Sampai di rumah sakit Kamila belum juga sasar, akhirnya dia harus dirawat. Miko bingung harus bagaimana, besok dia harus mencari uang sepuluh juta dan kini Kamila di rumah sakit.
Saat Kamila dalam pemeriksaan, Wahyu terus menghubungi teman-temannya. Dia meminta pinjaman uang 10 juta."Maaf, Bro aku gak bisa kalau minjamin duit," kata teman Wahyu.Akhirnya jalan salah satunya, Mobil Wahyu dijual. Dia meminta tolong pada temannya untuk menjualkan mobil Wahyu. Setidaknya sisanya bisa untuk biaya rumah sakit Kamila."Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Wahyu."Bu Kamila hanya kecapekan dan stres berat, Pak. Dia perlu dirawat beberapa hari karena terlalu drop," jawab Dokter.**Esoknya Dewi menemui Wahyu di parkiran rumah sakit. Wahyu menyerahkan uang 10 juta pada Dewi."Jangan ganggu aku lagi," kata Wahyu."Oke, tapi lihat saja nanti. Pasti kamu akan balik lagi sama aku," kata Dewi dengan percaya diriEsoknya Sahara ke rumah Kamila, dia izin ke Miko tapi Miko meminta agar Sahara tidak datang sendiri. Akhirnya Sahara mengajak salah satu karyawannya."Kita mau kemana, Bu?" tanya Karyawan Sahara."Ke rumah sakit jenguk kakakku," jawab Sahara. Sahara juga membawa beberapa makanan untuk Kamila dan Wahyu.Sampai di rumah sakit, Sahara meminta Karyawannya menunggu di parkiran saja. Dia tak mau karyawannya tahu soal masalah Kamila.Kamila dan Wahyu terkejut dengan kedatangan Sahara. Kamila segera memalingkan muka."Sahara, apa kabar?" tanya Wahyu."Baik, oh ya ini aku bawakan makanan buat kalian," jawab Sahara memberikan kotak makan pada Wahyu. "Oh ya kapan Kak Kamila boleh pulang?" tanya Sahara."Kata Dokter sore ini dia boleh pulang," jawab Wahyu. "terimakasih makanannya," ucap Wahyu.Sahara mendekati Kamila tapi tetap saja Kamila tak mau menoleh ke arah Sahara."Kak, apa kamu masih membenciku? Apa salahku
Esoknya Sahara ke rumah Kamila, dia izin ke Miko tapi Miko meminta agar Sahara tidak datang sendiri. Akhirnya Sahara mengajak salah satu karyawannya."Kita mau kemana, Bu?" tanya Karyawan Sahara."Ke rumah sakit jenguk kakakku," jawab Sahara. Sahara juga membawa beberapa makanan untuk Kamila dan Wahyu.Sampai di rumah sakit, Sahara meminta Karyawannya menunggu di parkiran saja. Dia tak mau karyawannya tahu soal masalah Kamila.Kamila dan Wahyu terkejut dengan kedatangan Sahara. Kamila segera memalingkan muka."Sahara, apa kabar?" tanya Wahyu."Baik, oh ya ini aku bawakan makanan buat kalian," jawab Sahara memberikan kotak makan pada Wahyu. "Oh ya kapan Kak Kamila boleh pulang?" tanya Sahara."Kata Dokter sore ini dia boleh pulang," jawab Wahyu. "terimakasih makanannya," ucap Wahyu.Sahara mendekati Kamila tapi tetap saja Kamila tak mau menoleh ke arah Sahara."Kak, apa kamu masih membenciku? Apa salahku
Miko khawatir terjadi sey pada kandungan Sahara. Dokter masih memeriksa Sahara saat Lusi datang."Bagaimana keadaan Sahara?" tanya Lusi."Masih dalam pemeriksaan, Ma," jawab Miko.Tidak berapa lama, Dokter keluar. Miko dan Lusi segera menanyakan keadaan Sahara."Pak Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Miko."Pendarahannya cukup banyak, Pak. Hanya saja janinnya masih bisa selamat. Dia harus badrest terus sekarang," jawab Dokter.Sahara terbaring lemah di brankar rumah sakit. Dokter meminta Miko mengurus administrasi terlebih dahulu karena akan di pindah ke ruang inap."Ma, bagaimana dengan bayiku?" tanya Sahara."Baik-baik saja tapi kamu harus istirahat total," jawab Lusi.Setelah mengurus admistrasi, Sahara segera di pindahkan ke ruang perawatan. Lusi meminta Miko pulang untuk mengambil baju ganti dan peralatan yang lain.**Nirina berhasil di bebaskan karena dia di tolong oleh sang papa. Namun, tetap saja Nirina masih dalam pengawasan polisi."Apa Nirina bebas?" tanya Miko k
Lusi dan Miko berusaha menenangkan Sahara karena tak kunjung tenang, Sahara terpaksa disuntik penenang. Setelah itu Sahara tertidur kembali selama sekitar dua jam."Mas, maafkan aku," ucap Sahara setelah bangun."Gak apa-apa sayang, Allah pasti nanti ngasih kita rejeki lagi," kata Miko. "Apa Nirina yang melakukan semua?" tanya Miko.Malam itu, Sahara hanya berdua dengan Miko. Sahara menceritakan semua kejadian kemarin saat Nirina datang."Sial! Aku gak akan beri ampun dia," ucap Miko."Mas, sebenarnya ada masalah apa kamu dengan Nirina? Kenapa dia dendam sama kamu dan keluarga kamu?" tanya Sahara.Miko mengingat kembali peristiwa enam tahun lalu. Saat itu hubungan Nirina dan Miko masih baik-baik saja. Hanya saja mereka tak pernah di restui oleh orang tua Miko.Pasalnya Nurmala pernah melihat Nirina pergi ke hotel dengan pria lain. Miko mulai menceritakan semua pada Sahara."Miko, mama gak setuju kamu berhubungan
"Apa yang kalian sembunyikan?" tanya Kamila terus mendesak."Sayang, sudah jangan mendesak mereka. Kasihan Sahara kan baru saja kehilangan anaknya," sahut Wahyu."Kalian mencurigakan sekali," kata Kamila.Wahyu dan Miko mengobrol, sementara Kamila menyuapi Sahara. Malam itu, Kamila hendak menunggui Sahara. Namun, Sahara menyuruh Kamila pulang saja."Kakak istirahat di rumah saja," kata Sahara. "Lagian udah ada Miko, besok saja pagi-pagi ke sini bawakan aku bubur ayam," kata Sahara.Akhirnya Kamila mau pulang, sepanjang jalan dia terus berbicara jika dia mencurigai Sahara dan Miko."Jangan berburuk sangka! Hubungan kalian lagi baik, kalau kamu kayak gitu takutnya mereka tersinggung," kata Wahyu. "Oh ya, besok aku mau ke kantor temanku. Katanya ada lowongan di sana," kata Wahyu."Semoga kamu dapat pekerjaan lagi, Mas. Tabungan kita menipis," kata Kamila.Wahyu merasa bersalah, dia tak bisa membahagiakan Kamila sel
Sore itu, Salman menjemput Sahara. Tak lupa Naura dan Mbak Indri ikut juga."Mama Naura kangen," ucap Naura memeluk Sahara.Naura mengajak Sahara main sebentar setelah itu mereka pulang karena urusan admistrasi sudah di bayar Miko siang tadi.Dalam perjalanan, Naura selalu bercerita jika dia kesepian selama Sahara berada di rumah sakit."Mama heran deh kenapa mantannya Miko gangguin kamu?" tanya Lusi."Sepertinya dia dendam karena diputusin sama Mas Miko, Ma," jawab Sahara."Tapi gak usah segitunya kali, pasti ada maksud yang lain. Jangan-jangan dia ingin merebut Miko darimu,'' kata Lusi."Udah dong, Ma. Sahara baru aja keluar dari rumah sakit. Mama malah bikin dia kepikiran sama Miko," sahut Salman."Mama, kata Papa adik kecil udah gak ada ya," kata Naura."Iya sayang, dia sudah ke surga," kata Sahara."Surga itu jauh ya, Ma," kata Naura."Iya sayang, jauh sekali," kata Sahara.
"Auw sakit banget," pekik Nirina."Pergi kamu, jangan sakiti anakku lagi," kata Lusi."Heh tua bangka ini urusan aku sama Sahara, kalau gak mau cepat mati kau pergi sana," bentak Nirina."Aku gak akan pergi, ini rumah anakku," bantah Lusi.Nirina kesal, dia mendorong Lusi hingga terjatuh. Setelah itu menendang perut Lusi. Sahara menjauhkan Nirina dari Lusi."Jangan sakiti mamaku!" teriak Sahara."Dasar beraninya main keroyokan," bentak Nirina. Nirina memberontak karena tangannya di pegang Sahara kuat-kuat.Kaki Nirina masih berusaha menendang Lusi. Sahara tak sabar lagi, Nirina sudah mengibarkan bendera perang terlebih dahulu. Sahara tak mau tinggal diam, dia menjambak rambut Nirina."Berani kamu ya," kata Nirina hendak menendang perut Sahara tetapi Sahara berhasil minggir jadi gak kena.Tiba-tiba Miko datang, dia langsung menarik Nirina keluar rumah."Apa maumu? Jangan pernah ganggu keluargaku
Pagi itu Miko dan Sahara menemui dokter kandungan. Sahara melakukan beberapa pemeriksaan setelah itu mendapatkan vitamin dan penyubur kandungan dari dokter."Usahakan tiap bulan ke sini ya, Bu. Biar saya bisa lihat perkembangannya," kata Dokter."Baik, Bu," ucap Sahara.Mereka lalu pulang, Naura dan Mbak Indri pergi ke rumah Lusi. Kini mereka hanya berdua saja di rumah.Miko memeluk Sahara dari belakang. Dia mengecup leher Sahara tanpa meninggalkan bekas. Sahara tahu itu adalah kode agar Sahara melayani Miko.Sahara berbalik dan membalas pelukan Miko. Pelukan ternyaman yang Sahara rasakan. Pelukan dari seorang suami yang sangat di sayangi."Mumpung Naura gak ada di rumah," bisik Miko.Ya, terjadilah percintaan antara Miko dan Sahara. Miko enggan berangkat kerja karena dia ingin menghabiskan waktu bersama Sahara. Berada di dalam selimut berdua dengan sang suami membuat Sahara betah. Apalagi mereka tanpa sehelai benangpun.
10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat
Siang itu, Miko memanggil Wahyu untuk datang ke ruangannya. Di sana sudah ada Sahara yang menunggu kedatangan Wahyu."Maaf, Pak Miko memanggil saya?" tanya Wahyu."Wahyu, apa benar kamu habis menemui Naura kemarin di sekolahannya?" tanya Miko.Wahyu tampak terkejut, dia yakin Naura yang bercerita hal itu pada Miko dan Sahara."Maksud kamu apa memberi tahu Naura kalau kamu papanya?" tanya Sahara. "Kamu harusnya bicara sama aku dulu sebelum menemui Naura, apalagi membahas soal papa Naura," kata Sahara."Maaf, Sahara. Aku hanya ingin di akui oleh anakku," kata Wahyu."Kamu ingin di akui? Emangnya kamu pernah ada buat dia? Gak kan. Pantas saja Della melarang kamu ketemu Abbi," bantah Sahara. "Aku kecewa sama kamu," ucap Sahara."Aku hanya ingin di akui dan di panggil ayah saja oleh Naura. Karena aku tak bisa melakukannya ke Abbi," kata Wahyu."Aku tahu tapi cara kamu salah. Menemui Naura tanpa izin aku, apalagi memb
Dua tahun berlaluWahyu sudah dinyatakan bebas, dia keluar dari lapas hari itu. Tak ada yang menjemputnya. Dia hanya berbekal alamat Bang Omar. Dia tak akan pulang ke rumah orang tuanya."Wahyu, maaf aku tak bisa menjemputmu. Istriku masih kerepotan karena anak kamu demam," kata Bang Omar."Tidak apa, Bang," ucap Wahyu."Oh ya, aku udah Carikan kamu kontrakan di sebelahku ini, udah aku bayar untuk satu bulan ke depan ya. Setelah itu bayar sendiri," kata Bang Omar."Sekali lagi terimakasih, Bang," kata Wahyu.Wahyu lalu istirahat di kontrakannya, setelah tenaganya terisi penuh. Dia mulai dari ke makam Kamila dan Dini. Dia ingin mengunjungi mantan istrinya dulu."Kamila, maafkan aku. Baru kali ini aku sempat menemui makammu," kata Wahyu. Setelah mengirim doa untuk Kamila, Wahyu ganti ke makam Dini yang memang berada di satu area.Setelah itu dia kembali ke kontrakan. Dia melihat istri Bang Omar tampak di luar deng
Sahara menghadiri pemakaman Dini, biar bagaimanapun dia pernah mengenal Dini sebagai sahabat Kamila."Aku gak nyangka, setelah Carry tiada, kini Dini juga meninggal," kata Sahara."Ya mau bagaimana lagi, setiap yang hidup pasti akan kembali ke yang maha kuasa hanya menunggu giliran saja," kata Miko.Sepulang dari makam, Sahara menyempatkan diri mampir ke lapas. Dia mengabari Wahyu kalau Dini telah tiada."Baru saja dia datang menemui aku, tapi kini sudah pergi," kata Wahyu. "Dia malah berpesan sama aku, kalau dia mati, dia minta aku untuk menjaga malamnya," sambung Wahyu."Aku kira dia belum ke sini sebelumnya," kata Miko."Sudah, tapi aku juga tak menyangka akan secepat itu dia pergi," kata Wahyu."Setiap yang hidup di dunia ini kan pasti akan kembali pada yang kuasa. Bukan hanya Dini kita juga nanti akan kembali. Tinggal nunggu saatnya saja," kata Miko."Benar, tapi rasanya bekal untuk kesana masih kurang," ka