Taka sedang duduk di meja kerjanya. Bukannya mengerjakan tugasnya, malah menatap kosong pada meja yang di atasnya ada banyak kertas dan map itu. Kata-kata Anggrek yang ingin kembali ke kampung halamannya, membuat Taka jadi tak fokus bekerja. Taka begitu mengharapkan dirinya dan Anggrek akan menikah suatu saat nanti. Rasa cinta dan sayangnya nyata, apa adanya. Dia pun tahu alasan kenapa Anggrek ingin pergi dari Jakarta, sekarang ia sedang memikirkan jalan keluarnya. Ponsel miliknya bergetar, tanda telepon masuk. Segera ia menekan tombol warna hijau saat tahu siapa yang meneleponnya. "Halo, Ma? Kenapa?" tanyanya malas. "Kamu sudah bicara dengan Anggrek? Mama nggak mau tahu, dia harus masuk ke perusahaan. Buat dia terkenal, buat dia punya nama besar, dan buat dia pantas untuk jadi istri kamu." Mama Rita yang biasanya selalu mencoba memahami kondisi anaknya, kini terkesan memaksa. Ucapan temannya benar-benar mengusiknya, juga menantangnya. Dia ingin membuktikan kalau Taka -- anaknya m
"Menikah?" kedua mata mama Rita mambulat, seperti tak percaya dengan yang ia dengar. Taka baru saja menemuinya, dan mengatakan tentang syarat yang ia inginkan."Mama bilang kalau mama akan restuin kamu nikah sama Anggrek, kalau dia mau jadi model di perusahaan. Kenapa malah kamu minta nikah duluan? Kamu tau apa artinya?" Mama Rita kesal, merasa Taka tak mengerti apa yang ia inginkan. "Mama tahu kamu suka sama dia. Tapi jangan buat kamu bodoh begini, Taka." Kembali Mama Rita bicara.Taka mengerucutkan bibir, lalu memainkan angin di dalam mulut. "Ma, Mama kan bilang akan restuin aku nikah sama Anggrek kalau Anggrek mau masuk ke perusahaan. Aku cuma mau mempercepat aja, Ma. Apa salahnya kalau urutannya diganti, aku nikah dulu sama Anggrek, baru setelah itu dia kerja di perusahaan.""Taka, kamu masih nggak ngerti juga? Mama minta Anggrek masuk ke perusahaan, biar dia terkenal dulu. Mama nggak mau kalau orang-orang ngecap kamu bodoh milih istri. Anggrek sekarang bukan siapa-siapa, Taka. Ka
"Taka, semalam kamu pergi ke mana? Ke tempat Anggrek?" tanya Mama Rita yang menyadarkan Taka dari lamunannya.Taka sedang melamun, membayangkan kecupan manis yang diberikan Anggrek semalam. Saat dia menarik tubuh pacarnya itu dan mengatakan ingin tidur bersama, Anggrek menolaknya dan malah memberinya kecupan manis agar dia pulang. Hal kecil itu membuat Taka merasa senang, susah untuk dia lupakan."Iya, Ma,” jawab Taka singkat.Pagi ini Taka masih duduk santai di dalam kamar. Tangannya terlihat sibuk mengancingkan kancing yang ada di lengan baju. Hari ini rencananya mau berangkat bareng sama Anggrek. Jadi dia agak santai sedikit dengan bibir yang tak henti tersenyum.Walau sudah banyak yang tau Anggrek adalah pacarnya, tetap saja di hari pertama Anggrek kerja di perusahaan itu dia mau memamerkan sang pacar. Tentu saja sebagai pengumuman tak resmi, agar tidak ada laki-laki yang mendekati Anggrek suatu saat nanti."Kamu ngomong apa sama Anggrek?" tanya Mama Rita. Dia sangat penasaran, ob
"Jeng, udah liat pacarnya Taka yang sekarang?" Fesa mengibaskan tangannya beberapa kali karena merasa gerah. Dia dan teman baiknya -- Ussy, tengah berada di depan butik mama Rita.Tak sengaja lewat di depan sana, keduanya sengaja menghentikan mobil dan membuka jendela. Memperhatikan kondisi butik dari luar, tampak jelas kalau butik milik mama Rita ramai pembeli.Ussy hanya diam, tak menjawab pertanyaan Fesa. Dia masih tidak suka dengan Taka dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Taka. Selain karena pria itu membatalkan pernikahan dengan anaknya, dia juga tidak suka saat tau Taka mempermalukan Devi dan akhirnya viral di otok-otok."Dia jadi model terkenal sekarang." Fesa kembali berbicara.Ussy menoleh dan menatap temannya. "Itu karena Rita yang menyulap dia biar jadi model terkenal. Kalau bukan karna Rita, mana bisa dia seperti itu. Mau dilihat dari mana juga masih bagusan Devi!" seru Ussy yang terlihat sewot ketika temannya terdengar memuji Anggrek.Fesa memutar bola mata dengan
"Mas udah lihat berita yang viral di otok-otok belum?" tanya Wina sambil menggendong anaknya yang sedang tidur.Ifan yang sedang makan, menghentikan kunyahannya sebentar. Dia mendengus sembari melirik Wina yang berdiri di samping meja makan dengan memegang hape."Kamu sibuk perhatiin kehidupan orang lain. Tapi nggak peduli sama suami sendiri! Tiap hari makan cuma sama telur, tempe, kerupuk!" ucapnya, meluapkan kekesalan.Kesal, tapi tetap makan karna memang dia butuh tenaga untuk tetap hidup dan menghadapi cerewetnya Wina.Wina menyeringai dengan decakan yang jelas terdengar. "Cckk, Astaga ….” Wina melirik galak, kedua matanya yang memakai softlens warna hitam pekat itu sampai terlihat ingin keluar. “Harusnya kamu bersyukur, masih untung aku mau ngasih kamu makan! Memang kamu punya uang buat beli lauk lainnya? Mau beli nasi bungkus aja nggak mampu, kan?"Dan ini adalah hal yang sekarang paling Ifan benci dari Wina. Wina setiap hari selalu merendahkan harga dirinya sebagai lelaki. Kala
"Zaskia anak kamu, Mas! Bisa nggak kamu lebih perhatian ke dia?" Wina melirik Ifan yang sejak awal sudah tidur. Cckk, lebih tepatnya sih berpura-pura tidur. Wina kesal karena sejak berangkat dari rumah, hingga saat di dalam bus, Ifan tak mau bergantian menggendong anak mereka. Bayangin deh, gendong bayi dari rumah sampai menit ini. Mungkin sudah ada dua jam. Tangan Wina sampai kebas banget. Dada Ifan naik turun, merasa kesal dan tidak mau direpotkan. "Kamu itu ibunya. Udah sewajarnya kamu yang ngurus dia." Sahut Ifan, tentu saja tidak mau disalahkan. Wina terkekeh sangat menyesal karna sudah setuju pergi ke Jakarta bersama suaminya. Jika tau begini, mending pergi sendiri saja, kan? Capek pun juga bakalan sendiri nggak akan liat si Ifan yang kali ini sangat menyebalkan di matanya. "Lelaki yang biasanya ngomong begitu tuh yang sibuk cari duit, ngasih duit banyak buat istrinya. Lah kamu? Makan aja masih minta aku, nggak malu kamu ngomong begitu?" sindir Wina dengan lirikan tajam. Ked
isi babnya aku revisi total ya. . Taka bersembunyi di balik pilar besar, lalu mengerndap-endap untuk masuk ke dalam gedung perusahaan. Begitu ada di dalam, dia melambaikan tangan, memberi kode ke satpam untuk mendekat padanya. “Iya, Pak,” seru pak satpam yang berjaga di pintu depan gedung. “Mereka berdua ngapain??” tanya Taka, melirik ke luar gedung yang berpintukan kaca buram. “Mereka memaksa masuk untuk bertemu dengan mbak Anggrek, Pak. Sudah saya usir, tetapi ngotot banget pengen masuk. Malah mengaku-ngaku kalau mereka itu adalah kerabat mbak Anggrek yang dari Jogja.” Jelas pak Satpam, detail. Taka menghela nafas, sudah jelas apa yang ada di pikiran kedua orang itu. Pasti mau menyebarkan berita soal masa lalu Anggrek. Dan mungkin … uang yang membuat mereka melakukan semua ini. Tetapi soal mantan suami Anggrek itu, bisa Taka pastikan bukan Cuma uang yang dibutuhkan, tapi Anggreknya juga. “Tetap usir. Saya nggak mau Anggrek ketemu sama fans yang udah terlalu gila begitu.” Perin
Apa yang akan terjadi jika mereka membeberkan semua sebelum bisa mendapatkan uang untuk memeras Anggrek? Yang Wina pikirkan adalah uang, jadi kalau sampai kabar itu sudah menyebar sebelum dapat uang, sama aja Zonk. Tujuannya pergi ke Jakarta kan buat dapat uang. Tapi berbeda dengan Ifan yang justru akan merasa diuntungkan. Dia tidak peduli dengan status Anggrek. Karna baginya, Anggrek mau kembali ke Jogja dan hidup bareng lagi, itu sangat-sangat cukup. “Baik—” “Mas!” seru Wina cepat, memelototi Ifan dengan wajah yang kurang setuju. “Kita punya misi lain lho.” “Win—” “Kita nggak jadi dapat duit banyak kalau kamu membeberkan semuanya sekarang,” bisik Wina. Ifan terpaku, lalu mendengus karna nggak tau mau jawab bagaimana. “Mas Gilang tau, tempat tinggalnya mbak Anggrek?” tanya Wina kemudian. Gilang menyunggingkan senyumnya. “Enggak tau tempat pasnya sih, mbak. Mbak Wina kan adik kandungnya. Masa’ nggak tau kakaknya tinggal di mana?” Wina tersenyum canggung. Masa’ cerita masalah s
Pengantin baru dan tidur nyenyak sampai pagi? Itu sama sekali tak ada! Yang ada, akan lelah sampai seminggu ke depan.Sama halnya seperti Angrgek yang sejak semalam tak bisa tidur nyenyak. Taka tak membiarkannya istirahat. Setelah pemanasan di kamar mandi, Taka meminta haknya di atas ranjang. Anggrek memang janda, tapi dia jarang disentuh. Bisa dikatakan miliknya tak beda jauh dari perawan. Dua dadanya pun terawat dan masih sangat kencang.Satu minggu berada di Jogja, Anggrek dan Taka kembali ke Jakarta setelah urusan pindah KTP terselesaikan. Wina menangis ditinggalkan, tapi merasa bahagia juga karna kakaknya telah bahagia.Dan sekarang Anggrek telah menempati rumah tinggal mama Rita, berada satu atap dengan mama mertua dan tentunya suami. Sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah sejak dulu, jadi di rumah mertua ini Anggrek sama sekali tidak merasa tertekan. Terlebih mertuanya yang pebisnis, jadi urusan rumah diserahkan ke Anggrek sepenuhnya. Terkadang Anggrek juga ikut ke butik untu
Sama seperti acara pernikahan pada umumnya. Usai akad, Anggrek dan Taka tidak bisa beristirahat. Apa lagi Anggrek yang tampilannya sangat berbeda dan mendapatan suami orang kaya dari kota. Ditambah suaminya sangat tampan dan wajahnya mirip artis-artis. Hampir orang satu kecamatan berbondong hanya untuk melihat secara langsung. Demi nama Anggrek dan tentunya nama perusahaan Taka, akun milik Wina yang dulu itu ditutup rapat. Tetapi tetap saja, seseorang yang mungkin sudah menyimpan vidio atau gambar telanjangnya, tetap akan memiliki itu selamanya. dan itu sudah ada di luar kemampuan Taka. “Serius, Wur, kamu kaya’ bidadari.” Dara, teman dekat Anggrek di pabrik dulu memuji. Dia sampai meremas tangan sendiri karna gemas melihat wajah cantik Anggrek yang begitu mulus dan glowing. “Aku masih ingat lho. Mbak Wuri dulu juga banyak jerawatnya. Sama kaya’ mukaku.” Ini Siti, tetangga Rt yang juga kerja di pabrik. Anggrek jadi tersenyum. Sudah tak heran dan sudah terbiasa dengan pujian orang te
Anggrek menepuk kaki Taka dengan bibir yang mengerucut. dia mengingsut duduk, menatap ke lain arah. Tangannya bergerak mengacak rambut panjangnya yang terurai. Terakhir bersetubuh dengan Ifan pun sudah tak ingat. Yang jelas semenjak Ifan sering main sama Wina, Anggrek terabaikan. Dia juga tidak pernah meminta haknya karna tubuhnya yang sudah lelah bekerja lebih memilih tidur dari pada melakukan aktifitas yang semakin membuatnya capek.Lalu sekarang, melihat milik Taka yang memang menonjol dibalik celana pendek warna cream itu, pori-porinya langsung meremang. Bayangan seperti apa bentuk milik lelaki langsung terlintas nyata di kepala. Lalu kegiatan suami istri yang dulu pernah dia lakukan sama Ifan muncul, berganti dengan wajah dia dan Taka.Dengan tangan yang masih mengusap barangnya dari luar celana, Taka melirik Anggrek. Dia tertawa kecil melihat kekasihnya memukul kepala sendiri. Udah paham apa yang sedang Anggrek pikirkan. Sengaja banget, Taka menggeser pantat, memepet Anggrek.“T
Dua lelaki, Nuri dan Tri di masukkan ke dalam penjara atas kasus pemerkosaaan dan penganiayaan. Di off-kan-nya jadwal Anggrek ini seperti sesuatu yang sudah direncanakan oleh Tuhan. Seharian, hampir malam dia sibuk mengurusi masalah yang dibuat oleh Ifan dan Wina.Masih harus menunggu pemeriksaan dari rumah sakit untuk meneruskan kasus Wina yang dianiaya dan diperkosaa ini. Lalu kedua wanita ini ada di sini, di kamar rawat Zaskia.“Kamu belum makan kan, Win? Ayok, makan dulu.” Anggrek membukakan sebungkus nasi yang dia beli secara delivery.Di samping ranjang Zaskia sini Wina tak berhenti menangis melihat kondisi anaknya yang ternyata mengalami gizi buruk dan perkembangan yang lambat. Ada penyesalan yang amat-amat sangat menyesal dan tak bisa dia jelaskan seperti apa rasa sakitnya di dalam hati sana.Anggrek mengusap lembut punggung adiknya yang sekarang sudah pakai baju bersih. Baju yang baru dibelikan oleh Anggrek. Karna ukuran baju mereka berbeda. Tubuh Wina berukuran lebih besar d
Wina berlari dengan terseok-seok. Dia menyembunyikan tubuh semoknya di balik gardu yang tak jauh dari gapura masuk kampung. Menyandarkan punggungnya di tembok gardu itu, lalu merosot. Terduduk di tanah dengan isakan yang tertahan. Wina memeluk tubuhnya erat, mencengkeram kedua lengan bahunya sendiri dengan tangis yang tak lagi bisa dia bendung.Hal sensitifnya di bagian bawah sana sudah tak terkira sakitnya. Untuk pertama kali ada yang menyentuh barangnya itu selain Ifan. Dua orang memakainya bersamaan, bergantian. Tak ada seorang pun yang mempedulikan tangisnya. Mulutnya disumpal dengan kain, lalu ditutup dengan lakban. Dan kedua lelaki itu dengan puas menggerayahi sekujur tubuhnya, semaunya tanpa peduli dengan sakit yang Wina teriakkan.Lalu bayangan wajah Ifan yang membuangnya, meninggalkannya begitu saja. Bahkan menyerahkannya secara Cuma-Cuma pada dua lelaki bajingaan itu membayangi kepala. Tangan Wina makin erat mencengkeram lengan bahu sendiri.‘Kamu memang lelaki nggak tau dir
Awalnya memang masih ingin merahasiakan status Anggrek dan masa lalunya. Tetapi di saat yang sudah terjebak seperti ini, Taka memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran tanpa mengarang cerita atau memanipulasinya. Bukankah perjalanan di depan akan terasa lebih ringan jika tidak ada kebohongan yang mengikuti?Di sini, di depan gedung apartemen tempat tinggal Anggrek, beberapa wartawan dan orang biasa yang kepo, ikut berkumpul. Termasuk Ifan yang dengan begitu percaya diri berdiri di sisi Ifan. Beberapa kali Anggrek melirik Ifan yang justru cengar-cengir nggak merasa khawatir sedikit pun dengan keadaan anaknya. Padahal Zaskia kritis di rumah sakit. Seperti ini kah keseharian yang Zaskia alami?Astaga ….“Oke, karna saya tidak ingin semua orang sibuk mengunjing atau berbicara sesuai dengan pemikirannya tanpa tau kebenaran, jadi hari ini saya memutuskan untuk memberi penjelasan ke semuanya.” Taka yang berbicara.“Tanyakan satu-satu apa yang ingin kalian tanyakan,” lanjut Taka setelah detik b
“Bagaimana keadaannya, dok?” tanya Anggrek begitu dokter keluar dari pintu ugd.“Mari masuk dan bicara di dalam,” ajak dokter, dia balik badan dan melangkah masuk ke dalam ruang ugd.Tanpa ragu Anggrek mengikuti, melangkah masuk dan mendudukkan diri di depan dokter perempuan yang sudah duduk di mejanya.“Uumm, mbak Anggrek yang dari perusahaan ZLD?” tanya dokter wanita dengan name teks Zaeya.Anggrek mengangguk dengan ragu. “Uumm,” gumamnya dengan tangan yang meremas kain jaket yang dia pakai. Karna panik dan khawatir sama Zaskia, dia sampai lupa dengan statusnya. “Di—dia … dia tadi sama bapaknya, Dok. Kata bapaknya, dari semalam sudah nggak minum susu. Dan … dan dikasih susu kotak sama bapaknya.”“Astaga,” pekik dokter Zae dengan wajah terkejut juga. “Pantas saja keadaannya sangat menghkawatirkan. Beruntung dia bertemu dengan mbak Anggrek, jadi langsung dibawa ke sini. Jika sampai terlambat, akan berpengaruh sangat buruk pada tumbuh kembangnya nanti. Dan mungkin juga pada saraf-saraf
Karna beberapa hari ini jadwalnya di off-kan, setiap pagi Anggrek selalu sibuk dengan kegiatan membersihkan tempat tinggalnya ini. mulai dari guras kamar mandi, ngepel lantai dan memembersihkan seluruh ruangan sampai debu-debunya benar-benar menyingkir jauh. Pukul 9.00am Anggrek baru keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan semua pekerjaan dan tentunya sarapan pagi. Dia duduk di tepi ranjang, mengambil hp yang berkedip dan menampilkan sebuah panggilan telpon dari nomor Taka. “Hallo,” sapanya sembari menempelkan hp itu ke telinga. “Huufft ….” Terdengar sentaan nafas dari seberang sana. “Kamu kemana aja sih, sayang? Aku chat dari semalam nggak dibales, ditelpon juga nggak diangkat. Sibuk ngapain, hn?” Anggrek tersenyum mendengar protesnya Taka. “Bebersih rumah. Baru selesai, jadi baru pegang hp. Ada apa?” tanyanya, melangkah ke arah kaca tinggi yang menghadap ke jalan raya sana. “Nanti jam sebelas aku jemput. kita makan siang bareng. Aku ada kabar bahagia buat kamu. Uumm, buat
Dengan tak hormat Wina serta Ifan diturunkan dari mobil Gilang. “Lho, Mas! kamu tidak bisa begini dong!” teriak Wina yang tentu saja tak terima. Apa lagi ada beberapa lelaki mesum di area sini. “Mas! Mas! mas!” teriak Wina ketika mobil warna putih itu melaju pergi meninggalkan dia dan suaminya. Dan tentu saja dengan Zaskia yang tetap berada di gendongannya. “Mas Ifan, ini kita sekarang bagaimana?” rengek Wina, tak tenang. “Oh, kita kira tadi itu pelanggan mbak Mawar juga. Jadi kan kita bisa sekalian join. Ternyata bukan ya?” Nuri dengan wajah yang sedikit merasa bersalah berucap. Dada Wina naik turun, dia tidak berani mendekat ke dua lelaki yang memang baru pertama kali dia temui ini. Bersembunyi di belakang tubuh Ifan untuk melindungi diri. “Mas, tasku tadi kamu bawa, kan?” tanyanya ke Ifan. Lalu mulai celingukan melihat kedua tangan Ifan yang kosong. “Tadi kan tasmu di belakang. Mana aku tau lah!” jawab Ifan yang sudah pasti tak mau disalahkan. Kedua mata Wina seperti akan meng