Nissa yang malu langsung berpaling wajah dari Dimas ke Jaya, “Jay, udah boleh cabut belum, sih? Gue masih harus ke rumah sakit. Dimas juga harus ke kantor. Lo jangan nanggepin omelan dia tadi, ya? Anggep aja kaleng rombeng lagi bunyi,”
“Buahaha, puas gue ketawa, hahaha!” Jay tertawa senang. Ia tidak lagi repot menikmati omelan Nissa yang mengalahkan kekonyolan Adimas. Tawanya bahkan berlangsung beberapa saat sebelum mulai tenang dan ia pun melanjut bicaranya.
“Udah selesai semuanya?” tanya Jay dan Nissa mengangguk, “Boleh, deh. Nanti aku kabarin lagi hasil tes darah sama urine Elo pada. Lagian gue juga yakin kok kalau Elo sama si kunyuk ini nggak lagi mabuk atau ngobat. Udah hafal gue sama kegilaan si Ono sama Lo, Nis. Cabut sekarang aja juga nggak masalah, gua yang jamin, deh!”
Adimas tersenyum pada Jay di belakang Nissa. Ia tidak hanya puas dengan akting mereka yang meyak
Setelah disempatkan mengantarkan Adimas dulu ke kantor Sagala pusat, Nissa langsung menuju ke rumah sakit, tapi ia tidak menggunakan mobilnya ke sana. Nissa kembali ke rumah dan pergi ke rumah sakit menggunakan taksi online.Kini Nissa sudah berjalan memasuki pelataran rumah sakit untuk menuju gedung perawatan ibu dan anak.Saat akan memasuki pintu masuk, langkahnya terhenti dengan panggilan seorang laki-laki di hadapannya, "Nissa, adik aku yang paling manis!"Nissa menolehkan pandangannya cepat dari ponsel ke orang di hadapannya, tapi moodnya bertambah jelek.'Ah, iya. Dia bilang mau periksain ceweknya ke sini. Bertanggung jawab juga tuh orang,' gerutunya dalam hati setelah ingat mengapa ada Akbar di rumah sakit."Bisa nggak sih, nggak usah ada embel-embel begituan kalau panggil aku? Dipanggil kamu aja rasanya kayak beban, tau. Apalagi dikasih title gitu, ikh!" Seperti biasa, Ni
Kabar yang beredar menyebutkan kalau Akbar Lesmana menempati posisi ketiga di peringkat '4 Cowok Tajir se-Indonesia' versi media sosial Indonesia maupun bursa saham.Akbar Lesmana adalah wakil presiden direktur Lesmana Group. Perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Tak hanya itu, di usia mudanya ini, Akbar sudah bisa membangun brand miliknya sendiri dalam bentuk brand minuman beralkohol ringan yang bebas beredar dipasaran. Itulah sebabnya Akbar Lesmana sangat dikenal di kalangan artis maupun bisnis.Di posisi ke-empat ada Lexy Anggara. CEO salah satu brand mobil terbesar di Indonesia. Kekayaannya juga ditunjang dengan bisnis klub malam di setiap ibukota di sepanjang pulau Indonesia."Terus, yang nomor satu-dua nya siapa? Kok langsung ketiga terus keempat, sih?" Nissa mengajukan pertanyaan."Yang pertama kurang populer, Mbak. Menurut aku sih. Namanya Adimas Sagala, anak tunggal keluarga tajir melintir
Sore hari ketika jam kerja Nissa berakhir. Dari dalam mobil mewahnya, Darwis memperhatikan Nissa yang berjalan santai keluar dari gedung perawatan ibu dan anak, menuju gedung pemulihan Grand Healthy. Ternyata sudah sejak ia meninggalkan kantor polisi Sektor 9, Darwis lebih dulu langsung menuju ke tempat Nissa bekerja untuk mencari banyak hal tentang Nissa. Dan nyatanya ia bertahan menunggu Nissa hingga sore hari.“Saya baru melihat kakak korban keluar dari gedung rumah sakit tempatnya bekerja dan menyeberang ke gedung sebelahnya, Tuan. Terus apa yang Tuan Prakoso mau dari saya setelah perundingan sebelumnya ditolak kakak korban, Tuan?”Darwis sedang melakukan panggilan dengan Tuan Prakoso, ayah dari pelaku pemuda mabuk yang menabrak Arul malam itu. Matanya tetap tidak lekang dari sosok Nissa yang berjalan hingga bayangannya menghilang ke dalam gedung sebelah.[Jadi perempuan itu mau anak saya dipenjara?]
Nyonya Gina bergeming. Selayaknya ibu yang marah karena si anak melawan perintahnya, ia berusaha tetap teguh. Tapi tangisan Nissa yang ia tahu tidak hanya akting, membuatnya ikut sedih. Ia menyadari kesulitan yang selama hidup Nissa tanggung, semua itu berawal dari keputusannya yang tetap mempertahankan kehamilan untuk mengikat Badar Lesmana agar menikahinya. Secara tidak langsung, dirinya sendirilah yang menggambar hidup kelam puteri tunggalnya itu.Arul yang tidak tega melihat tangisan sang kakak, tapi ia pun tidak bisa bergerak hanya sekedar untuk memeluknya. Ia memilih untuk menekan ‘Call Nurse’ di bagian atas ranjangnya. Dan tidak lama, Suster Anita datang di balik pintu.“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” sapanya saat masuk, tapi sedetik kemudian ia terheran melihat Nissa bersimpul di lantai sambil menangis, “Loh, Mbak Nissa. Ngapain, Mbak?!” kagetnya.“Suster, bisa
Hari ini adalah hari libur, Nissa memilih mengajak Dimas berbelanja bahan makanan daripada mengurung diri di rumah dengan berselimut kesedihan. Lagi pula untuknya yang masih belum bisa sempurna menerima Dimas karena kutukan sang ibu, akan sangat berbahaya jika nantinya Dimas lebih mendekatkan dirinya untuk mendorong haknya sebagai suami (hasrat) pada Nissa. Bayangan kehamilan tanpa restu orang tua mereka sudah menjadi momok menakutkan untuknya.Nissa mengajak Dimas untuk mendatangi sebuah mall yang cukup lengkap. Tidak hanya untuk fashion, tapi di sana juga banyak toko menjual barang kebutuhan rumah tangga dan sekaligus perangkat dapurnya.“Masuklah aja dulu, aku parkirin mobil ke dalam,” ucap lembut Dimas pada Nissa.Nissa mengangguk, “Ngomong-ngomong ini mobil kamu juga? Tumben nggak model sport? Punya aku kemarin juga model sport, kan?” tanya Nissa sementara ia membuka sabuk pengaman.“Kenapa, kamu nggak suka, ya? Mobilnya
Nissa tidak punya waktu untuk menyadari panggilan Dimas karena silau dan lengkingan kendaraan di depannya semakin dekat. Satu-satunya hal mengerikan di benaknya hanya ketika kendaraan besar itu sudah dekat, maka ia pasti akan tertabrak.Namun sebaliknya, bukannya kaget karena tertabrak, ia malah tersadar setelah membuka mata karena tarikan kuat dari samping dan membawanya untuk jatuh ke lantai kotor parkiran.Tubuhnya tersentak, terasa sakit. Tapi ketika membuka matanya, ia menyadari kalau dirinya sedang berada dalam pelukan erat yang melindunginya.“Mas? Kamu kok di sini? Bukannya tadi—““Kamu nggak kenapa-kenapa, kan, Yang? Mana yang sakit?” Dimas malah bertanya panik sambil memeriksa keadaan istrinya. Hanya Tuhan yang tahu saat itu jantungnya hampir berdetak memikirkan Nissa yang akan tertabrak kendaraan dengan pengemudi gila tadi.“Hmm, i-i
“Sayang, kamu belum sarapan, loh,” dari meja makan, Dimas memanggil Nissa yang saat ini sedang mencuci piring bekas makannya.“Aku makan di pos perawat aja. Yang penting kamu dulu. Kamu bilang ada meeting penting, kan?” Nissa menjawab dari posisinya, “Lagian kalau kamu nggak bilang mau meeting, aku nggak bakalan kasih kamu keluar, loh! Aku seret kamu ke rumah sakit juga biar diperiksa,” sambungnya mengomel.“Aku udah punya dokter pribadi yang top, kok. Ngapain ke rumah sakit lagi? Lagian kalau kamu di rumah juga, ya ,aku nggak mau ke kantor,” Dimas menjawab enteng, “Kamu nggak di rumah, ya, aku pastinya bosen lah,”“Ya udah, ayo siap-siap berangkat. Nanti kamu telat,” ajak Nissa setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur, “tapi kamu nggak boleh protes kalau nanti sesampainya kita di kantor kamu, aku berangkat naik ojol aja, ya!”Dimas tidak menjawab lagi. Ia menuruti istr
Nissa baru saja tiba di pos perawat dan hendak memakan bekalnya, tapi dering ponsel yang menunjukkan nama ‘Adimas’ membuatnya membatalkan sarapannya.“Mmm, ya?” Nissa menjawab singkat.[I love You, Yang...]Ucapan sang suami di seberang sambungan seketika membuat wajahnya merona. Nissa langsung bangkit untuk menjauh dari pos perawat ke tempat yang lebih sunyi untuk bicara.“Kamu telepon cuma mau ngomong itu, ya?” Nissa berbisik bertanya, “Aku baru mulai kerja, Dimas,”[Bilang sayang sama istri sendiri kok diprotes, sih? Memangnya dilarang, ya?]“Nggak gitu. Kita kan belum satu jam ketemu tadi? Aneh aja gitu,”[Gak aneh, Yang. Cinta aku memang banyak banget buat kamu sampai tiap detik pun rasanya aku mau bilang kalau aku sayang banget sama kamu,]Hati Ni
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya di hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik keluarga Sunny. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Adimas dan Nissa yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti kakek dan keluarga Rama lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat Sunny dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Sunny. Itu karena setelah Nissa mengungkapkan apa yang ia dengar dari Akbar tentang identitasnya memiliki ayah yang tidak biasa. Setelah berdiskusi dengan keluarganya, Sunny menyarankan pada Adimas agar istrinya itu ber
Setelah tiba di rumah sakit, Dimas harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Jay dan Nyonya Risti, hanya Rama yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Dimas melihat wajah Rama ketika menjenguknya dan itu membuat Dimas tersenyum.Rama yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Dimas. "Lo nggak apa-apa, Ram?" tanya Dimas dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Nggak terbalik nih pertanyaannya? Yang lagi rebahan siapa, bro?” Rama menjawab dengan candaan, “Gimana keadaan Lo, Mas? Gue senang lihat Lo bangun. Gue takut karena udah semingguan ini Lo koma dan lemah terus.” Sambungnya mulai berucap sedih.“Gue masih kuat bercanda sama Lo, kok. Tapi
Rama dan Dimas tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Akbar yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Akbar menendang tubuh Dimas dan Rama berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Nissa punya aku. Nissa milik aku. Kalian harus mati!” kalimat ini terus Akbar gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Nissa, Akbar tidak sedikitpun menaruh ampun pada Rama dan Dimas yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas banget pelurunya tinggal dua. Cukup buat bunuh Lo berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya nggak pakai peluru Lo juga, sebentar lagi Lo pada mati.”“Tapi kayaknya gue nggak mau ambil resiko kalau nanti Lo berdua jad
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Akbar dan Nissa.Dengan petunjuk yang Jay berikan, Dimas dan Rama tiba di tempat tersebut.“Apa nggak berlebih banget ngepung Akbar sampai beginian?” Rama bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini gue pribadi nggak punya masalah sama Akbar.” Sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau Lo cuma mau tanya doing, ngapain Lo yang heboh pakai acara minta bantuan militer juga?” Dimas mengomentari, “Lagian ngapain dia kabur waktu anggota Jay mau periksa mereka sesuai protokol keamanan? Kalau nggak punya salah, si brengsek itu ngapain lari sampai ke sini?” Dimas memberikan penilaian tepat.“Gue mau turun sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Rama, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan sana.“Jay, gimana?” Dimas langsung bertanya pada Jay saat
Akbar baru saja membantu Nissa untuk berpindah langkah dengan hati-hati. Tidak lupa juga ia membenahi jaket tebal dan penutup kepala Nissa agar tidak terkena angin pelabuhan yang berhembus kencang.“Terima kasih.” Nissa berucap singkat dan mulai berjalan. Tapi langkahnya terhenti dan ia menoleh pada Akbar yang diam di belakangnya, “kamu kenapa?” tanyanya.“Ngapain kamu balik lihat aku? Aku cuma pengen lihat punggung kamu waktu jalan. Sama kayak yang kamu lakuin ke aku tiap kali kamu tinggalin aku. Aku mau mastiin perasaan aku kali ini. Kenapa rasanya beda banget kayak gini.” Akbar menjawab dengan senyumnya yang putus asa. Entah mengapa ia merasa kacau dan bimbang, padahal ia sudah membawa Nissa sampai ke daratan ini.Nissa hanya tertegun tidak mengerti. Hatinya juga kacau saat ini. Melangkahkan kakinya lagi di daratan Pulau Jawa itu membuatnya bimbang. Ia ingin sekali kabur dan meminta tolong untuk dijauhkan dari Akbar dan kembali ke Dimas, tapi mengingat kondisinya yang tidak memungk
‘Adimas, aku baru saja mendapatkan informasi tentang kapal asing yang terdaftar dengan nama Akbar Lesmana memasuki perairan Teluk Jakarta. Diduga kapal tersebut akan menuju Tanjung Priok.’‘Anak buahku mengkonfirmasi kapal tersebut berisi kurang dari sepuluh awak di antaranya terdapat seorang wanita mengandung. Anak buahku tidak mengenal wanita itu karena wajahnya ditutupi topi berpenutup. Tapi itu sangat mencurigakan.’‘Laporan anak buahku kali ini mereka anggap penting karena sebelumnya Akbar Lesmana tidak pernah membawa wanita keluar pulau, tapi ini malah membawa wanita dengan perut yang besar. Kusarankan kau segera ke sana bagaimana pun caranya. Aku juga akan memerintahkan pasukanku yang berada di sana untuk mengintai pria berbahaya itu.’Itu adalah beberapa pesan dari Sunny, sahabat Adimas yang memiliki koneksi tidak terbatas. Selama ini para anak buah yang ditugaskannya mengintai Akbar Lesmana yang dicurigai berkaitan dengan hilangnya Nissa, tidak mendapatkan informasi apapun ka
8 bulan terlalu begitu cepat. Keadaan sudah tentu sangat banyak mengalami perubahan, baik itu di kota yang ditinggalkan Nissa, atau pulau yang ditempatinya saat ini. Yang tidak berubah hanyalah prinsip Akbar yang tetap memenjarakannya di sana.Seiring berjalannya hari dan perkembangan kehamilan Nissa, Akbar mengisi rumah mereka dengan berbagai alat kesehatan yang canggih. Seperti yang diharapkan, Nissa tidak perlu keluar pulau untuk memeriksakan kandungannya. Karena ia sudah bisa melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau USG dengan bantuan Dokter Riza.Sementara itu yang terjadi di kota sana sungguh tidak mungkin dibayangkan oleh Nissa. Meskipun Akbar bolak-balik keluar masuk pulau, tapi ia tidak pernah menyampaikan apapun yang terjadi selama delapan bulan terakhir.Banyak hal yang sudah terjadi di sana seperti, kabar meninggalnya Nyonya Gina karena tidak sanggup menahan beban kerinduan dan kekhawatiran yang besar pada putrinya. Nyonya Gina meninggal tepat setelah empat bulan pencari
Setelah mencoba berdamai dengan keadaan yang tidak bisa ditawar pada Akbar, Nissa menyerah melawan, sekalipun rindu pada rumah dan orang-orang tersayang begitu besar, dan kemarahannya pada Akbar tidak terelakkan.Namun, yang membuatnya tidak ingin berdebat lagi adalah alasan keselamatan orang-orang yang ia sayang, ketika nanti identitas Nissa ditemukan pihak yang memburunya, bukan tidak mungkin keselamatan Dimas dan yang lain akan terancam.Nissa mulai membiasakan hidup sehat untuk bayinya. Ia berhenti mencoba lari dari penjara alam yang dibuatkan Akbar padanya. Ia tidak lagi mencoba berenang dan mengalahkan ombak tengah pantai. Jika pagi, Nissa berjalan sendirian mengelilingi pantai dan setelah lelah, ia duduk di pinggir pantai, menatap kosong ke arah laut yang batasnya tidak terlihat. Jika sudah lelah, ia masuk dan berdiam di meja belajarnya, menulis buku harian yang mungkin suatu saat akan dibaca anaknya.Sedangkan Akbar membiarkan hal itu. Semua yang dilakukan Nissa atau pun yang
Di dalam kamar Nissa, tampak Dokter Riza tengah menambahkan cairan berwarna kuning ke dalam botol infus Nissa. Di sampingnya, ada Akbar hanya diam tidak berkata-kata.Nissa yang masih lemah untuk berdebat juga hanya diam, tidak ingin bertanya pada Akbar tentang orang tuanya dulu. Tapi sekarang hati dan pikirannya merasa ingin terpuaskan dengan berbagai informasi tentang keadaannya sendiri.Saat Dokter Riza terlihat akan pergi, tangannya tertahan oleh Nissa yang memandangnya dengan sedih lalu berkata, “Tolong jelaskan tentang kandungan saya, Dokter.”Akbar yang mengerti terlihat menghela napas berat. Ia pun berpindah duduk, sedikit menggeser agar Dokter Riza duduk di sebelah Nissa.“Maafkan saya karena tidak memberitahukan semua ini pada anda sejak awal. Seperti yang saya sampaikan ke Tuan Akbar sebelumnya, hasil pemeriksaan darah menunjukkan kalau anda positif mengandung, Mbak Nissa.” Dokter Riza menerangkan keadaan yang sebenarnya, “Kira-kira kalau boleh tau, hari pertama haid terakh