Aku membuatkan sup kesehatan untuk diriku sendiri, sesudah itu kembali ke kamar untuk lanjut tidur.Tubuhku yang lemah membuatku tidur lebih lama hingga tidur sampai malam.Setelah selesai cuci muka dan gosok gigi, makanan nutrisi yang ku pesan sudah sampai.Kebetulannya, Juan juga baru sampai di rumah.Tapi aku mengabaikannya, sibuk mengeluarkan sayur ke meja, dan mengambil sup untuk diri sendiri.Juan masuk rumah langsung ke dapur untuk menghangatkan susu, terdiam saat melihat meja makan sudah ada sup, lalu meletakkan kembali susu yang diambilnya dari kulkas.Ekspresinya dan nada suaranya jarang sekali lembut dan tenang: “Terima kasih telah membuatkan aku sup.”Aku mengerutkan alis: “Ini buat aku minum sendiri, jangan disentuh.”Tangan Juan yang mau mengambil sup jadi terhenti.Dia menunjukkan ekpresi yang terkejut lalu marah: “Evelyn! Kamu tahu kalau lambungku ada masalah!”Aku dengan tenang berkata: “Aku tahu lambungmu bermasalah, jadi tiap hari aku cepat pulang, aku yang nggak bis
Di perusahaan, mau gimanapun aku juga istri bos, jadi esoknya, prosedurnya sudah selesai, sangatlah lancar.Ketika proses diteruskan ke Juan, aku sudah menyelesaikan proses masuk kerja di perusahaan baru.Nggak dapat dihindar, harus juga lembur sebentar.Pulang ke rumah buka pintu, melihat Juan yang seharusnya menemani Dewi bermain di laut.Bukan karena perhatian sama dia.Karena Dewi adalah host yang lagi populer, beberapa rekan kerja pria di kantor baru adalah penggemarnya, saat istirahat, mereka melihat statusnya terus, jadi susah mau nggak tahu.Aku meletakkan tas dan ganti sepatu, Juan dengan muka cemberut mengikuti di belakang.“Tidak ada yang mau kamu katakan?”Aku tidak mengerti maksudnya: “Apa?”Suara Juan sangatlah rendah: “Perusahaan nggak bisa biayain kamu? Kamu mau resign? Atau ini cara terbarumu selain mengancamku dengan cerai?”Aku dengan diam menatap matanya, lalu mempertegaskan: “Cerai bukan cara untuk mengancammu, resign juga bukan, lain kali aku nggak akan campur tan
Perusahaan memberikan proyek baru, tapi pihak kerjasamanya adalah perusahaan Juan.Rekan kerja dulu, Rena terkejut saat menjemputku di depan pintu perusahaan.“Kak Evelyn, ternyata kamu ya.”Aku mengangguk kepalaku lalu membawa dokumen ikutin dia masuk ke ruang tamu.Aku menunggunya sambil minum kopi, Rena kembali dengan muka yang nggak enak, “Maaf kak Evelyn, Pak Juan minta kamu ke kantornya untuk bahas.”Pintu kantor diketuk.“Evelyn, kamu kah?”Juan mengangkat kepalanya melihatku, matanya terlihat sangat senang.Dia mendorongku sampai ke sofa untuk duduk, “Kamu duduk sebentar, aku buatin kopi.”Aku membuka proposal lalu melihat lagi beberapa poin pentingnya, pintu kantor terbuka.Aku kira Juan, nggak nyangka proposal yang di tanganku ditarik.Dewi dengan marah melempar proposal itu ke samping, dengan penuh amarah menanyaiku: “Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu sudah resign?”Sikapnya yang wajar itu, seolah-olah dia adalah pemiliknya.Melihat aku nggak bicara, dia tertawa: “Apa r
Pulang ke rumah, jarangnya melihat Juan memakai apron masuk ke dapur.Dia langsung keluar menjemputku setelah melihat aku pulang, dengan cemas memegang ujung apron melihatku: “Sudah pulang ya? Aku sengaja buatin satu meja makanan, ini sudah bisa langsung makan.”Aku melihat tangannya, tangan kirinya ada dua sampai tiga plester, ibu jarinya juga merahan.Selama Juan bersamaku, aku nggak pernah kasih dia masak, yang ada hanya saat awal-awal nikah dia bantu cuci sayur.Aku pelajari semua yang dia mau makan, nggak pernah bilang sakit walaupun kena pisau ataupun terbakar, hanya mau memberinya apa yang dia mau ke depan matanya.Tapi apa yang dibilangnya?Bilang aku rendah diri sejak lahir, merendahkan diri, dan mencari penderitaan.Melihat dia yang hati-hati, aku dengan senyum menyindirnya: “Juan, kamu rendah diri gini ngapain?”Juan menyembunyikan tangannya ke belakang, menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihan di matanya, ekpresi yang paksa tersenyum penuh dengan kepahitan, dan den
Handphoneku penuh lagi sama pesan dan notifikasi.Netizen terus datang meminta maaf samaku, menasehatiku untuk lepaskan saja, buta sementara nggak papa, tapi jangan sia-siakan seumur hidupmu di pria brengsek itu.Hana meneleponku dengan penuh semangat, kedengaran juga suara Wilson yang di sampingnya memintanya untuk lebih tenang.“Di saat Dewi lagi live sedang membahas masa depan dengan penonton, Juan tiba-tiba seperti orang gila datang ke rumahnya lalu memakinya sampai memukulnya, penonton sambil lihat keramaian sambil melapor polisi dan keduanya dibawa ke kantor polisi, benaran lucu sekali.”Juan adalah pemimpin perusahaan, memukul host sendiri dengan kondisi lagi live, nggak berapa lama sudah viral.Selingkuh, orang ketiga, kekerasan dan label-label lainnya menjadi tanda mereka.Ini bagi perusahaan Juan adalah masalah yang besar, dampak negatifnya sangat cepat sudah muncul, citra perusahaan menjadi buruk, saham yang baru naik juga turun drastis.Setelah Juan dibebaskan dengan jamina
Menikah selama 4 tahun, Juan yang selama ini tidak pernah update statusnya tiba-tiba upload sesuatu:“Benaran kucing kecil yang rakus”Fotonya adalah seorang perempuan yang memakai bando telinga kucing warna pink, yang pipinya merah dan menjulurkan lidah karena kepedasan makan hotpot.Orang itu adalah Dewi, host barunya.Nggak sampai 1 menit, teman kami ada yang komentar:“Bro, kamu lupa ganti akun!”Jadi, status terbarunya Juan sangat cepat sudah hilang, tetapi sangat cepat sudah muncul di halaman utama sosial media Dewi.Lalu Juan meneleponku.Kalau dulu, aku akan screenschoot terlebih dahulu dan duluan menelepon untuk menanyainya, setiap kali pasti harus berantam baru bisa selesai.Tapi kali ini, aku dengan penuh perhatian, ku tunggu sampai teleponnya mati pun nggak ku angkat.......Saat Juan sampai di rumah, aku sudah tertidur pulas di sofa.Dia membuka jas dan mengganti sepatu.“Kenapa nggak angkat teleponku?”Juan sangat jarang menanyai itu, kecuali dia sendiri juga merasa bahwa
Mungkin merasa bersalah karena membeli kado yang sama, Juan mengajak untuk bareng ke kantor.Karena kondisi tubuh, aku nggak mau nyetir, jadi nggak aku tolak ajakannya.Juan berdiri di depan mobilnya, alisnya mengerut hampir menjadi simpul.Nggak tahu sejak kapan, Juan sangat benci aku duduk mobilnya, tidak izinkan aku duduk kursi depan, memaksa aku untuk beli mobil.Mungkin karena dulu aku sering seperti orang gila berantam sama dia demi hak kepemilikan kursi depan mobilnya, jadi dia merasa kesel.Tapi sekarang, karena antar jemput Dewi, mobilnya banyak terdapat boneka bulu kucing, dan juga tempel banyak gambar yang lucu imut.Bahkan kursi depannya sengaja cari orang untuk design ulang, hanya untuk Dewi yang badannya kecil imut bisa duduk dengan nyaman.Tapi melihat aku sudah tunggu di samping, dia hanya bisa membuka pintu mobil dan membungkukkan badan meletakkan mainan boneka itu ke kursi belakang.Aku melihat dia bolak-balik, mengerutkan alis dan berkata: “Sudahlah, aku sendiri perg
Jujur, saat ini tidak ada orang yang jalan kaki untuk berangkat kerja.Saat lampu merah jadi hijau, satu motor listrik mungkin juga nggak nyangka ada yang melewati zebra cross, setelah berbelok, dia langsung bertabrakan dengan aku.Tangan, kaki dan dahi terdapat beberapa luka goresan dengan tingkat keparahan yang berbeda.Suster memberiku obat, dan menempelkan plester di dahiku sambil mengingatkan: “Beberapa hari ini usahain jangan kena air, jangan berendam, gunakan obat dengan tepat waktu.”Keluar dari rumah sakit, aku memesan mobil untuk ke kantor.Mobil supir ini ada 2 handphone, satunya buat lihat peta, satunya lagi untuk melihat livenya Dewi.Di kolom komentar penuh dengan kata-kata perhatian.“Astaga, terimakasih atas perhatian semuanya, Kucing Dewi nggak papa, untungnya abang datang dengan cepat, jadi nggak perlu ke rumah sakit.”“Enggak ya, belum aku ungkapkan perasaanku sama abang, jadi jangan asal bilang ya, ini abang lihat di samping, iya abang orangnya sangat lembut.”Aku n
Handphoneku penuh lagi sama pesan dan notifikasi.Netizen terus datang meminta maaf samaku, menasehatiku untuk lepaskan saja, buta sementara nggak papa, tapi jangan sia-siakan seumur hidupmu di pria brengsek itu.Hana meneleponku dengan penuh semangat, kedengaran juga suara Wilson yang di sampingnya memintanya untuk lebih tenang.“Di saat Dewi lagi live sedang membahas masa depan dengan penonton, Juan tiba-tiba seperti orang gila datang ke rumahnya lalu memakinya sampai memukulnya, penonton sambil lihat keramaian sambil melapor polisi dan keduanya dibawa ke kantor polisi, benaran lucu sekali.”Juan adalah pemimpin perusahaan, memukul host sendiri dengan kondisi lagi live, nggak berapa lama sudah viral.Selingkuh, orang ketiga, kekerasan dan label-label lainnya menjadi tanda mereka.Ini bagi perusahaan Juan adalah masalah yang besar, dampak negatifnya sangat cepat sudah muncul, citra perusahaan menjadi buruk, saham yang baru naik juga turun drastis.Setelah Juan dibebaskan dengan jamina
Pulang ke rumah, jarangnya melihat Juan memakai apron masuk ke dapur.Dia langsung keluar menjemputku setelah melihat aku pulang, dengan cemas memegang ujung apron melihatku: “Sudah pulang ya? Aku sengaja buatin satu meja makanan, ini sudah bisa langsung makan.”Aku melihat tangannya, tangan kirinya ada dua sampai tiga plester, ibu jarinya juga merahan.Selama Juan bersamaku, aku nggak pernah kasih dia masak, yang ada hanya saat awal-awal nikah dia bantu cuci sayur.Aku pelajari semua yang dia mau makan, nggak pernah bilang sakit walaupun kena pisau ataupun terbakar, hanya mau memberinya apa yang dia mau ke depan matanya.Tapi apa yang dibilangnya?Bilang aku rendah diri sejak lahir, merendahkan diri, dan mencari penderitaan.Melihat dia yang hati-hati, aku dengan senyum menyindirnya: “Juan, kamu rendah diri gini ngapain?”Juan menyembunyikan tangannya ke belakang, menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihan di matanya, ekpresi yang paksa tersenyum penuh dengan kepahitan, dan den
Perusahaan memberikan proyek baru, tapi pihak kerjasamanya adalah perusahaan Juan.Rekan kerja dulu, Rena terkejut saat menjemputku di depan pintu perusahaan.“Kak Evelyn, ternyata kamu ya.”Aku mengangguk kepalaku lalu membawa dokumen ikutin dia masuk ke ruang tamu.Aku menunggunya sambil minum kopi, Rena kembali dengan muka yang nggak enak, “Maaf kak Evelyn, Pak Juan minta kamu ke kantornya untuk bahas.”Pintu kantor diketuk.“Evelyn, kamu kah?”Juan mengangkat kepalanya melihatku, matanya terlihat sangat senang.Dia mendorongku sampai ke sofa untuk duduk, “Kamu duduk sebentar, aku buatin kopi.”Aku membuka proposal lalu melihat lagi beberapa poin pentingnya, pintu kantor terbuka.Aku kira Juan, nggak nyangka proposal yang di tanganku ditarik.Dewi dengan marah melempar proposal itu ke samping, dengan penuh amarah menanyaiku: “Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu sudah resign?”Sikapnya yang wajar itu, seolah-olah dia adalah pemiliknya.Melihat aku nggak bicara, dia tertawa: “Apa r
Di perusahaan, mau gimanapun aku juga istri bos, jadi esoknya, prosedurnya sudah selesai, sangatlah lancar.Ketika proses diteruskan ke Juan, aku sudah menyelesaikan proses masuk kerja di perusahaan baru.Nggak dapat dihindar, harus juga lembur sebentar.Pulang ke rumah buka pintu, melihat Juan yang seharusnya menemani Dewi bermain di laut.Bukan karena perhatian sama dia.Karena Dewi adalah host yang lagi populer, beberapa rekan kerja pria di kantor baru adalah penggemarnya, saat istirahat, mereka melihat statusnya terus, jadi susah mau nggak tahu.Aku meletakkan tas dan ganti sepatu, Juan dengan muka cemberut mengikuti di belakang.“Tidak ada yang mau kamu katakan?”Aku tidak mengerti maksudnya: “Apa?”Suara Juan sangatlah rendah: “Perusahaan nggak bisa biayain kamu? Kamu mau resign? Atau ini cara terbarumu selain mengancamku dengan cerai?”Aku dengan diam menatap matanya, lalu mempertegaskan: “Cerai bukan cara untuk mengancammu, resign juga bukan, lain kali aku nggak akan campur tan
Aku membuatkan sup kesehatan untuk diriku sendiri, sesudah itu kembali ke kamar untuk lanjut tidur.Tubuhku yang lemah membuatku tidur lebih lama hingga tidur sampai malam.Setelah selesai cuci muka dan gosok gigi, makanan nutrisi yang ku pesan sudah sampai.Kebetulannya, Juan juga baru sampai di rumah.Tapi aku mengabaikannya, sibuk mengeluarkan sayur ke meja, dan mengambil sup untuk diri sendiri.Juan masuk rumah langsung ke dapur untuk menghangatkan susu, terdiam saat melihat meja makan sudah ada sup, lalu meletakkan kembali susu yang diambilnya dari kulkas.Ekspresinya dan nada suaranya jarang sekali lembut dan tenang: “Terima kasih telah membuatkan aku sup.”Aku mengerutkan alis: “Ini buat aku minum sendiri, jangan disentuh.”Tangan Juan yang mau mengambil sup jadi terhenti.Dia menunjukkan ekpresi yang terkejut lalu marah: “Evelyn! Kamu tahu kalau lambungku ada masalah!”Aku dengan tenang berkata: “Aku tahu lambungmu bermasalah, jadi tiap hari aku cepat pulang, aku yang nggak bis
Sudah diambil darah dan periksa USG, dokter memberikan diagnosis.Tanda-tanda keguguran, denyut jantung janin sudah nggak ada.Setelah melakukan operasi kuretase, Hana memberiku sebuket bunga lily.“Aku nggak tahu apa yang harus aku bilangin, anak sudah nggak ada, pernikahan juga nggak mau, kamu benaran tega tinggalin Juan?”Setelah efek bius hilang, wajahku masih sedikit pucat, senyumku juga sangat tipis.Anak, aku emang nggak niat mau memiliki anaknya, dia tidak layak untuk aku lahirkan anaknya.Untuk pernikahan dengannya......“Dia yang duluan nggak mau.”“Kalau kamu sudah tekad, aku percaya pengacara terbaik kami akan bantu kamu menang di pengadilan, benar nggak bang Wilson?”Wilson mengangguk setuju: “Siapin perjanjian cerai sangat cepat, tapi melihat kondisimu, saranku siapin diri untuk menghadapi gugatan hukum.”Aku memberinya senyuman penuh dengan terima kasih: “Repotin kamu, terima kasih.”Mau masalah di hotel ataupun cerai.Wilson ngerti maksudku, dengan lembut senyum ke aku:
Dampak dari bilang cerai sangatlah besar.Juan di saat itu langsung pergi karena marah, sudah selama seminggu nggak pulang.Ini sering dilakukannya saat aku membuatnya marah, artinya juga dia tidak peduli dengan apa yang aku katakan.Dulunya melihat kekerasan emosional dari dia, aku merasa sangat menderita dan sepanjang malam tidak bisa tidur, terus-menerus meneleponnya dan meminta maaf, dengan rendah hati memohon maaf.Tapi sekarang aku sibuk dengan mencari kerja yang baru, tidak ada waktu untuk memikirkan dia, soalnya setelah cerai, aku nggak mungkin masih kerja di perusahaan Juan.Hari ini setelah pulang kerja, Juan meneleponku.Dia sendiri menghubungi aku adalah jalan selesaikan masalah yang dia kasih, kalau aku menolak berarti aku yang tidak tahu aturan.“Kinerja di paruh pertama tahun ini mencapai target, divisi akan membuat acara untuk merayakan, nanti kita pergi bersama.”Menunggu di depan pintu perusahaan hampir 20 menit, Juan yang membawa Dewi baru datang.“Kakak, aku mabuk m
Jujur, saat ini tidak ada orang yang jalan kaki untuk berangkat kerja.Saat lampu merah jadi hijau, satu motor listrik mungkin juga nggak nyangka ada yang melewati zebra cross, setelah berbelok, dia langsung bertabrakan dengan aku.Tangan, kaki dan dahi terdapat beberapa luka goresan dengan tingkat keparahan yang berbeda.Suster memberiku obat, dan menempelkan plester di dahiku sambil mengingatkan: “Beberapa hari ini usahain jangan kena air, jangan berendam, gunakan obat dengan tepat waktu.”Keluar dari rumah sakit, aku memesan mobil untuk ke kantor.Mobil supir ini ada 2 handphone, satunya buat lihat peta, satunya lagi untuk melihat livenya Dewi.Di kolom komentar penuh dengan kata-kata perhatian.“Astaga, terimakasih atas perhatian semuanya, Kucing Dewi nggak papa, untungnya abang datang dengan cepat, jadi nggak perlu ke rumah sakit.”“Enggak ya, belum aku ungkapkan perasaanku sama abang, jadi jangan asal bilang ya, ini abang lihat di samping, iya abang orangnya sangat lembut.”Aku n
Mungkin merasa bersalah karena membeli kado yang sama, Juan mengajak untuk bareng ke kantor.Karena kondisi tubuh, aku nggak mau nyetir, jadi nggak aku tolak ajakannya.Juan berdiri di depan mobilnya, alisnya mengerut hampir menjadi simpul.Nggak tahu sejak kapan, Juan sangat benci aku duduk mobilnya, tidak izinkan aku duduk kursi depan, memaksa aku untuk beli mobil.Mungkin karena dulu aku sering seperti orang gila berantam sama dia demi hak kepemilikan kursi depan mobilnya, jadi dia merasa kesel.Tapi sekarang, karena antar jemput Dewi, mobilnya banyak terdapat boneka bulu kucing, dan juga tempel banyak gambar yang lucu imut.Bahkan kursi depannya sengaja cari orang untuk design ulang, hanya untuk Dewi yang badannya kecil imut bisa duduk dengan nyaman.Tapi melihat aku sudah tunggu di samping, dia hanya bisa membuka pintu mobil dan membungkukkan badan meletakkan mainan boneka itu ke kursi belakang.Aku melihat dia bolak-balik, mengerutkan alis dan berkata: “Sudahlah, aku sendiri perg