Roy tersenyum padaku. "Kenapa kamu menangis? Aku terkenal karena penyayang. Aku hanya akan membuatmu nyaman.""Mungkin saking nyaman, kamu akan memohonku untuk melakukannya lagi."Roy langsung mengangkatku dan melemparku ke sofa.Aku buru-buru bangun, tetapi segera ditindih oleh Roy.Tubuh Roy yang jangkung dan kekar menyelubungiku.Aku sangat ketakutan.Aku gemetar tanpa henti sambil menangis. "Lepaskan aku. Kumohon, lepaskan aku. Kalau kamu lepaskan aku, aku akan memenuhi semua permintaanmu.""Bahkan kalau menyuruhmu menikam Zayn?"Aku buru-buru mengangguk. "Iya, iya."Roy tertawa. "Wah, kamu sungguh egois dan tidak berperasaan. Tapi, aku suka."Lalu, Roy mulai merobek mantelku.Mantel yang lebar itu robek seketika.Aku berjuang keras untuk melawan dan berteriak, tetapi tidak ada orang yang menyelamatkanku.Beberapa pengawal di samping berjalan keluar dan menutup pintu.Melihat pintu itu perlahan-lahan menutup, aku sangat putus asa.Aku menangis dan berteriak histeris, memohon Roy un
Kemudian, Roy mencondongkan tubuh dan menciumku.Hatiku penuh rasa takut dan jijik. Di saat Roy tidak memperhatikan, aku buru-buru meraba ke samping.Saat meraba botol bir, aku bergegas memukulkannya ke meja di samping. Lalu, aku menekan pecahan botol bir ke leherku.Roy mengernyit. Dia tersenyum seraya bertanya, "Kamu mau menakutiku?"Aku menekan pecahan botol yang tajam itu ke leherku dengan lebih kuat.Aku menatap Roy dengan ekspresi mata dingin. "Aku tidak takut mati, serius. Tapi Pak Roy harus pikirkan baik-baik. Meskipun aku bukan orang hebat, aku adalah mantan istri Zayn.""Kalau aku mati di rumahmu, menurutmu, apakah akan ada dampak buruk bagimu?""Tentu saja, ini tempatmu. Kamu bisa bertindak semena-mena.""Tapi jangan lupa, dengan kedudukanmu yang sekarang, pasti ada banyak musuhmu.""Tidak masalah kalau aku mati, tapi kalau Zayn atau musuhmu yang kuat sengaja membesarkan masalah ini untuk menjatuhkanmu, apakah kamu yakin kamu bisa lolos?"Roy memicingkan mata saat menatapku.
"Tunggu sampai suatu hari Pak Roy suka seseorang, maka Anda akan tahu. Anda hanya mau menikah, punya anak, dan bangun keluarga dengan orang yang Anda cintai.""Benarkah?"Roy tertawa tanpa memberikan pendapat.Aku tidak menghiraukannya dan berjalan cepat menuju pintu gerbang halaman.Hingga aku melangkah keluar dari halaman vila Roy, sarafku yang tegang akhirnya sedikit mengendur.Aku lemas bersandar pada tiang lampu, tubuhku menggigil kedinginan.Sepatuku sudah hilang saat orang Roy memaksaku masuk ke mobil.Kaki yang menginjak salju tipis terasa sedingin teriris pisau.Baju tidur di dalam jaket bulu angsa basah oleh tumpahan anggur merah. Rasa dingin itu menembus kulit, merayap ke seluruh tubuh sehingga menggigil hingga ke tulang.Angin dingin terus berembus tanpa ampun.Aku merapatkan jaket bulu angsa. Tanganku gemetar saat mengeluarkan ponsel.Tidak ada pemberitahuan apa pun di ponsel.Tidak ada telepon, tidak ada pesan.Artinya, aku sudah pergi selama ini, tetapi Zayn sama sekali
Hati ini langsung dipenuhi oleh rasa ironi.Dia ternyata tidak berada di kamar "cinta pertamanya" untuk menjaganya. Ini benar-benar langka.Aku menutup mata dengan perasaan tidak nyaman, lalu memaksakan diri berjalan menuju kamar tidur.Asalkan aku masuk ke kamar tidur, mandi air hangat, dan tidur nyenyak, semuanya akan terasa lebih baik.Semua yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk, setelah tidur, semua pasti akan berlalu.Benar, cukup tidur saja, semuanya akan selesai.Aku jelas merasa sangat dingin hingga menggigil. Namun, tubuhku justru terasa panas seperti terbakar.Tidak nyaman, seluruh tubuh terasa tidak nyaman, bahkan kelopak mata pun sulit untuk terbuka.Aku menggigit bibir, melangkah perlahan dengan susah payah."Berhenti!"Baru sampai di depan pintu kamar tidur, suara dingin pria itu terdengar dari belakang.Aku menghentikan langkah, tetapi tidak berbalik.Dia sepertinya berjalan mendekat. Dengan suara dingin yang menahan amarah terdengar di atas kepalaku."Pergi ke man
"Audrey!"Pria itu kembali berteriak rendah, wajahnya makin gelap.Dia menatapku dengan tajam, "Lebih baik kamu jujur bilang, kamu pergi temui siapa dan apa yang kalian lakukan?"Saat ini, aku berada dalam kondisi yang berantakan. Dengan pakaian tidur di dalam yang sudah kusut dan penuh noda anggur.Dia pasti mengira aku pergi ke bar bersama sekelompok pria dan bersenang-senang hingga liar.Bagaimanapun, dalam pandangannya, aku selalu menjadi wanita yang suka bermain-main.Aku menarik sudut bibir, lalu dengan suara serak berkata, "Apa pun yang kamu pikirkan, itulah jawabannya. Tak perlu tanya aku."Zayn benar-benar marah kali ini.Dia langsung mengangkatku dan menekanku ke dinding.Namun saat itu, pandangannya tiba-tiba menangkap kakiku yang telanjang.Dia mengernyit dalam-dalam, tampak sedikit tak percaya melihat kakiku."Kamu ...."Dia segera melepaskanku, dan tubuhku yang lemas kembali hampir jatuh ke lantai.Dia menangkapku lagi.Kali ini, dia tidak marah lagi, melainkan menggendon
Baru sampai di pintu kamar mandi, aku langsung bertabrakan dengan Zayn yang sedang membawa baskom air keluar dari dalam.Baskom itu jatuh ke lantai. Aku sendiri juga terjatuh ke tanah.Air hangat terciprat ke seluruh tubuhku.Zayn yang sangat marah mengangkatku dan berteriak, "Kenapa kamu tidak berbaring dengan baik, malah bangun untuk apa?""Tidak mau dokter ...." Aku mencengkeram lengannya, berkata dengan tergesa-gesa, "Aku baik-baik saja. Aku cuma perlu tidur .... Tidak mau dokter. Aku tidak mau dokter periksa aku ...."Zayn diam-diam menggendongku kembali ke tempat tidur.Dia menarik selimut dan kembali menyelimutiku dengan rapat.Melihat dia hendak pergi, aku buru-buru menarik lengannya.Aku berusaha meraih lengannya, sambil menangis dengan suara serak, "Aku benar-benar tidak mau dokter datang. Jangan panggil dokter untukku .... Aku baik-baik saja ....""Sudah cukup tingkahmu!"Zayn dengan marah menekanku kembali ke tempat tidur.Dia berteriak, "Apa kamu tahu seberapa panas tubuhm
Zayn menatapku dengan tatapan dalam.Lehernya bergerak sedikit. Setelah beberapa saat, nadanya yang biasanya tegas mendadak melembut, "Kalau kamu menurut, aku tidak akan marah kamu lagi."Setelah mengatakan itu, dia menarik selimut dan menyelimuti diriku lagi. Dia lalu membawa handuk dan bersiap untuk pergi.Aku buru-buru memeluk punggungnya.Kusandarkan wajahku pada punggungnya dan dengan suara serak aku berkata dengan susah payah, "Aku tidak mau dokter, kamu saja yang rawat aku .... Zayn, sekali saja, tolong kamu yang rawat aku, bolehkah?"Saat sedang sakit, bukan cuma hati yang menjadi rapuh, bahkan suaraku pun terdengar lemah dengan nada yang menyedihkan.Aku tidak tahu apakah dia akan mengejekku, mengingat keadaanku yang menyedihkan ini masih saja berharap seorang CEO besar seperti dia mau merawatku. Padahal dia begitu membenciku.Bagaimanapun juga, aku tidak boleh membiarkan dia memanggil dokter.Zayn terdiam selama dua detik, lalu melepaskan tanganku dan berbalik menatapku.Dia
Aku ingin melawan, membuka mulutku, tetapi tak ada kata yang keluar.Sudahlah!Bagaimanapun, itu masalah nanti. Sekarang aku harus melewati ini dulu.Aku menutup rapat mataku, membiarkan tubuhku kembali tenggelam dalam keadaan kacau.Saat ini, tubuhku terasa seperti berada dalam tungku api. Namun anehnya, aku merasa sangat dingin.Beberapa saat kemudian, Zayn setengah memelukku, membuatku bersandar di pelukannya.Di tangannya ada sebuah gelas, Di telapak tangannya yang lain ada dua kapsul.Dia berkata kepadaku, "Minumlah obat penurun demam ini dulu, biar demammu turun."Aku menggelengkan kepala, mendorong dua kapsul itu menjauh.Aku sedang hamil, tidak boleh minum obat modern.Wajah Zayn menggelap, dia berkata dengan marah, "Kamu baru saja bilang akan patuh dan dengarkan semua perkataanku!"Aku menjilat bibirku yang kering, lalu berkata, "Aku mau minum air dulu."Sambil berkata begitu, aku mengambil gelas dari tangannya dan meminumnya sampai habis.Setelah itu, aku mengambil dua kapsul
Air mata Cindy jatuh, nada bicaranya lembut serta lemah."Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ketika kamu pergi membelikanku teh susu tadi, aku kebetulan bertemu dengan seorang teman yang aku temui belum lama ini ...."Ketika mendengar kata-kata Cindy, tanpa sadar aku melirik tangan Zayn.Zayn memang sedang memegang secangkir teh susu di tangannya.Aku cemberut dengan sinis dan mengalihkan pandangan, tapi tak lama kemudian aku merasakan tatapan dingin tertuju padaku.Tanpa mendongak, aku tahu Zayn yang tengah menatapku.Cindy meneruskan bicaranya, nadanya terdengar kesal, seakan-akan aku telah menindasnya."Aku hanya mengobrol dengan temanku selama beberapa menit, lalu dia ada urusan mendesak, jadi aku memintanya pergi lebih dulu.""Tanpa diduga, Nona Audrey tiba-tiba datang menemuiku dan bertengkar denganku, bahkan bilang temanku disewa olehku untuk menyakiti keluarganya."Aku benar-benar merasa bingung, bahkan tidak mengenal keluarganya ....""Cukup!"Tak tahan melihat wanita itu b
Saat aku mengejarnya ke koridor lift, wanita itu sudah keluar dengan lift.Aku masih belum melihatnya dengan jelas, tapi aku punya kecurigaan kuat bahwa dialah wanita yang merayu ayahku.Namun, kenapa wanita itu bersama Cindy?Mungkinkah dia disewa oleh Cindy khusus untuk menipu serta merayu ayahku?Saat aku memikirkan kemungkinan ini, luapan amarah muncul dalam hatiku.Apa sebenarnya yang ingin dilakukan wanita gila itu?Cindy mengikutiku.Dia tersenyum padaku. "Nona Audrey, siapa yang kamu kejar?"Aku bertanya padanya dengan sikap yang dingin, "Siapa wanita yang baru saja bersamamu?"Cindy menyilangkan tangannya sambil tersenyum padaku. "Dia temanku. Kenapa? Kamu juga kenal?""Temanmu?" Aku mendengus, "Kalau dia benar-benar temanmu, lalu kenapa kamu biarkan dia lari begitu melihatku datang?"Cindy tiba-tiba tertawa seolah mendengar lelucon.Dia berkata, "Nona Audrey, kamu terlalu banyak berpikir. Temanku kebetulan ada keperluan mendesak, jadi aku membiarkannya pergi lebih dulu.""Tap
Aku segera mengganti topik pembicaraan lalu menarik Ibu ke meja untuk makan.Setelah makan malam, aku mengajaknya ke taman terdekat untuk bersantai.Ibu memintaku agar tidak menceritakan pada kakakku tentang hal-hal buruk yang terjadi di rumah.Ibu bilang, akhirnya Kakak bertemu dengan gadis yang dicintainya, mereka juga punya hubungan yang baik, takutnya hal-hal buruk ini akan memengaruhi suasana hatinya.Aku pikir memang benar, lagi pula, tidak ada gunanya memberitahukan hal itu pada kakakku.Paling-paling akan melakukan hal yang sama sepertiku dan menemui ayahku untuk menyelesaikan masalah ini.Tapi apa gunanya? Hanya akan membuat hubungan keluarga ini semakin canggung dan semakin menyakitkan.Aku bertanya pada ibuku apakah pernah bertemu pacar kakakku.Ibu bilang belum pernah.Ibu bilang juga meminta kakakku untuk membawa pacarnya kembali agar bisa bertemu dengannya.Kakakku awalnya setuju dengan antusias, tapi karena beberapa hal jadi menunda, sampai-sampai ibuku masih belum tahu
Perkataan ayahku membuatku merasa malu sekali.Aku terus menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Zayn yang dingin dan mengejek.Pintu lift terbuka, ayahku mendengus, lalu pergi sambil memeluk Dea.Pintu lift tertutup lagi, koridor begitu sunyi sehingga bahkan bisa mendengar detak jantung sendiri.Zayn masih berdiri di hadapanku, dingin tapi terlihat berkarisma, persis seperti saat keluargaku bangkrut, sikapnya yang dingin membuatku tampak seperti bukan siapa-siapa.Aku merasa sangat kesal.Awalnya aku sempat berselisih dengan dia pada masa itu, tapi setiap kali aku sedang terpuruk, aku pun bertemu dengannya.Namun, di masa lalu dia akan sedikit mengejekku.Sekarang, tanpa berkata sepatah kata pun kepadaku, Zayn melompat melewatiku dan berjalan menuju lift.Suara pintu lift terbuka terdengar di belakangku.Aku berbalik untuk melihatnya masuk.Dari awal sampai akhir, Zayn tidak mengatakan sepatah kata pun kepadaku, bahkan tidak melihat ke arahku.Hehe!Mulai sekarang, dia benar-ben
Mungkin kata-kataku menyentuh titik yang menyakitkan di hati ayahku. Ayahku tiba-tiba berdiri, mengangkat tangannya dan menamparku.Gendang telingaku berdengung karena tamparannya.Aku melotot tajam ke arahnya, kebencian semakin menjadi-jadi di dalam hatiku.Ibuku benar, ayahku suah berubah sepenuhnya.Ibuku benar. Mustahil untuk mengembalikan seseorang yang telah berubah pikiran sepenuhnya.Itulah pertama kalinya ayahku memukulku. Ayahku pun menatap tangannya dengan heran.Namun, tak lama kemudian, wanita bernama Dea itu memeluk lengannya dengan genit dan berkata, "Pak Allen, jangan marah. Kami tidak perlu putri yang kurang ajar ini. Kalau kamu suka anak-anak, aku bisa melahirkan anak untukmu, entah anak laki-laki atau perempuan."Alis ayahku langsung mengendur, menggaruk hidungnya dengan penuh kasih sayang. "Dea memang sangat perhatian, jauh lebih baik daripada wanita yang hanya tahu cara menangis."Aku melotot ke arah ayahku dengan sedih, gemetar karena marah.Wanita bernama Dea itu
Ayahku bilang sedang berada di ruangan pribadi lantai tiga.Aku langsung naik ke atas.Saat membuka pintu kamar pribadi itu, bau rokok yang menyengat langsung masuk ke dalam hidungku.Aku segera menutup hidungku dan menoleh sambil mengerutkan kening.Aku melihat ayahku duduk di sofa dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya, juga ada seorang wanita menawan di sebelahnya.Wanita itu tampak sangat muda, mungkin berusia dua puluhan.Dia memakai riasan tebal dan berpakaian dengan sangat seksi. Meskipun cantik, auranya begitu kurang baik.Menurut cerita ibuku, wanita yang menjadi selingkuhan ayahku itu sangat kaya dan pintar.Namun jika dilihat sekilas, wanita itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu.Lagi pula, bagaimana mungkin seorang gadis muda, cantik, kaya jatuh cinta pada ayahku dan bersedia menjadi selingkuhan?Aku menatap wanita itu, merasa ada yang mencurigakan dalam masalah ini.Setelah menyadari tatapanku, wanita itu mengangkat bibirnya ke arahku dengan penuh pro
Aku mengangguk dengan berat, "Baiklah, mulai sekarang aku akan tinggal di sini. Aku ingin bersama ibuku sepanjang waktu.""Nantinya ...."Ibu memelukku sambil menggumamkan kata-kata ini, dengan nada putus asa dan sedih yang tak terlukiskan dalam suaranya.Aku sangat panik, takut Ibu akan melakukan sesuatu yang bodoh.Aku berkata, "Ibu masih punya aku dan kakakku. Kami akan selalu bersama Ibu. Ibu harus sehat selalu. Kakakku akan segera menikahi gadis yang dicintainya. Mereka akan memberimu cucu yang lucu.""Ya ...." Ibu tersenyum, tapi wajahnya penuh air mata. "Ibu akan baik-baik saja. Ibu akan menunggu kalian semua menikah dan hidup berumah tangga. Audrey, Ibu benar-benar tidak tega meninggalkan kalian."Hatiku kembali menegang, aku segera memeluk ibuku lebih erat lagi."Aku dan kakakku sangat enggan meninggalkan Ibu, jadi Ibu harus menjaga diri baik-baik."Setelah mengobrol dengan ibuku sebentar, aku menyuruhnya kembali ke kamarnya untuk tidur.Setelah melihatnya tertidur nyenyak, ak
Ibuku duduk di sofa dengan wajah sedih.Dia dulunya seorang wanita yang anggun, tapi sekarang tampak pucat serta kuyu.Begitu melihatnya seperti itu, aku merasa sedih.Aku bertanya padanya, "Sebenarnya Ibu sudah tahu kalau Ayah punya wanita lain di luar sana, 'kan?"Ibu tersenyum pahit dan berkata, "Ibu tahu ada yang salah dengannya saat investasinya mulai membaik.""Saat itu, ayahmu tidak pulang selama beberapa hari. Saat pulang, ayahmu tidak mengatakan apa pun padaku dan langsung tertidur.""Kalau Ibu bertanya sedikit saja, pasti akan menjadi kesal, kata-kata serta tindakannya memperlihatkan rasa bencinya pada Ibu.""Suatu hari, Ibu mengikutinya dan menemukannya ... menemukannya sedang bersama dengan seorang wanita muda."Saat mengatakan hal ini, Ibu langsung menutup wajahnya dan mulai menangis sedih.Aku gemetar karena marah."Sekarang aku akan mencarinya!""Jangan, Audrey ...."Ibu buru-buru menarikku dan berkata dengan sedih, "Tidak ada gunanya juga kalau kamu mencarinya, hanya ak
"Tidak perlu," kata ibuku dengan mata berbinar.Begitu melihat ekspresinya yang sedih, hatiku mulai hancur.Aku tahu ayahku tidak akan bersikap baik seperti itu.Kakakku juga bilang bahwa bisnis investasi Ayah berada pada jalur yang benar dan kehidupan keluarga kami akan semakin membaik.Sekarang tampaknya ibuku takut kakakku akan khawatir, jadi sengaja berbohong kepadanya.Ibuku orangnya lembut, selalu menelan segala keluh kesahnya sendiri.Lihat, kalau aku tidak pulang hari ini, bukankah Ibu akan menangis tersedu-sedu di ruangan ini?Aku mengambil ponsel dari meja dan berkata, "Kalau Ibu tidak mau telepon, aku yang akan menelepon. Aku sudah lama tidak bertemu Ayah, jadi ingin Ayah pulang untuk makan bersamaku hari ini.""Ah, Audrey, jangan ...."Ibuku dengan cemas berusaha merebut ponselku, tetapi aku menoleh ke samping dan cepat-cepat menghubungi nomor ayahku.Begitu tahu tidak bisa menghentikan aku, Ibu menutupi wajahnya sambil menangis.Setelah melihatnya seperti itu, aku merasa m