selamat weekend semua
Pesta penggalangan dana itu memang nampak begitu mewah dengan mayoritas tamu undangan berasal dari kalangan atas di kota ini. Di antara mereka, sosok Rara menonjol dengan gaun indah berwarna perak yang tampak sederhana tapi elegan. Dirinya tidak tampak canggung, melainkan tenang dan anggun seperti layaknya anggota kalangan atas yang berpendidikan dan berwibawa.Beberapa tamu yang hadir bahkan terus memperhatikan dan juga memperbincangkan tentang kecantikan Rara."Siapa sebenarnya wanita cantik itu?" Salah seorang tamu yang duduk di meja pojok, sedang berbincang dengan tiga orang tamu yang lain.Keempat orang itu memang terus saja memandang pada Rara, yang ternyata kali ini sedang menjadi pusat perhatian di pesta penggalangan dana itu. Sedangkan Rara yang diperhatikan oleh banyak pasang mata sibuk berbicara dengan Linda."Dia pasti putri salah satu pejabat atau pebisnis baru," tukas pria lain yang berkumis tebal. "Aku belum pernah melihat dia di pesta-pesta sebelumnya."Sementara pria
Melihat kakaknya membalas anggukan Rara, Jeny yang terduduk di sebelah Raja merasa tidak senang.'Apaan sih Kak Raja ini? Kenapa dia bisa jadi sepertinya takluk pada Rara sih?’ Jeny mengalihkan pandangan ke arah Rara. Dari mana juga coba mereka kenal?' Bukan hanya Jeny saja yang merasa tidak senang, tetapi Nizam pun tak suka dengan hal itu. ‘Rara … bisa-bisanya kamu datang ke sini dan bermain mata dengan pria lain di depan mataku!?'Walau telah menalak Rara, tapi Nizam merasa masih memiliki wanita itu. Selain dengannya, Rara tidak boleh bahagia!Di saat itu, Jeny menangkap pandangan Nizam kepada Rara dan kesal. Puk!Jeny menepuk pundak Nizam. "Kamu kenapa sih dari tadi memperhatikan Rara? Kamu terpesona gitu lihat kecantikan dia?!" Secara tak sadar sebenarnya Jeny pun mengakui pesona Rara, yang sepertinya akan sangat mudah untuk menjerat mata lelaki. "Sembarangan deh, Jen. Aku nggak lagi lihatin dia," elak Nizam."Awas aja ya kalau kamu sampai macem-macem," tegur Jeny yang membuat
"Kenapa Kak Satria belum datang? Pesta sudah hampir dimulai," tanya Rara pada Linda sembari melihat pada arloji yang melingkar di tangannya.Linda beberapa saat menyapu ruangan itu mencari sosok Satria yang mungkin saja sudah datang, tetapi belum mengambil tempat duduk. Tapi ternyata sosok bos besar itu belum nampak."Saya tid–"Namun sebelum Linda memberikan jawaban, pembicaraan mereka berdua terpotong oleh suara seseorang yang sangat lantang.“Wah, Rara, kenapa kamu di sini?!” Rara menoleh dan mendapati seseorang yang tidak dia kenali telah berada di belakang kursinya. Seorang pria bertubuh tinggi besar dengan wajah yang … jujur Rara anggap agak mesum."Siapa Anda?" Rara tidak mengenali pria itu, tetapi kenapa lelaki itu mengetahui namanya dan bersikap sok akrab. "Saya tidak mengenal Anda."Pria tersebut malah memasang wajah mengejek dan mengerlingkan matanya. "Jangan begitu dong. Jangan pura-pura lupa denganku."Rara yang memang benar-benar tidak tahu memilih untuk tetap diam."Ak
"Nona Jeny Sanjaya, rasanya terlalu kekanakan menyuruh orang lain untuk merusak reputasiku ketika dirimulah yang memiliki masalah denganku, bukan?”Semua orang menatap Jeny, Jeny kaget Rara berani memanggilnya dengan begitu terbuka.Dia sama sekali tak mengira jika Rara akan bersikap tenang dan kini seakan ingin memberikan serangan balik.Jeny berusaha mengelak dari tudingan Rara itu. " Apa maksud kamu Rara? Enak saja bilang jika aku ini dalang dari drama picisan ini! Kurang kerjaan banget sih!" Jeny tak mau kalah, wanita seksi itu berusaha untuk tidak terlihat gugup.Dalam hati Jeny langsung mengumpat. 'Sial, kenapa sepertinya rencana yang satu ini juga bakal gagal?! Kurang ajar kamu Rara. Aku nggak akan biarkan kamu menang saat ini!'Nizam tak kalah kagetnya dengan hal ini, meski sebelumnya dia memang sudah bisa menebak ending dari rencana Jeny, yang tak begitu dia suka. Tetapi untuk saat ini lelaki licik itu lebih memilih untuk diam.Para tamu yang datang pun kembali saking berbisik
Bab 56 Mengungkap Kebusukan Nizam"Apa yang baru saja wanita itu katakan? Perusahaannya? Perusahaan apa?"Semua orang menunggu jawaban dari Rara, terutama Jeny dan Nizam serta Sarah. Ungkapan yang baru saja dikatakan oleh Rara itu benar-benar seperti tak masuk akal, wanita yang dilihat dari kalangan biasa malah mengakui jika punya perusahaan sebesar Jaya Corp, sungguh tidak mungkin.Nyatanya Rara tak memberikan jawaban, tetapi dia malah menatap Jeny lagi. "Apa kamu tidak tahu, pria yang kamu banggakan itu masuk ke perusahaannya sekarang karena bantuan mendiang ayahnya?"Rara sesaat juga melirik ke arah mantan suaminya itu, nampak rahang Nizam mengeras. Lelaki licik itu saat ini langsung kaget dan juga emosi, tak menyangka jika Rara akan mengatakan hal itu. 'Kenapa Rara malah nyebut namaku? Ah! Makin runyam saja!' Nizam sampai membenarkan posisi duduknya untuk sedikit saja melegakan rasa sesak di dalam dada.Ketika Nizam nampak mulai panik, tetapi Jeny malah menunjukan wajah yang datar
Bab 57 Presdir Jaya Corp adalah ….Kembali Nizam dibuat kaget dengan Rara, bagaimana bisa mantan istri yang buluk dan selama ini tak pernah menuntut, malah seperti mengetahui segalanya. Berkenalan dengan seorang bos, tentu bukanlah sebuah hal yang mudah. Apa lagi jika sampai bisa membuat bos tersebut mengatakan tentang apa yang terjadi di perusahaanya, tentu bukan hal yang bisa dilakukan oleh sembarangan orang.Melihat kekagetan Nizam, Rara pun tersenyum dalam hati. 'Sepertinya kamu akan menyukai kejutan ini, Nizam.'Dia pun kembali berkata pada Nizam. "Kamu jangan terlalu kaget begitu. Sebagai salah satu pebisnis yang sedang naik daun, tentu saja bosmu harus hadir di sini."Rara kemudian menoleh pada bos Nizam. "Silakan berbicara." Mempersilakan pria paruh baya itu dengan hormat.Saat seperti ini Jeny tak lagi bisa berkata apa-apa, amunisinya untuk menyerang Rara seperti sudah habis. Terkikis oleh beberapa kenyataan pahit yang disembunyikan oleh Nizam. Namun untuk mundur, sepertinya
“Karena presiden direktur Jaya Corp yang sering kalian sebut-sebut itu adalah diriku.”Para tamu yang hadir di pesta itu pun langsung terkejut. Pernyataan Rara itu seperti sebuah kemungkinan yang sangat mustahil.Sedangkan kelompok Nizam malah langsung tertawa mendengar pernyataan Rara itu, mereka semua mengira jika Rara hanya pembual belaka. Mereka tentu tak percaya dan bahkan memperolok Rara dengan tidak sopan. Terlebih Jeny yang saat itu menjadi lawan Rara, gadis muda itu tertawa tergelak. "Aduh Rara, kamu tuh harusnya sadar dong. Ini masih siang loh, bukan waktunya untuk bermimpi." Pandangan matanya makin merendahkan Rara . "Mimpi kamu itu terlalu jauh, bisa-bisa kamu nanti jadi gila!"Setelah tadi sempat sedikit merasa pesimis karena beberapa fakta mengejutkan yang dijabarkan oleh Rara, kini kepercayaan diri seorang Jeny malah kembali lagi. Seolah kata-kata yang baru saja diucapkan Rara itu tadi bisa jadi senjata makan tuan.Ejekan Jeny itu pun langsung disambut oleh Sarah yang
"Wanita yang sedari tadi menerima cacian kalian dan juga tuduhan tak berdasar dari Nona Jeny Sanjaya memang adik saya, Rara Marina Wijaya."Semua tamu yang hadir pun kembali riuh, tetapi mereka tak berani bersuara keras."Apa benar wanita itu adalah adik Satria Wijaya?""Mungkinkah ini adik yang selama ini Tuan Satria sembunyikan?"Sementara itu kelompok Nizam pun nampak semakin pias. Jeny melongo dan langsung menatap Nizam seakan meminta penjelasan, tetapi Nizam pun tak mengerti dan hanya menggelengkan kepala. 'Satria pasti hanya membual, nggak mungkin banget si Rara yang buluk itu adiknya.'Nizam tahu benar jika mantan istrinya itu hanya orang miskin. Memang setahu Nizam, Rara memiliki seorang kakak yang dia pun belum pernah bertemu, tetapi tentu saja Nizam yakin jika itu bukan Satria.Tapi … atas dasar apa dia begitu yakin? Nizam sendiri yang tidak tertarik untuk tahu keluarga Rara. Hanya karena wanita itu tampak sederhana, makanya Nizam percaya Rara adalah orang miskin. Jadi … se