Wuri mengambil ponsel setelah bel tanda waktu kerja selesai berbunyi. begitu mengaktifkan ponselnya, beberapa notifikasi chat langsung berbondong masuk. dia diam sejenak, memerhatikan layar yang berkedip dan terus bergetar. Setelah ponselnya diam, Wuri mulai membuka aplikasi chat dan membaca chat dari paling atas.[Wur, pulang ya, sayang][aku kangen kamu, Wur][nanti malam aku jemput ya, Wur][aku udah terlalu terbiasa ada kamu. Kalau kamu nggak ada, hidupku nggak sempurna. Pliis, pulang, Wur][aku janji nggak akan lagi mengulangi kesalahanku dan nggak akan lagi bikin kesalahan yang lain]Wuri mendesah dan menjatuhkan punggung ke sandaran belakang. Memilih keluar dari chat roomnya dengan suami. Dia langsung masuk ke chat di bawahnya. ‘Selingkuhan Ganteng’Belum baca chatnya, tapi baca nama kontaknya udah ketawa duluan.[mbak, temenin beli teve sama kipas angin.][cepet pulang, gue udah nungguin]Tanpa sadar Wuri tertawa kecil membaca chat dari Taka. Cuma baca chatnya, tapi dibayangan
Motor matik Wuri berhenti di depan toko elektronik, tepat di samping motor Taka. Wuri melepas helm, mengikuti langkah kaki Taka yang masuk dan melihat barang-barang yang ada di teras toko.“Mbak, paling awet yang merk apa ya,” ucapnya, meminta pendapat dengan melirik ke arah Wuri.Wuri mendekat, menatap beberapa merk kipas angin yang berjajar di bagian depan toko. “Kalau yang awet sih aku paling suka merk miyiki ini. Cuma … mending yang murah aja deh, biar pengeluaran juga nggak bengkak. Eh, merk Noko juga bagus lho. Yang penting kan, bisa muter.”Taka menganggukkan kepala. “Pikiran lo mirip kek pikiran gue.”Wuri melirik Taka, hanya mendengus saja dan melihat-lihat barang yang lain.“Aku kalau milih cewek juga gitu lho, mbak. Mau janda atau gadis, yang penting bisa setia sampai tua.” Dia melangkah mundur dengan kekehan serta satu kedipan menggoda Wuri.Biasa aja sih sebenernya, apa lagi tau kalau emang Taka orangnya usil, jahil dan tengil. Tapi tiap saat digangguin, digombali begini,
Wuri menyetandarkan motor di parkiran kost-kost’an. Dia melepaskan helm, menarik kunci motor dan buru-buru turun. Di belakang sana, terlihat sangat nyata mobil suaminya yang mengikuti.“Wur,” sapa mbak Rika yang kebetulan duduk di ambang pintu.Wuri menoleh, menatap Taka yang ada di balkon sana sedang mengecek barang-barang dari toko elektronik tadi. “Mbak, boleh numpang ngumpet di kamarmu sebentar?” ijinnya.Kening Rika berlipat, dia mengangguk samar. Menyingkirkan kaki dan memberi jalan untuk Wuri masuk ke kamarnya. Begitu Wuri ada di dalam kamar, dia menaruh helm milik Taka di lantau dan mendudukkan pantat di kasur lantai. Wuri menutup wajah dengan kedua telapak tangan, dia menyembunyikan tangis di sana, sampai bahunya bergetar.Berusaha untuk biasa saja dan tidak merasakan sakit hati? Sungguh Wuri nggak bisa. Walau rasa cintanya ke Ifan telah berubah menjadi benci, tapi rasa sakit hatinya tetap ada dan terasa seperti terkena taburan garam.“Astagfirullah ….” Ucapnya lirih dengan s
Ifan menghentikan mobil di halaman rumah. Nggak langsung turun, tapi dia sibuk mengusap-usap layar ponsel, membuka tiap aplikasi media sosial. Sangat khawatir kalau Wuri benar-benar nekat memposting vidio yang tadi. Iya sih, vidionya emang nggak ada yang nggak pantas, tapi kata-kata yang tadi keluar dari bibir Wuri yang bikin dia kesel banget. Mana ada wajahnya juga, kan? Cckk, emang keterlaluan si Wuri. Masa’ suami sendiri mau dipermalukan?[Wur, jangan posting vidio itu. Itu nggak ada untungnya buat kamu. Aku sekarang punya tanggung jawab sama Wina, kalau sampai vidio itu menyebar, pekerjaanku yang jadi taruhannya. Lalu akan bagaimana aku menghidupi Wina kelak? Pliis, berfikir dulu sebelum bertindah. Oke?] send Wuri.Ifan menatap chat yang baru saja dia kirim, centang satu abu-abu. Nomor Wuri belum aktif. Ifan mengusap wajah dengan sentaan kasar, frustasi rasanya. Dia menjatuhkan punggung ke sandaran kursi, kedua matanya memejam mengingat semua yang sudah terjadi. Awalnya begitu bah
Wuri mendengus membaca chat dari nomor Ifan. Memang chat-nya sudah semalam sih, tapi sejak semalam juga Wuri menon-aktifkan hape. Dia sedang merasa benar-benar patah, nggak mau diganggu.Ddrtt … ddrtt ….Mungkin Ifan sudah memantau chat roomnya dengan Wuri, makanya begitu chat itu sudah centang dua biru, panggilan telponnya langsung masuk.Males angkat sebenernya, tapi semua memang perlu dibicarakan, kan?“Wuri ….” Suara lelaki itu terdengar begitu Wuri menggeser tombol. Sentaan nafasnya pun sampai juga ditelinga Wuri. “Wur, udah seminggu kamu nggak pulang. Kamu benar-benar tidak mau memberiku kesempatan?”Wuri diam, memilih memasukkan makanan ke mulut dan me-loudspeaker panggilan itu.“Aku khilaf, Wur. Kemarin, Saras itu. Dia nggak ada hubungan apa-apa sama aku. Dia itu pacarnya Wahyu. Kemarin Wahyu nganterin dia pulang, pas masih di jalan Wahyu dapat telpon penting dari rumah, makanya aku yang disuruh jemput Saras dan anterin dia pulang. Jangan salah sangka, Wur. Aku sampai kapan pu
Ifan menyeringai menatap Taka, lalu beralih menatap Wuri yang sekarang sudah berdiri. “Aku sengaja datang ke sini karna ingin ajak kamu muter-muter di jalan. Terus beli sarapan pagi seperti dulu yang sering kita lakukan. Sama sekali nggak kepikiran malah akan dapat kejutan seperti ini.”Taka terkekeh kecil. “Cuma liat bininya ngobrol sama laki lain aja udah bisa nuduh yang enggak-enggak. Terus, gimana perasaan bini pas liat suami lagi naik odong-odong di rumah sendiri?” balas Taka dengan satu alis yang terangkat.“Brengsek!” umpat Ifan dengan rahang yang mengeras. Dia menatap Wuri tajam. “Kamu mengumbar aib suamimu dengan orang lain, Wur? Istri macam apa kamu ini, hn?!”Termasuk beruntung sih, karna kalau hari libur begini, penghuni kost biasanya udah out dari kemarin sore. Pada pulang ke rumah orang tuanya. Jadi di kost Cuma ada beberapa panghuni saja.Taka mendorong tubuh Ifan saat Ifan hampir menuding ke wajah Wuri. “Dia nggak pernah cerita ke saya, tapi saya dengar sendiri tanpa b
Taka berdiri di ambang pintu kamarnya dengan tatapan tertuju ke arah Wuri yang menaiki undakan tangga. Tepat ketika kaki Wuri menginjak di anak tangga paling atas, tatapan keduanya menyatu. Bisa Taka lihat jika terdapat banyak luka di sana. Perlahan kaca mulai tampak di kedua mata Wuri, lalu wanita itu mengalihkan tatapan dan mengusap kedua mata dengan cepat. Tanpa kata, Wuri melanjutkan langkah menuju ke kamarnya. Dia melangkah masuk dan menumpahkan tangis di dalam kamar.Wuri menjatuhkan pantat di kasur lantai, memeluk lututnya sendiri dan menumpahkan tangis di sana. Dia terisak mengingat semua perjalanan hidup yang sudah lama ia lewati bersama dengan Ifan. Menikah, baginya hanya sekali seumur hidup, tetapi jika kenyataannya seperti ini, dia tidak bisa tetap bertahan. Bahkan terang-terangan Ifan melepaskannya asal hutang itu Wuri yang menanggungnya.‘Astagfirullah ….’ Wuri menutup wajah dengan kedua tangan.Dia menyandarkan kepalanya ke tembok, kembali terisak melepaskan semua sakit
“Mbak, ijin libur besok Rabu. Gue temenin ke bank.”Wuri mendongak, menatap ke arah pintu kamarnya. Di sana ada Taka yang berdiri menatap padanya. “Ke bank?” tanyanya dengan tak mengerti.“Ngurus hutang lo yang di bank,” ujar Taka dengan anggukan.Kedua bahu Wuri melemah. “Aku kan belum ada uang. Mau ngurus gimana?”“Gue tau lo bego soal ginian. Makanya gue bantuin. Gue yakin deh, mantan laki lo nangis-nangis.” Taka melangkah, mendudukkan diri di kursi luar sana.Wuri jadi beranjak, duduk di ambang pintu menatap bingung ke Taka. Iya, jujur dia emang nggak paham soal begini. Andai pun nggak ada Taka, mungkin sampai detik ini Wuri belum mempunyai langkah. “Jelasin deh, aku beneran nggak paham.”“Gue bantu lunasi semua hutang elo. Ambil sertifikat rumah itu buat lo simpen. Sekalian lunasi mobil itu dan langsung balik nama atas nama elo. Mumpung palunya belum diketuk, lo masih punya hak atas milik suami elo. Urusan bakalan beda kalau palunya besok udah keketuk. Bisa nggak bisa, besok lo h
Pengantin baru dan tidur nyenyak sampai pagi? Itu sama sekali tak ada! Yang ada, akan lelah sampai seminggu ke depan.Sama halnya seperti Angrgek yang sejak semalam tak bisa tidur nyenyak. Taka tak membiarkannya istirahat. Setelah pemanasan di kamar mandi, Taka meminta haknya di atas ranjang. Anggrek memang janda, tapi dia jarang disentuh. Bisa dikatakan miliknya tak beda jauh dari perawan. Dua dadanya pun terawat dan masih sangat kencang.Satu minggu berada di Jogja, Anggrek dan Taka kembali ke Jakarta setelah urusan pindah KTP terselesaikan. Wina menangis ditinggalkan, tapi merasa bahagia juga karna kakaknya telah bahagia.Dan sekarang Anggrek telah menempati rumah tinggal mama Rita, berada satu atap dengan mama mertua dan tentunya suami. Sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah sejak dulu, jadi di rumah mertua ini Anggrek sama sekali tidak merasa tertekan. Terlebih mertuanya yang pebisnis, jadi urusan rumah diserahkan ke Anggrek sepenuhnya. Terkadang Anggrek juga ikut ke butik untu
Sama seperti acara pernikahan pada umumnya. Usai akad, Anggrek dan Taka tidak bisa beristirahat. Apa lagi Anggrek yang tampilannya sangat berbeda dan mendapatan suami orang kaya dari kota. Ditambah suaminya sangat tampan dan wajahnya mirip artis-artis. Hampir orang satu kecamatan berbondong hanya untuk melihat secara langsung. Demi nama Anggrek dan tentunya nama perusahaan Taka, akun milik Wina yang dulu itu ditutup rapat. Tetapi tetap saja, seseorang yang mungkin sudah menyimpan vidio atau gambar telanjangnya, tetap akan memiliki itu selamanya. dan itu sudah ada di luar kemampuan Taka. “Serius, Wur, kamu kaya’ bidadari.” Dara, teman dekat Anggrek di pabrik dulu memuji. Dia sampai meremas tangan sendiri karna gemas melihat wajah cantik Anggrek yang begitu mulus dan glowing. “Aku masih ingat lho. Mbak Wuri dulu juga banyak jerawatnya. Sama kaya’ mukaku.” Ini Siti, tetangga Rt yang juga kerja di pabrik. Anggrek jadi tersenyum. Sudah tak heran dan sudah terbiasa dengan pujian orang te
Anggrek menepuk kaki Taka dengan bibir yang mengerucut. dia mengingsut duduk, menatap ke lain arah. Tangannya bergerak mengacak rambut panjangnya yang terurai. Terakhir bersetubuh dengan Ifan pun sudah tak ingat. Yang jelas semenjak Ifan sering main sama Wina, Anggrek terabaikan. Dia juga tidak pernah meminta haknya karna tubuhnya yang sudah lelah bekerja lebih memilih tidur dari pada melakukan aktifitas yang semakin membuatnya capek.Lalu sekarang, melihat milik Taka yang memang menonjol dibalik celana pendek warna cream itu, pori-porinya langsung meremang. Bayangan seperti apa bentuk milik lelaki langsung terlintas nyata di kepala. Lalu kegiatan suami istri yang dulu pernah dia lakukan sama Ifan muncul, berganti dengan wajah dia dan Taka.Dengan tangan yang masih mengusap barangnya dari luar celana, Taka melirik Anggrek. Dia tertawa kecil melihat kekasihnya memukul kepala sendiri. Udah paham apa yang sedang Anggrek pikirkan. Sengaja banget, Taka menggeser pantat, memepet Anggrek.“T
Dua lelaki, Nuri dan Tri di masukkan ke dalam penjara atas kasus pemerkosaaan dan penganiayaan. Di off-kan-nya jadwal Anggrek ini seperti sesuatu yang sudah direncanakan oleh Tuhan. Seharian, hampir malam dia sibuk mengurusi masalah yang dibuat oleh Ifan dan Wina.Masih harus menunggu pemeriksaan dari rumah sakit untuk meneruskan kasus Wina yang dianiaya dan diperkosaa ini. Lalu kedua wanita ini ada di sini, di kamar rawat Zaskia.“Kamu belum makan kan, Win? Ayok, makan dulu.” Anggrek membukakan sebungkus nasi yang dia beli secara delivery.Di samping ranjang Zaskia sini Wina tak berhenti menangis melihat kondisi anaknya yang ternyata mengalami gizi buruk dan perkembangan yang lambat. Ada penyesalan yang amat-amat sangat menyesal dan tak bisa dia jelaskan seperti apa rasa sakitnya di dalam hati sana.Anggrek mengusap lembut punggung adiknya yang sekarang sudah pakai baju bersih. Baju yang baru dibelikan oleh Anggrek. Karna ukuran baju mereka berbeda. Tubuh Wina berukuran lebih besar d
Wina berlari dengan terseok-seok. Dia menyembunyikan tubuh semoknya di balik gardu yang tak jauh dari gapura masuk kampung. Menyandarkan punggungnya di tembok gardu itu, lalu merosot. Terduduk di tanah dengan isakan yang tertahan. Wina memeluk tubuhnya erat, mencengkeram kedua lengan bahunya sendiri dengan tangis yang tak lagi bisa dia bendung.Hal sensitifnya di bagian bawah sana sudah tak terkira sakitnya. Untuk pertama kali ada yang menyentuh barangnya itu selain Ifan. Dua orang memakainya bersamaan, bergantian. Tak ada seorang pun yang mempedulikan tangisnya. Mulutnya disumpal dengan kain, lalu ditutup dengan lakban. Dan kedua lelaki itu dengan puas menggerayahi sekujur tubuhnya, semaunya tanpa peduli dengan sakit yang Wina teriakkan.Lalu bayangan wajah Ifan yang membuangnya, meninggalkannya begitu saja. Bahkan menyerahkannya secara Cuma-Cuma pada dua lelaki bajingaan itu membayangi kepala. Tangan Wina makin erat mencengkeram lengan bahu sendiri.‘Kamu memang lelaki nggak tau dir
Awalnya memang masih ingin merahasiakan status Anggrek dan masa lalunya. Tetapi di saat yang sudah terjebak seperti ini, Taka memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran tanpa mengarang cerita atau memanipulasinya. Bukankah perjalanan di depan akan terasa lebih ringan jika tidak ada kebohongan yang mengikuti?Di sini, di depan gedung apartemen tempat tinggal Anggrek, beberapa wartawan dan orang biasa yang kepo, ikut berkumpul. Termasuk Ifan yang dengan begitu percaya diri berdiri di sisi Ifan. Beberapa kali Anggrek melirik Ifan yang justru cengar-cengir nggak merasa khawatir sedikit pun dengan keadaan anaknya. Padahal Zaskia kritis di rumah sakit. Seperti ini kah keseharian yang Zaskia alami?Astaga ….“Oke, karna saya tidak ingin semua orang sibuk mengunjing atau berbicara sesuai dengan pemikirannya tanpa tau kebenaran, jadi hari ini saya memutuskan untuk memberi penjelasan ke semuanya.” Taka yang berbicara.“Tanyakan satu-satu apa yang ingin kalian tanyakan,” lanjut Taka setelah detik b
“Bagaimana keadaannya, dok?” tanya Anggrek begitu dokter keluar dari pintu ugd.“Mari masuk dan bicara di dalam,” ajak dokter, dia balik badan dan melangkah masuk ke dalam ruang ugd.Tanpa ragu Anggrek mengikuti, melangkah masuk dan mendudukkan diri di depan dokter perempuan yang sudah duduk di mejanya.“Uumm, mbak Anggrek yang dari perusahaan ZLD?” tanya dokter wanita dengan name teks Zaeya.Anggrek mengangguk dengan ragu. “Uumm,” gumamnya dengan tangan yang meremas kain jaket yang dia pakai. Karna panik dan khawatir sama Zaskia, dia sampai lupa dengan statusnya. “Di—dia … dia tadi sama bapaknya, Dok. Kata bapaknya, dari semalam sudah nggak minum susu. Dan … dan dikasih susu kotak sama bapaknya.”“Astaga,” pekik dokter Zae dengan wajah terkejut juga. “Pantas saja keadaannya sangat menghkawatirkan. Beruntung dia bertemu dengan mbak Anggrek, jadi langsung dibawa ke sini. Jika sampai terlambat, akan berpengaruh sangat buruk pada tumbuh kembangnya nanti. Dan mungkin juga pada saraf-saraf
Karna beberapa hari ini jadwalnya di off-kan, setiap pagi Anggrek selalu sibuk dengan kegiatan membersihkan tempat tinggalnya ini. mulai dari guras kamar mandi, ngepel lantai dan memembersihkan seluruh ruangan sampai debu-debunya benar-benar menyingkir jauh. Pukul 9.00am Anggrek baru keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan semua pekerjaan dan tentunya sarapan pagi. Dia duduk di tepi ranjang, mengambil hp yang berkedip dan menampilkan sebuah panggilan telpon dari nomor Taka. “Hallo,” sapanya sembari menempelkan hp itu ke telinga. “Huufft ….” Terdengar sentaan nafas dari seberang sana. “Kamu kemana aja sih, sayang? Aku chat dari semalam nggak dibales, ditelpon juga nggak diangkat. Sibuk ngapain, hn?” Anggrek tersenyum mendengar protesnya Taka. “Bebersih rumah. Baru selesai, jadi baru pegang hp. Ada apa?” tanyanya, melangkah ke arah kaca tinggi yang menghadap ke jalan raya sana. “Nanti jam sebelas aku jemput. kita makan siang bareng. Aku ada kabar bahagia buat kamu. Uumm, buat
Dengan tak hormat Wina serta Ifan diturunkan dari mobil Gilang. “Lho, Mas! kamu tidak bisa begini dong!” teriak Wina yang tentu saja tak terima. Apa lagi ada beberapa lelaki mesum di area sini. “Mas! Mas! mas!” teriak Wina ketika mobil warna putih itu melaju pergi meninggalkan dia dan suaminya. Dan tentu saja dengan Zaskia yang tetap berada di gendongannya. “Mas Ifan, ini kita sekarang bagaimana?” rengek Wina, tak tenang. “Oh, kita kira tadi itu pelanggan mbak Mawar juga. Jadi kan kita bisa sekalian join. Ternyata bukan ya?” Nuri dengan wajah yang sedikit merasa bersalah berucap. Dada Wina naik turun, dia tidak berani mendekat ke dua lelaki yang memang baru pertama kali dia temui ini. Bersembunyi di belakang tubuh Ifan untuk melindungi diri. “Mas, tasku tadi kamu bawa, kan?” tanyanya ke Ifan. Lalu mulai celingukan melihat kedua tangan Ifan yang kosong. “Tadi kan tasmu di belakang. Mana aku tau lah!” jawab Ifan yang sudah pasti tak mau disalahkan. Kedua mata Wina seperti akan meng