Maggie tidak menyerah dan masih ingin mengatakan sesuatu.Namun, ponsel Lydia berdering.Nada deringnya memecahkan suasana kocak itu.Dia tidak punya pilihan selain mengangkatnya, sambil berjalan.Liam yang menelepon“Kudengar ada buronan yang muncul di dekat sini. Tunggu saja di sana dan aku akan menyuruh seseorang untuk menjemputmu.”Lydia tersenyum.“Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri.”Dia mengabaikan kedua orang itu dan langsung melewati mereka.“Lydia ....”Dylan memanggil namanya.Belum lagi Lydia sempat bereaksi, Dylan sudah mengejarnya.“Aku akan mengantarmu.”Lydia mengangkat alisnya dan terkekeh, merasa terkejut.Sejak kapan mereka menjadi begitu akrab?Mungkin pria ini salah minum obat ….Tidak perlu“Jangan salah paham. Kudengar ada buronan di sekitar sini. Nggak aman. Jika terjadi sesuatu padamu, aku akan dimarahi di Internet.”Dengar-dengar buronan brutal itu telah merampok banyak gadis kecil.Nada suara Dylan terdengar tenang. Cahaya lampu di malam hari membuat bayang
Dylan meraih lengan Lydia yang berlumuran darah dan bertanya dengan suara rendah.Lydia melepaskan diri tanpa menjawab dan terdiam beberapa saat.“Nggak, ini bukan darahku.”Setelah mengatakan itu, dia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin.Karena polisi sudah dipanggil, sisanya diselesaikan oleh polisi saja.Daripada tetap berada di sini dan saling memandang dengan Dylan, lebih baik dia pulang dan tidur!Dylan menatapnya, menyadari sikap dinginnya, dan wajahnya menjadi tegang.Setelah mengamankan buronan itu, Tony berlari menghampiri dengan cepat. “Bu Lydia, apa Ibu mau saya antar ke rumah sakit untuk diperiksa?”Lydia memandang pria itu dan tersenyum. “Nggak perlu, terima kasih.”Dia selalu sangat sopan kepada Tony.Karena pria ini adalah satu-satunya orang dalam tiga tahun itu yang baik padanya dan tidak membencinya sama sekali.Betapa rendah pun status dan latar belakangnya, Tony akan selalu menganggapnya sebagai menantu keluarga Tansen.Pria ini adalah satu-satunya orang yang
Lydia memandang ke samping ke arah Dylan, sambil tersneyum dingin.“Pak Dylan ingin mengambil kesempatan ini untuk bernegosiasi, bukan?” Dia menatap pria itu dengan tatapan tajam.Ekspresinya itu seolah menunjukkan, kalau Dylan berani menjawab iya, pria itu akan mati!Itu bukan pertanyaan retoris, tapi ancaman!Dylan membuang muka, menyalakan mobil, dan menginjak pedal gas!Memang benar.Namun, dia tiba-tiba tidak mau lagi.Dia belum membayar kembali utang budinya pada wanita ini, jadi punya hak apa dia untuk bernegosiasi?Meminta wanita ini untuk memaafkan masa lalu?Kalau dipikir-pikir, itu tidak mungkin.Sesampainya di lokasi proyek, Lydia sudah tidak sabar untuk turun dari mobil.Tak disangka, dia melihat Kenny berdiri di depan pintu. Dia pun berlari memeluk pria itu dan melompat kegirangan.“Apa benar-benar berhasil?”Kenny tersenyum dengan tatapan memanjakan dan berkata, “Iya”. Saat dia melihat Dylan berjalan perlahan ke arah mereka, wajahnya menjadi masam.Lydia bergelantung di
Lydia mengerutkan keningnya. Kenapa reaksi Dylan begitu besar?Dia memang terluka, tapi apa hubungannya dengan pria ini?“Pak Dylan, biarkan aku yang melakukannya.”Di suasana yang canggung itu, Kenny mengulurkan tangan dan mengambil lengan Lydia dari tangan pria itu, dan juga mengusap bagian merah tempat pria itu mencengkeramnya.Kenny tidak terlalu menyukai Dylan.Pria ini mantan suami Lydia. Bukannya sudah tidak ada hubungan?Tentu saja pria ini tidak perlu mengkhawatirkan hal seperti ini lagi!Dia dengan lembut menarik Lydia ke ruang tunggu, mengambil kotak P3K dan memoleskan lukanya dengan obat.“Bagaimana kamu bisa terluka?”Lydia masih tenggelam dalam kebahagiaan karena penelitian dan pengembangan pendeteksi kesehatan itu berhasil.Dia sama sekali tidak peduli dengan luka kecilnya.“Bukan apa-apa. Aku bertemu dengan seorang perampok dan ketika aku mencoba melawannya, aku nggak sengaja dicakar. Kak, alat itu hebat banget!”Kenny tahu Lydia bisa bela diri. Kebanyakan orang hanya a
Setelah itu, Kevin berjalan mendekat dengan penuh semangat.“Lydia, kami memutuskan untuk mengadakan konferensi pers besok untuk mengumumkan kabar baik ini, bahawa kami berada di garis depan di dunia!”Lydia juga berpikir begitu, daripada kalau menunggu dan ternyata situasinya berubah lagi. Suasana hatinya juga tertular yang lain, menjadi sangat baik.Seolah dia tidak tahu mendengar apa-apa barusan.“Baiklah, aku akan hadir tepat waktu.”“Sunner, maukah kamu bergabung dengan kami?” Kevin sangat berharap.Nama Kenny bahkan mampu mendongkrak proyek ini hingga ke puncak dunia.Kenny menggelengkan kepalanya dan menolak. Sikapnya sangat jelas.Kevin sedikit kecewa, tapi dia juga tahu bahwa dia tidak boleh memaksa orang jenius seperti pria itu!Mata Dylan tertuju ke lengan Lydia. Pada saat ini, dia tidak terlihat bersemangat atau senang.Yang agak tidak normal.Namun, Lydia tidak peduli.“Apa lukanya baik-baik saja? Bagaimana kalau konferensi persnya ditunda terlebih dahulu?”Pria itu memand
Setelah menutup telepon, Lydia langsung menelepon Shinta.“Sebelum konferensi pers, masih sempat nggak kalau mau mengakuisisi sebuah perusahaan?”Shinta terdiam. “Tergantung ukuran perusahaan yang mau diakuisisi.”Lydia ini kecanduan mengakuisisi perusahaan, kali ya?“Gemini Entertainment.”Perusahaan ini berbeda dengan perusahaan milik keluarga Somasih beberapa hari yang lalu, tapi ….“Prosedurnya agak rumit dan akan memakan waktu selama beberapa hari, tapi ... kita memegang 16% dari sahamnya, dan Liam dari HY Entertainment memegang 30% dari sahamnya. Kalau kita bisa membeli 5% dari saham itu lagi, dengan total saham yang dimiliki saat itu, Ibu bisa menjadi pemegang saham terbesar dan pemegang saham pengendali.”Dengan kata lain, tidak ada bedanya dengan akuisisi!Lydia menggumam mengerti dan mengangguk puas.“Lakukan secepat mungkin.”Setelah mengatakan itu, dia menutup telepon.Setelah mengganti balutan obat di lukanya, dia meluangkan waktu dan membuat sandwich untuk dirinya sendiri
Mendengar oerkataan Maggie, Lydia menunduk dan tertawa pelan.Dia tidak merasa panik atau takut sama sekali.Seolah-olah perkataan Maggie tidak penting baginya dan bahkan lebih konyol daripada lelucon.Ketika amarah Maggie hampir mencapai puncaknya, dia akhirnya berkata perlahan dengan nada dingin, “Bu Maggie, apa Ibu memperlakukan aku seperti ini karena Dylan?”Maggie panik sesaat karena ketahuan, tapi dia segera menenangkan dirinya.Dia tidak perlu menyembunyikannya di depan Lydia.“Baguslah kalau kamu tahu. Kalian sudah bercerai, jadi menjauhlah dan jangan berkeliaran di depan matanya. Kalau nggak, jangan salahkan aku kalau aku nggak bersikap sopan padamu.”Lydia melirik wanita itu dan tertawa dingin.Wanita ini memikirkan terlalu banyak hal yang tidak perlu.“Aku nggak pernah punya kebiasaan memungut sampah. Kamu yang harus bilang padanya untuk jangan berkeliaran di depan mataku.”Memangnya dia pikir semua wanita di seluruh dunia harus menyukai Dylan setengah mati?Memangnya pria i
Sebelum Maggie bisa menyelesaikan perkataannya, lift khusus presiden direktur tiba di bawah.Damian berjalan keluar, melihat sekeliling, dan menghela napas lega saat melihat Lydia.Dia menyambut Lydia dengan senyuman hangat dan berkata, “Bu Lydia, kalau mau bertemu, Ibu hanya perlu meneleponku. Bagaimana bisa kami merepotkan Ibu untuk datang ke sini secara langsung?”Sikap Damian yang berhati-hati dan rendah hati itu membuatnya tidak terlihat seperti bos besar di industri iniRaut muka Maggie terlihat agak masam untuk sesaat.Dia selalu diabaikan. Bagaimanapun juga, dia adalah putri dari pemilik perusahaan hiburan besar!“Damian, kamu ….”“Kamu tadi mau menyuruh orang untuk menyerang siapa?” ujar Damian tiba-tiba. Wajahnya langsung berubah dingin, tatapannya tajam dan penuh peringatan.Maggie terdiam, tanpa sadar merasa sedikit panik.“Apa kamu tahu siapa aku? Aku adalah putri dari pemilik Gemini Entertainment! Kalau kamu nggak percaya, tanya pada Lydia!”Bisa-bisanya dia bergantung pa