Lydia terkejut tatkala mendengar ucapan Diana. Ini kedua kalinya dia mendengar peringatan seperti ini. Pertama kali, dia dengar dari Erika, ibunya Dylan, sesaat sebelum menikah. Tidak disangka, kali ini Lydia akan mendengarnya dari Diana, ibu Thomas.Lydia menoleh, lalu menatap Diana dengan ekspresi datar. Ternyata sikap hangat dan ramah Diana terhadapnya dulu hanyalah dibuat-buat. Hati Lydia seketika menjadi dingin. Selama ini, dia selalu menganggap Diana sebagai orang tua yang pantas dihormati. Tidak disangka ....Lydia menarik kedua ujung bibirnya dan berkata, “Tante sedang beri aku peringatan?”“Boleh saja kalau kamu mau anggap begitu, Lydia. Thomas susah payah akhirnya bisa ambil alih perusahaan. Gara-gara kamu, dia malah habiskan uang 100 triliun untuk beli tanah. Dia nggak hanya dipukuli, dia hampir saja dikeluarkan dari dewan direksi. Apakah kamu tahu soal itu?”Lydia spontan tercengang. Dia kira dia sudah menyelamatkan situasi dengan cukup tepat waktu. Ternyata, Thomas masih s
Meskipun Lydia tidak ingin menemui Dylan, karena orangnya sudah ada di sini, mau tidak mau dia harus menemuinya. Sopan santun dasar tetap harus dijaga.Shinta membukakan pintu kantor untuk Lydia. Lydia berjalan dengan cepat ke dalam kantor. Tubuhnya memancarkan aura percaya diri dan anggun. Dia bahkan memiliki aura unggul yang tidak dapat dijangkau orang lain, membuat orang menghormati dan mengaguminya.Dylan menatap punggung Lydia saat perempuan itu masuk ke dalam kantor. Dylan yang berada di belakangnya terdiam sejenak. Pemandangan itu tiba-tiba terasa sangat familiar.Sebuah gambaran terbesit di benak Dylan. Malam yang gelap, gaun merah, perempuan yang wajahnya tidak terlihat jelas, serta cahaya yang menembus kegelapan malam, menyelimuti langit dan bumi.Dylan mengerutkan kening, itu gambaran masa lalunya di Eroba. Mengapa dia tiba-tiba teringat dengan hal itu?“Pak Dylan, silakan masuk ....”Shinta mengulurkan tangan dan memanggil Dylan yang melamun dengan sopan. Dylan tersadar dar
Ekspresi wajah Dylan terlihat dingin. Namun sesaat kemudian, dia pun mengangguk setuju.“Bisa.”Dylan akan menyetujui tanpa syarat kompensasi yang diminta Lydia, meskipun mungkin agak merepotkan untuk mengurus masalah ini.Namun, Dylan justru merasa lega di hatinya. Lydia mau menerima kompensasi yang dia berikan. Apakah itu berarti hubungan mereka masih bisa diselamatkan?Sementara itu, Lydia tidak terlalu kaget Dylan menyetujui permintaannya. Kemudian, Lydia berdiri dan pergi ke belakang meja kerjanya.“Aku akan suruh orang untuk hubungi Pak Dylan. Mengenai kerja sama, tolong dirahasiakan dulu untuk saat ini.”Dylan juga berpikir seperti itu. Lagi pula, proyek ini baru saja dimulai, jadi tidak boleh terlalu dibesar-besarkan.Kalau dilihat dari penampilan Lydia, di detik berikutnya sepertinya dia akan menyuruh orang untuk mengantar Dylan keluar.Masalah ini baru saja mendapat peluang untuk membaik, Dylan merasa lebih baik menghindari perselisihan yang tidak menyenangkan. Setelah berpik
Dylan ingin tahu mengapa cincin yang hilang itu ada di Lydia. Mata Lydia berkedip, jelas tidak mau menjawab pertanyaan menjengkelkan itu. Namun, dia tidak ingin terus terlibat dengan Dylan. Lebih baik, langsung katakan padanya saja.“Aku kira kamu tahu ....”Seharusnya Dylan tahu.“Suatu pagi, Olivia yang kembalikan cincin itu padaku. Kata dia, malamnya kamu minum terlalu banyak, jadi kamu bermalam di tempatnya. Terus, kamu buang cincin itu sembarangan. Karena itu, dia sendiri yang kembalikan ke aku.”Lydia tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Itu pertama kalinya dia merasa putus asa dengan pernikahan mereka. Perasaan sedih, depresi dan marah bercampur aduk, membuatnya tersesat di dunia itu. Untung saja, Lydia berhasil keluar dari masa kelam itu tepat pada waktunya.Begitu Lydia melihat kebingungan dan rasa sakit di mata Dylan, dia hanya tertawa sinis. Mungkin saja, dia salah. Dylan adalah makhluk berdarah dingin yang tidak memiliki perasaan. Bagaimana mungkin pria itu sakit kare
Di sisi lain, Thomas dan Ryadi sama-sama merasa heran karena Lydia pergi tanpa pamit. Lydia tidak pernah bersikap tidak sopan seperti itu.Di bawah tatapan tajam Ryadi, Diana akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Dia pun menceritakan semuanya.Masalah lukisan palsu itu, juga perasaan Aurel terhadap Thomas. Begitu mendengar perkataan Diana, Ryadi langsung murka. Menantunya ini selalu berperilaku baik, tidak pernah membuat masalah, sehingga dia cukup puas.Tidak disangka, sekali Diana bertingkah, dia telah membuat masalah yang tidak bisa diperbaiki lagi. Bagaimana mungkin Ryadi tidak marah?Ryadi mencari seorang ahli dan menunjukkan kepada Diana foto-foto Blazing Sun yang sedang tur pameran keliling dunia. Lukisan itu dibuat oleh Willy ketika dia berada di masa keemasan puncaknya. Setiap bagian dalam lukisan itu terkait dengan estetika dan rasio emas dari keseluruhan lukisan.Oleh karena itu, setelah Willy mempertimbangkannya, Blazing Sun menjadi satu-satu karyanya tanpa nama ikoniknya.
Setelah mendengar ucapan Aurel, Lydia menatap perempuan yang duduk di hadapannya itu sambil tersenyum santai.“Yang pertama, aku akui, aku yang lakukan itu. Tapi yang kedua, aku benar-benar difitnah ini.”Lydia tersenyum jahat, dengan sedikit rasa senang di matanya atas apa yang dialami Aurel. Benar saja, Diana seharusnya sudah tahu kalau dia ditipu. Sekarang dia bahkan tidak mau mengangkat telepon dari Aurel? Diana sama sekali tidak memberi muka.Sorot mata Aurel begitu dingin dan tegas, penuh dengan intimidasi.“Atas dasar apa kamu suruh Dylan keluarkan aku? Apakah kamu tahu betapa kerasnya aku bekerja untuk buka pasar di Kota Alusia sampai bisa mencapai jalur ini?”Aurel tidak ingin repot-repot mencari perusahaan kecil untuk diajak bekerja sama. Dia langsung mencari Tansen Group. Memang butuh banyak upaya untuk bisa mendapatkan kepercayaan Dylan.Sekarang semua kerja kerasnya hilang hanya karena beberapa kata dari Lydia? Bagaimana mungkin Aurel tidak marah?Lydia tertawa pelan denga
Akan tetapi, cinta bertepuk sebelah tangan selama sepuluh tahun? Pantas saja begitu kuat rasa benci Aurel.Lydia memperhatikan ekspresi Aurel yang kaku. Di dalam hati Lydia ada perasaan yang berat. Dia merasa kasihan kepada perempuan itu, tapi tidak bersimpati.Lydia menatap Aurel dengan serius dan berkata, “Bu Aurel, jangan salahkan orang lain atas kegagalanmu dalam hubungan. Lagi pula, perasaanmu nggak diterima, Thomas nggak suka sama kamu, semua itu bukan salahku. Aku juga bukan orang ketiga yang rusak hubungan kalian. Aku nggak wajib terima kecaman dari kamu.”Bukan berarti siapa pun yang patut dikasihani berada di posisi lebih diutamakan. Lydia berbeda dengan Aurel. Meskipun cinta mereka sama-sama bertepuk sebelah tangan. Setidaknya, Lydia telah memperjuangkannya dan mengharapkan cinta Dylan secara terang-terangan.Namun, apa yang Aurel lakukan selama sepuluh tahun itu? Apakah Aurel telah memperjuangkan cintanya? Tidak.“Tapi dia suka kamu!” tukas Aurel sambil memelototi Lydia.Ly
Lydia hanya membalasnya dengan senyum dingin. Pada awalnya, dia ingin memberitahu Thomas tentang Aurel. Namun setelah dipikir-pikir, lebih baik lupakan saja. Thomas juga tidak bisa mengaturnya.Setelah Gabrielle menyapa yang lain, dia diam-diam berjalan mendekat lalu menarik pergelangan tangan Lydia.“Lydia, aku lihat Dylan!”Lydia spontan mengerutkan kening. Tidak mengherankan jika Dylan bisa muncul di acara seperti ini. Meskipun Lydia tidak ingin bertemu dengannya, rasanya juga tidak perlu heboh seperti ini.Gabrielle memanyunkan bibirnya, hendak mengatakan sesuatu, tapi tampak ragu-ragu.“Pria yang berdiri di samping Dylan adalah pasangan kencan buta yang mamaku carikan untukku.”Lydia hampir tersedak oleh minuman di dalam mulutnya. Thomas juga tampak kaget. Keduanya diam membisu cukup lama. Ternyata Gabrielle sudah pergi kencan buta!Gabrielle menghela napas, “Mamaku yang paksa aku pergi. Lagi pula, aku nggak suka. Tapi orang tua kedua belah pihak sudah banyak bicarakan hal ini ...