“Ka-kamu ... Yosua!” Raelina menutupi mulutnya terkejut.
Penampilan Yosua sama seperti yang dia ingat dua tahun terakhir. Rambut potongan cepak yang menjadi ciri khas seorang tentara, serta kumis di wajahnya dicukur bersih. Kulit pria itu sewarna gandum sehat, dia masih terlihat tampan seperti dua tahun yang lalu.
Mata Raelina berkaca-kaca, dia tidak bisa menahan perasaan bahagianya dan berlari memeluk pria itu.
“Yosua, ternyata benar-benar kamu. Ke mana kamu selama ini.” Raelina berkata lirih sambil memeluk pinggangnya erat. Air mata mengalir di sudut matanya.
“Apa kamu tahu, betapa aku sangat merindukanmu,” ujarnya lirih semakin memeluk tubuh pria itu erat.
Sementara pria yang diduga sebagai Yosua membeku sesaat. Dia memegang pundak Raelina, tidak tahu harus membalas pelukannya atau mendorongnya.
Dia berdeham. “Dua minggu tidak bertemu, kamu sudah melupakan aku,” kata pria itu dengan suara ma
Jam dinding terus berdetak, cahaya senja mulai tenggelam , tak terasa hari sudah beranjak petang. Namun Raelina masih belum beranjak dari ruang prakteknya sejak Mark pergi sejam yang lalu.Dia termenung duduk di kursi kerjanya sambil mengetuk-ngetuk meja kerjanya, memikirkan semua percakapannya dengan Mark dan keputusannya untuk menjauhi pria itu.Meski dia ingin Mark menjauhinya dan fokus pada pencarian informasi Yosua, Raelina tidak yakin akan mendapatkan informasi tentang Yosua dari militer. Militer sangat ketat melindungi data penulis, apa lagi Raelina harus mendapat informasi Mark dalam waktu singkat sebelum masa tugas relawan medis berakhir.Raelina mengusap rambutnya setengah frustrasi. Dia telah membuang-buang waktunya dan mengabaikan tujuannya.Setelah berpikir untuk waktu lama, Raelina memutuskan untuk menemui Romi.Raelina melirik jam tangannya dan melihat ke luar jendela. Langit sudah mulai gelap, dia tidak sadar melewatkan waktu pulanv
Raelina meronta-ronta dalam dekapan pria asing yang menangkapnya, mencoba berteriak meminta tolong. Namun pria di depannya menutupi mulutnya dengan sebuah sapu tangan. Mata Raelina membelalak mencium bau yang familier. Obat bius!Setelah menyadari itu, hanya beberapa detik Raelina kehilangan kesadarannya.Kedua pria itu saling pandang, dan mengangguk. Salah satu mengangkat Raelina di pundak dan membawanya ke mobil di depan gang.Mereka memandang ke sekeliling dengan waspada sebelum memasukkan tubuh Raelina yang tidak sadar diri ke dalam bagasi mobil dan pergi entah ke mana.Seorang pria yang diam-diam mengawasi mereka di salah satu bangunan. Setelah melihat mobil itu pergi, dia menekan alat komunikasi di telinganya dan melapor pada seseorang di seberangnya.“Ketua, mereka berhasil membawa Dokter Raelina.”Ucapan pria itu sampai ke sambungan bluetooth Dean dan Renaldi. Kedua pria itu saling pandang dan menatap Romi yan
Mark mengerjapkan matanya perlahan sebelum akhirnya membuka matanya. Matanya menyipit merasakan silau dari cahaya lampu terang yang menggantung di langit ruangan.Mark mengerjap menatap ke sekeliling. Di tampak berada di sebuah ruangan bercak dinding putih dengan bau obat-obatan yang menusuk indra penciumannya.Dia mengernyitkan keningnya dan mencoba untuk bangun. Dia langsung mengerang merasakan tengkuk dan sekujur tubuhnya sakit, terutama kepalanya serasa dipukul dengan palu gondam.Mark menggerutu sambil memegang kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan.“Ugh ....”“Akhirnya kamu sadar”Dia menoleh ke samping dan di sambut wajah Kyle yang menyengir lebar.“Kamu tahu, seluruh markas heboh dengan kekalahanmu di arena untuk pertama kalinya. Namun banyak mengutuk kerugian yang mereka dapatkan karena bertaruh banyak atas kemenanganmu. Siapa yang menduga kami akan kalah,” ujar pria itu menyilangkan
Seember air dingin disiramkan ke tubuh Raelina yang terikat di kursi, membuat wanita itu yang tak sadar diri tersentak bangun.Raelina mengerjapkan matanya antara bingung dan terkejut usai dibangunkan dengan air dingin. tubuhnya menggigil kedinginan, dan ingin memeluk tubuhnya, namun dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Raelina bingung dan menunduk memandang tubuhnya. Matanya melebar melihat dirinya terikat di kursi.“Apa ini?!” Raelina kaget dan takut menarik-narik tangannya yang terikat di kursi, mencoba untuk melepaskan tali yang mengikat tangannya. Tidak hanya tangannya, seluruh tubuhnya diikat di kursi itu.“Jadi ini wanita yang merayu Mark?” Suara seorang wanita terdengar mencibir dari depannya.Raelina tersentak dan mendongak cepat. Dia baru sadar sekelompok orang tengah mengelilinginya dan menatapnya dengan pandangan tajam.“Si-siapa kalian ....” Raelina terbata-bata menatap ke sekeling takut, dia berada
Pintu ruangan itu ditendang dengan kuat dari luar dan sosok pria menerobos masuk.Melihat Louise mengarahkan pistolnya ke kepala Raelina, pria itu tidak berpikir panjang langsung mendorongnya ke samping.Namun Louise tanpa sadar menekan pelatuk pistol. Peluru Louise mengenai kabel lampu gantung di atas Raelina menyebabkan lampu itu bergoyang-goyang. Kabelnya putus menyebabkan percikan api jatuh mengenai Raelina.“Raelina!”Raelina langsung mendongak melihat sosok pria di ambang pintu bergegas ke arahnya dan memeluknya, menggunakan tubuhnya untuk melindunginya dari percikkan listrik. Pada saat yang sama lampu gantung itu terjatuh mengenai punggung dan kepala Mark.“Yosua!”“Mark!”Teriak Louise dan Raelina bersamaan kaget.Mark ah tidak, dia adalah Yosua memeluk erat kepala Raelina dalam pelukannya. Sama sekali tidak menghiraukan lampu gantung yang mengenai punggungnya.“Yo-Yosua
Dor!Yosua refleks menarik Raelina merunduk menghindari tembakan dan bergegas ke dinding sekat pembatas dapur dan ruang makan.Dor!Dor!Dor!Tembakan lain menyusul menembak ke arah tempat mereka bersembunyi.Yosua mengumpat kasar, dia memeluk kepala Raelina melindunginya dengan sikap protektif kala tembakan tanpa henti terus ditembakkan ke arah tempat persembunyian mereka.Sementara itu suara Louise terdengar memerintah anak buahnya di belakang mereka.“Bunuh wanita itu! Aku ingin kepalanya!” seru Louise terdengar ganas di balik sekat pembatas.“Yosua, kita harus bagaimana .... kita tidak bisa mati di sini. Zenith menunggu kita,” bisik Raelina mencengkeram lengan Yosua erat, tubuhnya gemetar dan air mata mengalir di wajahnya.Dia cemas dan takut mendengar tembakan tanpa henti yang diarahkan pada mereka. Berada di ambang hidup dan mati, dia tidak berhenti memikirkan putrinya,Yosua m
Bang!Peluru keluar dari pistol di tangan Louise melesat dengan cepat ke arah Raelina.Sebelum peluru mengenai tubuhnya, Yosua sekejap menarik Raelina dalam pelukannya dan menggunakan tubuhnya memblokir peluru itu untuk melindungi istrinya.Peluru itu mengenai punggungnya, menyebabkan darah dari punggungnya membasahi kaosnya. Yosua memuntahkan darah.“Yosua!” Suara teriakan ketakutan Raelina terdengar keras, dia menangis berada dalam pelukan Yosua, menatap wajah wajah pria itu yang berubah pucat.Yosua memuntahkan darah dari mulutnya, itu memercik mengenai kaos yang dikenakannya. Dia telah menggunakan tubuhnya untuk memlokir peluru yang tertuju padanya demi melindunginya.Raelina menangis melihat Yosua memuntahkan darah dari mulutnya. Tubuh pria itu kehilangan keseimbangannya dan akan roboh. Raelina segera menahan tubuhnya dan mencegahnya jatuh ke lantai.“Ka-kamu ....” Suaranya bergetar menatap wajah Mar
Raelina memeluk kepala Yosua erat, melindunginya dari peluru yang beterbangan ke segala arah. Dia terisak mencoba mempertahankan kesadaran Yosua dan menghentikan pendarahan di lukanya.Sementara Yosua wajah sangat pucat pasi seolah darah terkuras dari wajahnya.“Yosua, kumohon bertahanlah. Kamu harus bertahan apa pun yang terjadi.” Raelina terisak cemas mengusap darah di mulut Yosua.Dia menatap putus asa sekelompok pria berseragam hitam yang membuat barikade melindungi mereka sambil terus mengarahkan serangan pada Tuan Fred dan anak buahnya.Meski dia tidak tahu siapa mereka, dia senang mereka melindunginya dan Yosua, namun di satu sisi sangat cemas ingin meminta pertolongan mereka untuk menyelamatkan Yosua.“Kakak Ipar, bagaimana keadaan kalian,” salah satu seorang pria berseragam hitam di depan Raelina bertanya tanpa memandang mereka, dia sibuk menembak anak buah Tuan Fred melindungi mereka.Raelina langsung menata
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d