“Ibu Niya dan Pak Faisal tidak bisa datang?” Gauri mengulang informasi dari Amelia. Gauri sampai di restoran bintang lima, Chef’s Territorial tepat pada pukul satu siang. Restoran yang menyediakan menu makanan Jepang, Korea dan Indonesia ini memiliki ruangan VIP.Sayangnya, kedua orang yang sangat ingin Gauri temui justru sedang tidak bisa datang.Gauri yang sudah terlanjur di jalan tidak bisa membatalkan begitu saja. Lagipula Gauri masih bisa bertemu dengan Revi.“Anak bungsu mereka sakit. Mereka menyampaikan permohonan maaf pada Nona,” sahut Amelia yang berjalan di belakang Gauri.“Oke,” sahut Gauri singkat.Saat Gauri sampai di depan sebuah pintu yang tertutup, Amelia dengan sigap membukanya. Revi yang sudah lebih dulu sampai di sana menoleh begitu mendengar suara pintu yang dibuka. “Gauri!” sapa Revi dengan riang. Gadis muda itu bangkit dari kursinya dan berlari memeluk Gauri.Untuk sesaat, Gauri tersentak. Tubuh kecilnya terdorong ketika Revi berhambur ke pelukannya.Amelia ha
“Bagaimana kalau akhir pekan ini? Keluarga besarku ingin bertemu denganmu.” Amora membelai lengan Adam yang duduk di sebelahnya. Setelah berhasil membujuk Adam untuk menemaninya melakukan pemeriksaan kehamilan, Amora merasa berada di atas angin. Memperkenalkan Adam di depan keluarga besarnya adalah impian Amora sejak lama. Sebagai calon nyonya besar Keluarga Harraz, dia harus melakukan itu. Adam melirik Amora melalui sudut matanya dan menggenggam tangan Amora. Lalu, Adam membawa tangan itu ke pangkuan pemiliknya. “Itu tidak perlu,” sahut Adam sambil menggeleng. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Itu berarti Adam sudah berada di rumah sakit ini selama 30 menit. Mereka sedang menunggu resep vitamin kehamilan. “Mas Adam,” panggil Amora melembutkan suaranya. Dia kembali menyentuh lengan Adam. “Jangan panggil saya dengan panggilan seperti itu dan ketahui batasanmu, Amora!” seru Adam dingin. Nada itu membuat Amora menarik tangannya dan berdeham. “Tidak ada yang mengena
Gauri spontan melebarkan kedua bola mata indahnya. Namun, dia buru-buru mengerjap. Lalu, menggeleng.“Bahas yang lain saja,” sela Gauri tidak ingin membahas topik Adam lebih lanjut. “Bagaimana hubunganmu dengan Kakek? Saya belum mengerti.”“Saya bertemu dengan Kakek saat masih duduk di bangku sekolah. Waktu itu saya memenangkan lomba gambar mesin tingkat SMP yang diadakan oleh Uno Rekayasa Industri. Sejak saat itu, Kakek tertarik dan percaya pada kemampuan saya,” jawab Ezra sambil menyuap makanannya lagi.“Gambar mesin tingkat SMP? Bukannya itu materi untuk mahasiswa? Saya dengar beberapa mahasiswa jurusan Teknik Mesin harus mengulang mata kuliah itu berkali-kali sampai akhirnya lulus,” sahut Gauri menatap Ezra dengan penuh kagum.Gauri mengetahui hal itu dari Thomas saat mereka berbincang untuk mengakrabkan diri.“Tidak serumit yang dipelajari di tingkat universitas,” ujar Ezra balas menatap Gauri.“Tapi kenapa kamu menjadi Kepala Jurusan Bisnis dan Manajemen? Bukankah seharusnya kam
“Ummh,” erang Gauri sambil memijat batang hidungnya.Perlahan kesadaran Gauri kembali. Dia merasakan hawa dingin menusuk kulitnya dan aroma obat tercium kuat.“Gauri!” seru Ezra. “Kamu sudah sadar?”Suara Ezra membuat Gauri membuka mata. Gauri merasa silau saat matanya menangkap cahaya.Gauri menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan. Rupanya dia sedang berada di IGD sebuah rumah sakit.Pergerakan tangan kirinya terhambat karena selang infus dipasang di sana. Saat Gauri berusaha bangun, dia mengerang lagi, “Aaargh!”“Hati-hati, Gauri. Tubuhmu masih lemah,” ucap Ezra memperingati Gauri sambil menyentuh bahunya.Ezra dengan sabar membantu Gauri untuk kembali berbaring dan membenarkan posisi kepala wanita itu.“Apa yang terjadi?” tanya Gauri kebingungan. Kepalanya terlalu sakit jika digunakan untuk berpikir.“Kamu tiba-tiba sesak napas, lalu pingsan. Kamu membuat saya khawatir, Gauri. Kakek bisa membunuh saya jika terjadi sesuatu denganmu,” jawab Ezra sambil menyelimuti Gauri.Gauri ter
“Hari ini kelas terakhir selesai jam berapa?” tanya Ezra sesaat setelah selesai memarkir mobilnya.Sejak satu minggu lalu Gauri memulai perkuliahannya. Beberapa kali Gauri berangkat atau pulang bersama Ezra jika kebetulan bertemu.Amelia sudah tidak terlihat di sekitar Gauri. Kini penjagaan Gauri dilakukan dengan jarak jauh.Gauri tidak ingin teman-teman barunya merasa tidak nyaman jika melihat Amelia. Cukup Ezra saja yang menjadi korban kecurigaan Amelia.“Seharusnya jika sesuai jadwal sekitar pukul dua siang,” jawab Gauri sambil memeriksa jadwal kuliah di ponselnya.Wajah Ezra yang riang berubah menjadi masam. “Saya ada kelas sampai malam.”“Tidak apa. Saya bisa pulang sendiri,” sahut Gauri sambil tersenyum.Setelah itu, mereka keluar dari mobil dan berjalan secara terpisah. Ini adalah syarat dari Gauri saat Ezra mengajaknya ke kampus bersama.Saat berada di kampus, mereka harus meminimalisir pertemuan yang disengaja. Gauri tidak ingin terlibat skandal apa pun selama berkuliah di si
Gauri berkali-kali membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Dia tidak boleh salah memilih kata.“Akhir-akhir ini Mas Adam sibuk. Saya akan coba mengajaknya,” jawab Gauri setelah menimbang alasan mana yang lebih terpercaya.Nyatanya, kesibukan Adam memang bukan sebuah kebohongan. Pria itu selalu sibuk.Pergi pagi dan baru pulang malam hari. Terkadang Adam juga pulang tengah malam.Tanpa perlu tidur satu kamar dengan Adam, Gauri mengetahui hal itu. Cukup dengan melihat apakah Adam hadir saat makan malam atau tidak.Jika tidak hadir, kemungkinan besar Adam belum pulang. Gauri pernah mendengar dari Arum bahwa tidak jarang Adam juga harus menghadiri makan malam bisnis.“Baiklah. Jaga dirimu baik-baik, Gauri,” pesan Thomas, perlahan pria tua itu bangkit dari duduknya.Melihat Thomas mulai berjalan ke arah mobilnya, Gauri tergerak untuk menggandeng tangan sang kakek dan menyandarkan kepalanya di bahu Thomas.“Kakek juga. Jaga diri baik-baik. Saya hanya punya Kakek di dunia ini,” ucap Gauri sa
“Kita harus bicara,” tukas Adam sambil menarik tangan Gauri menjauh dari Ezra.Setelah beberapa hari hidup Gauri tenang, kehadiran Adam membuat kepingan hati yang berusaha Gauri rangkai kembali berantakan.Sentuhan pria itu, aroma parfum, dan juga tatapan tajamnya membuat Gauri runtuh. Jantung Gauri kembali berdebar.“Gauri!” panggil Ezra berusaha menahan Gauri.“Tidak apa. Beri kami waktu,” sahut Gauri sambil berlari kecil menyamai langkah lebar Adam.Gauri berjalan sambil mengatur napas. Punggung lebar Adam menjadi satu-satunya hal yang bisa matanya lihat.Adam membawa Gauri ke pinggir gedung, sudut yang lebih sepi. Lalu, Adam menghempaskan tangan Gauri begitu saja.“Apa yang kamu lakukan, Gauri?” tanya Adam dengan napas terengah dan berkacak pinggang.Suhu tinggi Jakarta membuat Adam melepas jasnya. Begitu pula dengan dua kancing teratas di kemejanya, menampilkan dada bidang dengan bulu tipisnya yang seksi.Dada Gauri naik turun. Dia baru saja diajak berlari oleh seorang pria yang
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Ezra saat mereka sudah berada di dalam mobil.Ezra menoleh ke arah Gauri beberapa saat untuk menilai ekspresi wanita itu. Lalu, dia kembali fokus melihat jalan. Mereka hampir sampai di area kampus.Gauri menghela napas. Kejadian di area parkir JCrown Tower tadi begitu cepat. Adam kembali ke mobilnya setelah penjaga keamanan memisahkan mereka.Amarah Gauri berapi-api. Namun, Gauri tidak bisa mengatakan bahwa dia juga marah saat Adam menciumnya. Itu ciuman pertama mereka.Adam menolak melakukan itu saat pesta pernikahan mereka berlangsung dengan alasan dia menghargai privasi Gauri. Nyatanya, Adam memang tidak pernah berniat menyentuhnya.“Baik-baik saja,” jawab Gauri menghindari tatapan Ezra.Ada hening beberapa saat, sebelum Ezra berkata lagi, “Maaf, tadi saya khawatir melihat keadaan kamu dan bertindak spontan.”Gauri menoleh sambil memeluk dirinya sendiri. Dia tersenyum tipis tanpa berkata apa-apa.Isi kepala Gauri sedang dipenuhi oleh bayangan Adam. Gaur