Renaldi membawa Raelina ke kantor Romi alih-alih ke rumah sakit khusus tentara.
“Kapten tidak suka memperlihatkan dirinya yang terluka di depan orang lain. Karena itu Kapten jarang datang ke rumah sakit.” Sepanjang perjalanan Renaldi mengingatkan Raelina tentang Romi.
Tak lama kemudian mereka berhenti di sebuah pintu kantor yang terpisah dan terjauh dari ruang lain.
Sebelum membuka pintu, Renaldi mengingatkan Raelina sekali lagi.
“Kami memiliki dokter pribadi yang bisa menangani Kapten. Tapi Dokter Jack sedang tidak ada di pangkalan. Kami hanya bisa memanggil Anda untuk mengobati Kapten. Aku harap dokter mau merahasiakan bahwa kapten kami terluka,” ujarnya dengan ekspresi serius.
Raelina mengangkat alisnya tinggi-tinggi.
Bukankah pria itu berteriak di ruang kesehatan meminta dokter untuk memeriksa Kapten mereka. Cerita itu pasti sudah tersebarkan?
Ini sudah tidak termasuk ‘rahasia’.
“Si
“Kalau kamu sudah tahu, lakukan tugasmu dan jangan banyak tanya,” ujar Romi dengan tenang namun dingin.“Maafkan aku,” ucap Raelina hati-hati.Dia tidak berbicara lagi dan melakukan tugasnya dengan tenang. Tanpa anestesi, dia mengeluarkan peluru di pinggang Romi.Meski Romi sangat tenang dan tidak tampak kesakitan, dia berkeringat dingin sambil menggertakkan gigi menahan rasa sakit kala pisau bedah mengiris dagingnya. Butir-butir keringat tanpa henti mengalir di tubuh berotot pria itu, membuat tank top hitam basah kuyup.Raelina harus menahan dirinya dari perasaan kasihan saat mengeluarkan peluru dari pinggang Romi dan menjahit lukanya.Waktu berlalu dalam keheningan. Tidak ada yang berbicara setelah teguran Romi.“Selesai,” ujar Raelina menghela napas lega begitu selesai memerban luka pinggang Romi.Dia membuka maskernya dan menghapus keringat di dahinya sambil tersenyum menatap. Wajahnya tampak me
Raelina duduk di tempat tidurnya dan memegang erat kotak hitam di tangannya. Dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan.Dia membuka kotak hitam itu. Di dalamnya tampak sebuah kotak musik. Selain kotak musik itu, ada secarik kertas dan sebuah cincin di dalamnya.Jantung Raelina menegang menatap cincin di atas pahanya tanpa berkedip. Cincin itu tampak sangat akrab.Itu cincin pernikahan yang dikenakan Yosua di jarinya. Dia mengingatnya dengan sangat jelas cincin pernikahan mereka.Mata Raelina memanas. Tangannya gemetar meraih cincin itu.“Yosua ….” Bisiknya lirih menggenggam erat cincin itu di telapak tangannya.Dia melihat surat di dalam kotak dan membuka isinya. Kertas itu awalnya putih, karena termakan waktu sedikit menguning.Sebuah tulisan tangan hitam bertinta hitam yang sangat akrab muncul dalam pandangannya.Mata Yuriel memburam membaca tulisan tangan Yosua.Untuk istr
Raelina terbangun keesokan harinya karena kebisingan di sekitar. Dia mengerjap sebelum akhirnya membukan matanya perlahan.Raelina menatap linglung ke sekeliling. Ruangan sangat diterangi cahaya matahari yang masuk dari jendela kamar dan suara bising orang berbicara terdengar keras.Raelina bangun sambil merenggangkan lehernya.“Ini sudah jam berapa?” Dia bergumam linglung dan melirik Farida yang mengobrol dengan seorang perawat di samping ranjangnya.Suara mereka sangat keras.“Oh kamu sudah bangun? Apa kami membangunkan kamu? Maaf kami berbicara terlalu keras,” ujar Farida melihat Raelina sudah bangun.“Ah nggak papa ….” Raelina menguap sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan ekspresi bingung. Dia belum sadar sepenuhnya usai bangun tidur.“Apa yang terjadi?” gumam Raelina dengan tampang bingung melihat hari sudah terang.Begitu cepatkah waktu berlalu? Dia tidak ingat mele
“Aku sudah menduga Dokter Brian menyukai Raelina,” bisik Farida menatap keluar jendela.Di depan gedung medis, sosok Dokter Brian turun dari mobil kijang di depan Raelina. Dia menghampiri Raelina yang menunggunya di depan gedung medis dengan pakaian rapi.“Aku iri, mengapa kita tidak ikut jalan-jalan ke kota juga. Aku sangat ingin jalan-jalan. Kudengar kota Yvomr di memiliki pemandangan indah. Jajanan di kota itu sangat enak. Ada banyak turis yang berlibur di kota Yvomr . Ahh aku ingin ikut dengan mereka,” desah Farida sedih membayangkan jalan-jalan di kota Yvomr.“Bodoh, apa kamu ingin mengganggu kencan Dokter Brian? Dokter Brian tidak akan membiarkanmu mengganggu. Dia akan menendangmu ke pinggir jalan jika kamu berani mengganggu kencan mereka,” celetuk Erik di sebelahnya, ikut mengintip keluar.Farida langsung meliriknya dengan tajam.“Siapa yang kamu panggil bodoh?! Kamu cari mati!” Dia mencekik le
“Katakan lagi, kamu bilang apa?!” Seorang pria setengah tampak murka membentak Louise dalam bahasa Inggris.Luka sayatan pandang di pipi kirinya membuat pria itu terlihat menakutkan dan sangar.Dia berharap bisa menakutkan gadis sombong di depannya.Namun Louise tidak terlihat takut dengan wajah sangar pria itu. Dia sebaliknya acuh tak acuh dan mengangkat dagunya dengan sombong. Pria yang berjaga di sebelah gadis itu memiliki wajah tanpa ekspresi mendengar percakapan mereka.“Tuan Wayne, aku tidak suka mengulangi kata-kataku. Jika kamu memiliki masalah pendengaran, kamu sebaiknya periksa ke dokter THT. Jangan membuat Qyoir terlihat sangat tidak mampu dengan mengirim orang tidak becus sepertimu menangani kesepakatan penting antar Kragon dan Qyoir,” kata Louise dengan penuh penghinaan tanpa peduli akan semakin menyinggung Tuan Wayne.Wajah Tuan Wayne memerah padam menahan amarah akibat penghinaan terang-terangan yang dilontark
Sebuah bom meledak di lantai dua restoran mengagetkan semua orang. Orang -orang di lantai dua tidak sempat menyelamatkan diri saat bom meledak di lantai dua.Sebagian area lantai dua hancur. Puing-puing bangunan runtuh berjatuhan di lantai satu.Beberapa orang yang selamat berteriak panik dan berusaha menyelamatkan diri meninggalkan restoran.Dokter Brian sangat tidak beruntung terhempas beberapa meter. Kepalanya terluka terkena reruntuhan bangunan.Dokter Brian meringis memegang kepalanya yang terluka dan mencoba untuk duduk. Dia terbatuk-batu menghirup kabut debu tebal yang beterbangan mengaburkan pandangannya.Dokter Brian menatap ke sekeliling dan mencari keberadaan Raelina.Namun dia tidak melihat keberadaan Raelina. Dokter Brian menjadi panik dan mencoba berdiri dengan tergesa-gesa.Di sekelilingnya tampak berantakan. Orang-orang berteriak ketakutan dan menangis meminta bantuan.Dia tidak bisa melihat di sekitarnya karena
Sosok pria itu berjalan dengan cepat di sepanjang gang gelap. Dengan kejadian bom meledak di restoran akan menarik beberapa pihak. Polisi lokal sangat tidak becus dan tidak akan mengambil pusing dengan kejadian hari ini. Namun berbeda dengan negara lain yang selalu ikut campur. Mereka akan menelusuri kejadian hari ini dan akan menemukan kejadian ini berhubungan dengan geng Kragon. Meski mereka tidak akan mencampuri urusan geng-geng lokal, mereka sangat waspada dengan Geng Kragon. Geng Kragon sudah terkenal secara internasional di dunia bawah tanah dan agen federal dunia karena bisnis gelap yang mereka dalangi sangat meresahkan beberapa negara-negara yang menjadi bagian cabang geng Kragon. Mark harus menghindar bentrokan apa pun yang berhubungan dengan militer dari negara lain. Sejak beberapa bulan ini dia juga merasa sudah di awasi oleh sebuah pasukan khusus. Karena mereka hanya mengawasinya dan tidak mencoba menangkapnya, Mark
Mark sesaat membeku saat bibirnya mencium bibir mungil wanita di di bawah tubuhnya.Rasanya begitu akrab seolah dia pernah melakukannya di masa lalu. Bibir Raelina terasa lembut di bibirnya membuatnya ingin terus menciumnya dan tidak ingin melepaskannya.Yosua menunduk menatap wanita di bawahnya dengan tatapan intens.Raelina berkedip, mengerjapkan matanya beberapa kali dengan wajah merah. Sudah lama sekali dia tidak berada dalam posisi begitu intim dengan seorang pria.Pada saat itu pintu di dobrak terbuka dan beberapa tentara masuk ke kamar itu.Mereka seketika membeku di ambang pintu melihat pasangan yang terjerat di atas tempat tidur terlihat tidak mengenakan sehelai benang di bawah selimut.Namun mereka bersikap profesional dan menodong senjata ke arah mereka.“Hei kalian, bisakah kalian berhenti? Kami sedang melakukan pemeriksaan. Seorang teroris menculik dokter relawan medis kami. Jadi kami harus memeriksa kalian da
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d