kriet karena pijakan kaki jelas terdengar. Mayoritas rumah di desa ini memang terbuat dari kayu, dan untuk alas panggungnya dibuat dari batang bambu yang dipotong tipis kemudian dianyam, biasa disebut dengan bilik.Hartini melempar senyum kepada Ikhsan, sambil meletakkan piring kaleng yang berisi tales kukus dengan taburan kelapa yang diparut. Gadis remaja itu terlihat sudah berganti baju, berbeda dengan yang tadi dia pakai saat Ikhsan baru datang. "Dicicipi tales, nya, Aa," ucap gadis itu dengan suara yang lembut. Ki Sukron sang bapak terlihat menggeleng-gelengkan kepala, melihat tingkah menggoda putri bungsunya terhadap tamunya. "Sumuhun, Neng," jawab Ikhsan, tersenyum tipis saja. Ki Sukron mulai menjawab pertanyaan Ikhsan setelah Hartini masuk kembali ke ruangan dalam."Juragan Karta seb

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 20 Asih Sukesih

    Part 20"Sampurasun, Akii?" Keduanya menoleh cepat ke arah asal suara, dan Ki Sukron yang menyebutkan nama tamunya tersebut. "N-Neng A-asih ...?"Terlihat oleh Ki Sukron dan Ikhsan, Asih datang dengan salah seorang babu yang bekerja di rumahnya, bukan dengan Narti yang tadi ada bersamanya. "Abdi, Aki Sukron," jawab Asih, menjawab sapaan dari si kepala Dusun desa mereka. Ki Sukron lantas turun dari panggung bambu, sementara Ikhsan sendiri tetap duduk bersila di tempatnya semula. "Aya naon, Neng, malam-malam berkunjung ke rumah gubuk, Aki?" Asih menoleh ke arah babunya yang berdiri sedikit di belakangnya, dan si babu melangkah maju sambil memberikan rantang yang bersusun tiga kepada Aki Sukron."Iye, Aki, kebetulan tadi si bibik di imah buat combro, katimus, sama surabi. Aki 'kan sedang ada saudaranya yang datang, Kang Ikhsan. Biar dicicipi bareng-bareng di sini," ucap Asih menjelaskan maksud kedatangannya. Ikhsan yang mendengar namanya disebut, apalagi sambil dibawakan kue-kue, di

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 21 Dukun Teluh

    Part 21 Kembali ke percakapan antara Ikhsan dan Aki Sukron, setelah menyerahkan rantang bawaan Asih ke istrinya, yang sebagian dihidangkan pula untuk Ikhsan. Rejeki tak terduga menurut kepala dusun tersebut, karena memang sebenarnya Asih belum pernah melakukannya. Percakapan mereka sekarang beralih membahas soal hukuman yang diterima oleh Nyai Sumi. "Ki, hukuman pasung dan dibuang ke dalam hutan, memang sebelumnya pernah terjadi di Desa Kemangi? Atau baru Nyai Sumi yang dijatuhi hukuman seperti itu?" Ki Sukron terdiam sejenak, mencoba kembali mengingat-ingat soal peristiwa lama di desa yang dipimpinnya selama hampir 20 tahun ini. Bisa dibilang dan Aki Sukron sendiri mengakui jika jabatannya itu hanya seperti formalitas belaka, karena sesungguhnya yang paling berkuasa di desa ini adalah Juragan Karta dengan para centeng-centengnya. Nyi Darmi, istri dari Ki Sukron dan putrinya Hartini secara tiba-tiba keluar dari dalam rumah panggung. Suara kriet dari alas panggung yang terinjak-i

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16

Bab terbaru

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 30 Hal yang Paling Ditunggu

    Part 30"Nartii ...! Bikinin soto nya tiga!"Narti dan Asih saling berpandangan, seperti tidak percaya jika secepat itu sudah ada pelanggan yang datang ke warung soto miliknya. "Nartii! Ini dagang nggak, sih?" Terdengar teriakan dari ruangan warung bagian depan. "Iya, Kang! Sebentarr!" jawab Narti cepat. Wajahnya terlihat cerah. "Ayuk, Sih ada pelanggan," ajak Narti meminta Asih membantunya melayani pelanggan. "Urang di dapur saja, Sih. Nanti jika Juragan Karta melihat urang, malah tidak jadi makan di sini," jelas Asih kepada Narti. "Terus, ini kuah sotonya bawa ke depan tidak?""Tidak usah, Nar. Biar di sini saja. Masa urang nanti ngangkang di depan banyak orang?"Narti tertawa kecil mendengar ucapan Asih, dan memang benar. Rahasia dagangnya ini jangan sampai diketahui oleh orang lain selain hanya dia dan Asih. "Nartii ...! Maneh pingsan di dalam!" Si pelanggan yang Narti tahu itu suara dari Kang Kosim memanggilnya kembali. Dan Kosim ini boleh dibilang mungkin jarang sekali mak

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 29 Memulai Rencana

    Part 29Pagi-pagi sekali, dengan ditemani oleh Asih, Narti berangkat ke pasar dadakan yang berada di Desa Sekarwangi. Untuk ke desa itu, mereka harus melewati Desa Cipandayan terlebih dahulu, baru setelah itu desa tujuan mereka untuk berbelanja kebutuhan berdagang warung soto milik Narti. Asih memang sengaja memilih menginap di rumah Narti semalam, selain karena Narti minta ditemani untuk pergi ke pasar, hari ini juga untuk yang pertama kali mereka mencoba penglaris dagang yang diberikan oleh Nyi Warsih. Selain untuk membuat agar dagangan Narti menjadi laris, penglaris dan pengharum aroma masakan ini juga bertujuan agar Juragan Karta mau mampir dan makan di warung soto santan milik Narti. Keduanya sangat bersemangat sekali. Ingin secepatnya membuktikan keampuhan penglaris dari Nyi Warsinah. Apakah benar bisa membuat dagangan Narti menjadi laris dan diserbu pembeli. Karena memang sebenarnya, warung soto milik Narti ini tidak bisa dibilang rame-rame amat, bahkan cenderung sepi pemina

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 28 Mahluk yang Berbeda Beda

    Part 28Tubuh Asih sampai bergetar dan menggigil saat ada sesuatu seperti hembus angin yang tidak terlihat oleh kasat mata memasuki kemaluannya. Badannya terasa dingin, namun perlahan-lahan mulai hilang dengan sendirinya, dan sekarang justru area sekitar kehormatannya terasa hangat. Tidak ada sedikit pun rasa sakit pada area itu.Sepertinya, malam mulai memasuki waktu subuh, ketika Nyi Warsih dan Narti kembali datang untuk menjemput Asih Sukesih di lobang pohon tempat ritual berlangsung. Tidak banyak percakapan atau pun pertanyaan dari dukun tua tersebut, karena mereka langsung kembali lagi ke goa tempat di mana dukun perempuan tua itu tinggal."Gimana Sih, serem nggak ditinggal sendiri?" bisik Narti saat mereka berjalan bersisian dan sudah hampir sampai goa, sementara Nyi Warsih dengan langkah terseok-seok melangkah lebih dulu."Urang nteu berani buka mata, Nar. Merem wae ngikutin perintah dari Nyai Warsih," jawab Asih juga dengan sedikit berbisik."Tidak terjadi apa-apa gitu, Sih?"

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   27 Prosesi Ritual

    Part 27Setelah Asih melepaskan celana dalamnya seperti yang diminta oleh Nyi Warsih, mereka bertiga segera keluar goa mengikuti langkah sang dukun pemuja penghuni alam kegelapan. Berjalan perlahan menyusuri kegelapan malam Hutan Cipelang dengan hanya membawa dua buah obor. Menerobos rumput ilalang lebih masuk lagi ke dalam hutan, dan berhenti tepat di sebuah pohon yang sangat tinggi dan besar. Suara-suara hewan hutan sesekali terdengar, diselingi suara gemerisik ranting-ranting pohon yang terkena hembusan angin malam. Bagi Narti dan Asih suasana terasa sangat mencekam. Isi dalam hutan ini masih sangat asing bagi mereka, tapi tidak buat Nyi Warsih. Nyi Warsih lantas memutari pohon besar tersebut, diikuti oleh Narti dan Asih, yang langsung terkejut setelah melihat batang pohon itu berlobang besar pada bagian bawah, mirip seperti pintu bulat yang terbuka lebar. Sesaat Nyi Warsih mengucapkan mantra-mantra dengan matanya yang terpejam, yang tidak dimengerti oleh Asih dan Narti. Seseka

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   26 Hamba Sahaya Alam Kegelapan

    Part 26"Gimana, Neng Asih. Maneh jadi nteu, ngejalankeun ritual Iyeu?" Nyi Warsih langsung bertanya kepada Asih apakah sudah siap untuk menjalankan ritual ini, yang dinilai oleh si dukun perempuan itu terlihat ragu-ragu, saat dia meminta untuk menjalani ritual pelet darah kotor. "Jika ragu-ragu lebih baik tidak usah, karena nanti kemungkinan akan gagal di tengah jalan. Buang-buang waktu. Lagipula, malam ini malam yang paling bagus waktunya untuk menjalankan ritual ini karena bertepatan dengan malam bulan purnama. Coba maneh lihat sendiri," ucap Nyi Warsinah sambil menunjuk ke dalam lorong goa sisi sebelah kiri. Narti dan Asih sesaat saling bertatapan, keduanya turun dari altar batu, lalu mulai mengikuti perintah sang nyai memasuki lorong gua sebelah kiri, dan benar saja, ternyata terdapat lobang pada langit-langit goa sehingga bisa langsung melihat angkasa raya. Dan ucapan Nyi Warsinah ternyata benar adanya. Malam ini terlihat jelas di atas langit nan luas, jika penampakan bulan te

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 25 Siapa Lagi Pelakunya

    Part 25"Siapa lagi pelakunya, Nyi Warsih, selain bapaknya si jalang Sumi?" tanya Asih dengan tatapan mata yang penuh dendam dan kemarahan."Sepertinya Juragan Karta, Sih. Karena 'kan bapaknya si Sumi setelah menghianati bapakmu, dia kerjasama dengan Karta," ucap Narti, mencoba menebak menurut pemikirannya. "Benar itu Nyi, Karta si orang lain itu selain Darto bapaknya si Sumi?""Yang urang lihat bukan si Karta, tetapi si Ruslan, tangan kanannya. Urang nteu ngerti, apa Karta tau atau tidak peristiwa itu," jelas Nyi Warsinah. "Jadi si Ruslan dan Darto pelakunya. Kasihan almarhum bapak, menjadi korban fitnah mereka, bahkan dibunuh juga oleh mereka," ucap Asih dengan nada geram. "Juragan Karta sepertinya tau, Sih. Karena Ruslan itu orang kepercayaannya. Siapa tau dia hanya diperintahkan oleh Karta untuk menghabisi nyawa ibumu itu," ujar Narti lagi. "Siapa yang ingin kalian buat mati, Neng Asih. Sumi anak si Darto atau si Karta. "Sumi pastinya, biar matinya tragis seperti si Dadang da

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 24 Saksi Sebuah Kematian

    Part 24"Pertolongan naon, Narti. Harta? Pesugihan?""Menghabisi nyawa seseorang, Nyi. Seperti saat Nyi Warsih menghukum suami saya, Dadang."Nyi Warsinah menatap tajam, selesai Narti berucap seperti itu. "Ikut aing," ucapnya, berbalik badan lantas berjalan menembus kegelapan. Nyi Warsinah tidak membawa obor, tetapi seperti tidak menemui kesulitan menapaki jalan yang gelap. Narti dan Asih dengan masing-masing membawa obor mengikuti di belakangnya. Menembus di antara dua pohon yang sangat besar, menyibak rerumputan dan akar-akar pohon yang menjuntai, akhirnya mereka sampai di goa tempat Nyi Warsinah tinggal. Goa yang gelap gulita tanpa ada penerangan sedikit pun. Goa itu mulai terlihat sedikit terang setelah Asih dan Narti, dengan masing-masing membawa obor mulai masuk ke dalam goa. Pintu masuk goa yang tertutup ilalang dan akar-akar pohon, sekilas tidak ada yang mengira ada lobang gua di tempat itu. Goa berlobang di luar kecil sebagai pintu masuk, ternyata besar di bagian dalam.

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 23 Dendam Nyi Warsih

    Bagian 23Mata Asih membulat sempurna mendengar pengakuan dari sahabatnya, Asih. Dia seperti tidak percaya jika kematian Dadang akibat santet yang dilakukan oleh Nyi Warsinah. "Maneh benaran, Nar?" Narti mengangguk, matanya menyiratkan kemarahan dan kebencian. "Nyi Warsinah menawarkan kepada urang, ingin dibuat seperti apa Dadang, urang bilang ingin dia mati. Urang sakit hati, Sih. Urang hampir setiap hari dihajar dan disiksa fisik serta batin urang. Urang hanya dijadikan sebagai sapi perahan. Mematikan suami urang adalah cara yang tepat agar urang terlepas dari penderitaan.Urang tidak menyesal, Sih. "Berarti maneh tau, Nar, saat-saat Dadang meregang nyawa?" Narti mengangguk cepat, kemarahan di sorot matanya masih terlihat jelas. “Nyi Warsinah lantas menyuruh urang pulang, setelah selesai menjalani ritual, hampir dua hari urang di hutan bersama Nyi Warsih. Waktu urang bilang takut kalau pulang akan disiksa suami urang lagi, Nyi Warsih bilang Dadang hanya tinggal menunggu mati. "

  • Mantra Pemikat Sang Perawan Tua   Part 22 Bahagia di Atas Penderitaan

    Sumi kembali tertawa terbahak-bahak. Bahagia sekali dia nampaknya sudah membuat Asih menderita. Sumi pun pergi berlalu dengan diikuti oleh dua centeng suaminya. Kembali berkeliling menagih warga yang sudah berhutang riba kepadanya. Sumi sudah tidak lagi terlihat, dengan langkah terpincang-pincang Narti mulai menghampiri Asih yang terduduk di galangan. Dia sibuk membersihkan wajah dan tubuhnya dengan genangan air. Matanya terlihat berkaca-kaca. Tubuhnya memang merasakan sakit akibat perbuatan Asih, tapi luka yang menggores dalam dan berdarah justru ada di dalam hatinya. Sudah terlalu sangat menyakitkan perbuatan maupun perkataan Sumi terhadapnya. "Sih, Asih! Maneh tidak kenapa-napa 'kan? ucap Narti dengan nada panik, saat sudah ada di dekat sahabatnya itu. Entah kenapa, hari ini Asih merasakan jika dirinya sedang cengeng sekali. Biasanya, dia tidak pernah menangis saat dizholimi Sumi, tetapi tidak hari ini, hatinya merasa nelangsa sekali."Sabar, ya, Sih. Si Dazzal itu pasti akan me

DMCA.com Protection Status