Share

Terluka Lagi

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-22 15:47:13

MALAM TANPA NODA

BAB 104

Ucapan Risa membuat Putra tak percaya. Apa yang dipikirkannya tak sesuai dengan kenyataan. Risa bukan membantunya malah membuat masalah semakin pelik.

"Airi, aku ...." Putra tak dapat berkata apa-apa lagi. Tak ada yang mendukungnya. Semua bukti mengarah kepadanya.

"Ceraikan aku, Kak!" teriak Airi menatap wajah tampan Putra. Mata lelaki itu membulat ucapan wanita yang amat dicintai menusuk ke hati.

"Tidak! Aku tak akan menceraikanmu." Putra menolak keinginan Airi. Cinta dan raganya hanya untuk istrinya.

"Baik, aku yang akan menceraikanmu," tegas Airi. Hati dan bibirnya bertolak belakang.

"Jangan Airi! Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku mohon!" Putra semakin mendekati Airi. Menyentuh jemarinya dan hendak memeluk tubuh ramping Airi.

"Jangan sentuh aku!" bentaknya. Airi semakin memundurkan langkahnya.


Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Malam Tanpa Noda    Menyadari

    Malam Tanpa NodaBab 105Dengan berpegangan dinding, Airi berjalan perlahan hingga tiba di ranjang. Menarik napas panjang. Butiran air mata mengalir setetes demi setetes di pelupuk mata indahnya. Deru mobil terdengar di halaman, Putra telah pergi meninggalkan rumah ini. "Tidak, aku tak boleh menyesal. Ini harus aku lakukan." Airi telah siap untuk bercerai untuk kedua kali. Ia memilih hidup sendiri tanpa pasangan seumur hidup. Sepasang mata melihat kejadian itu. Air matanya ikut mengalir. Kesedihan Airi terasa di dalam dirinya. Merasakan penyesalan yang terdalam. **Putra hendak membawa Risa ke rumah sakit terdekat. Ia meletakkan tubuh gadis itu ke dalam mobil. Memasangkan sabuk pengaman. Bergegas masuk ke dalam. Menyalakan mobil dan melaju pelan. Risa membuka matanya. Melihat Putra sudah meninggalkan rumah Airi. "Kakak, kita m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Malam Tanpa Noda    Bertemu Bro

    Malam Tanpa NodaBab 106"Risa! Risa!" Putra masuk dan berteriak memanggilnya. Risa berlari turun dari tangga, ia tak menyangka kalau Putra akan datang lagi. "Kak, kok gak ngasih kabar aku." Putra tak menjawab pertanyaan gadis itu."Ayo kita pergi!" ajak Putra. Tubuhnya berbalik ke arah pintu. "Kak, aku belum mandi sore. Tunggu sebentar!" Risa berlari ke atas menuju kamar. Membersihkan tubuh hingga wangi sabun menyelimuti aroma tubuhnya. Melilitkan handuk dan memilih pakaian yang menarik. Tak lupa memoles make up agar terlihat segar. "Aku sudah siap!" "Kamu mandi apa tidur! Satu jam lebih menunggu." "Maaf, Kak. Aku harus cantik dan wangi. Kita mau makan malam, kan?" "Siapa yang mau makan malam?" "Terus, kita ke mana?" "Sudah ikut saja. Jangan banyak bertanya! Apapun yang aku suruh kamu harus menurut." "Iya, iya. Bisa tidak ngomo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Malam Tanpa Noda    Hampir Terucap

    Malam Tanpa NodaBab 107 Jendela mobil terbuka lebar, Putra dapat mengenali wanita yang masih menjadi istrinya. "Mengapa dia ada di komplek ini?" pikirnya.Memutar mobil mengikuti kendaraan roda empat yang berwarna hitam. Jantung Putra berdegup kencang. Hatinya terasa panas. Putra melihat jelas kalau Airi tertawa di dalam mobil tersebut. Tapi, siapa pemilik mobil itu. Sedangkan, mobil mertuanya berwarna putih. Apa itu supirnya. Tidak mungkin kalau Airi tertawa terbahak seperti itu. Pikir Putra mengalahkan logika."Mau ke mana dia?" lirihnya. "Kak, kita mau ke mana lagi?" Tubuh Risa melemas ketika Putra memutar arah balik mobil tiba-tiba. Hampir saja tertabrak mobil. Risa terus saja mengoceh dengan segala pertanyaan yang dilontarkan. Putra masih memperhatikan mobil yang melaju di depannya."Ah, sial! Ke mana mobil itu?" Putra masih me

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Malam Tanpa Noda    Bukti

    Malam Tanpa NodaBab 108Di balik tembok sepasang mata menyaksikan semuanya. Kakinya terasa gemetar. Ia harus melangkah atau semua keadaan berubah kacau. "Tunggu, jangan pergi!" Melempar amplop coklat dan uang berhamburan di lantai. "Sudah cukup! Saya tak butuh uang kamu!" teriaknya lantang. Mata Risa membesar, wanita berpakaian lusuh dengan air mata berderai. Melempar uang ke wajahnya. Putra melepaskan tangan Risa dari bahunya."Bibi, ini uang apa?" Putra merasa tak pernah memberikan uang kepada wanita itu apalagi dalam jumlah banyak. "Bukan Tuan. Tapi gadis ini!" Tunjuknya ke arah Risa." Dia, telah berusaha membuat Tuan dan Nona bertengkar." "Bibi, jangan menuduh sembarangan!" Risa geram. Ucapan wanita di hadapannya sangat berbahaya."Sudahlah Non! Saya tak mau mengikuti permainan Anda. Mereka orang baik." "Bibi, jelask

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Malam Tanpa Noda    Anak

    Malam Tanpa Noda Bab 109Risa berjalan dipinggir jalan tanpa tujuan. Hanya ada uang lima ratus ribu dalam dompetnya. Pekerjaan saja tak punya. Ia telah mengundurkan diri karena akan segera menikah dengan Putra. Ia berpikir, tak perlu bekerja cape-cape ada Putra yang akan membiayai hidupnya dengan mewah. "Ke mana aku akan pergi?" tanyanya dalam hati. Suara mobil melintas di depannya. Risa terperajat. Seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut. Menghampiri Risa. Ia adalah Fajar. "Kak Fajar!" Memeluk tubuh Fajar erat. Merasa bahagia karena lelaki itu menyusul."Jangan peluk-peluk!" ucapnya sinis. Risa melepaskan tangannya." Ada apa?" Risa membuang muka ke arah lain.Fajar mengeluarkan tas kumuh milik Risa yang ia ambil dari rumah pemberian Putra. "Ini milikmu. Selamat menikmati kehidupan barumu. Karena keserakahanmu tak ada lagi yang mau menolongmu. Permisi!" Melangkah ke dalam mobil

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Malam Tanpa Noda    Keluarga Kecil

    Malam Tanpa Noda Bab 110Airi merubah nama panggilan untuk anak-anaknya. Mereka tetap mengunakan nama pemberian orang tuanya di identitas mereka.Airi begitu menikmati perannya sebagai ibu. Begitu juga Putra. Sebelum azan subuh membangunkan kedua putranya. "Abang Fian, Drian bangun. Ayo salat!" Fian segera membuka matanya membangunkan sang adik yang masih memeluk guling. "Drian, bangun! Ayah manggil itu." "Masih ngantuk, Bang." "Ayo, nanti ayah marah." "Ayah mana pernah marah, Bang." Masih menutup matanya. "Drian, bangun! Abang hitung sampe tiga. Satu ... dua ... tiga!" Drian segera bangkit dan lari ke kamar mandi yang berada di samping kamar mereka. Drian takut kalau abangnya marah. Ia sangat galak melebihi ayahnya." Ayah aja gak pernah marah, abang yang suka ngomel," lirihnya di dalam kamar mandi. Mereka berempat melakukkan salat sub

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Malam Tanpa Noda     Penganggu Kecil

    Malam Tanpa Noda Bab 111Fian berlari mengambil bola. Pemuda yang beumur dua belas tahun menatap seorang gadis seumurannya di atas ayunan. Panti asuhan dengan rumahnya terhubung melalui sebuah pintu berbentuk pagar. Fian menatap iba gadis kecil itu. Ia duduk di ayunan meneteskan air mata. Tangannya memeluk boneka tanpa kepala. "Bang Fian! Buruan!" teriak Drian dari kejauhan. "Siapa gadis itu?" lirihnya dalam hati."Bang Fian, lama banget!" cibir Drian."Bawel banget!" Fian mengusap kepala adiknya gemas. "Lihatin siapa, sih?" tanyanya. Ia menatap abangnya berada di pagar hitam penghubung panti. "Lihat kuntilanak," ucapnya spontan."Serius!" tanyanya melipat dahi."Serius, dia nyariin kamu. Mau makan bocah bawel dan gendut." "Ayah! Ayah!" Drian berlari ke arah gawang. "Kamu kenapa nangis?" tanya Putra. Tangan Drian memeluk tubuhnya dan bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Malam Tanpa Noda    Hilangnya Putra

    Malam Tanpa NodaBab 112"Ya Allah, Afisa badannya panas banget!" ucapnya. Tanganya ia letakkan ke atas kening bocah yang terbaring di kasur bayi. Afisa menjadi rewel dan tak bisa diam.Airi segera mengambil handuk kecil dan baskom berisi air lalu dikompres ke dahi Afisa. Airi mengelus rambut anaknya."Non, pakai ini." Bi Ina memberikan minyak berisi bawang merah dan sedikit asam jawa. "Ini untuk apa, Bi?" tanya Airi."Diolesin ke seluruh badannya terutama ketiak dan punggung. Zaman dulu saya pakai ini. Insya Allah ampuh turunin panas.""Apa tidak bahaya untuk kulitnya?" "Bawang merah hanya digeprek bukan diparut. Coba saja dulu, Non." Airi melakukan apa yang disarankan bi Ina. Airi sudah memberikan obat panas kepada anaknya. Namun, suhu panasnya belum turun juga.Jam menunjukkan angka dua pagi. Putra belum juga pulang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • Malam Tanpa Noda    End

    Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.

  • Malam Tanpa Noda    Dua Sejoli

    Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n

  • Malam Tanpa Noda    Dewi Penolong

    Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh

  • Malam Tanpa Noda    Penghianatan Terbongkar

    Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan

  • Malam Tanpa Noda    Gedung Tua

    "Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent

  • Malam Tanpa Noda    Tersekap

    Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k

  • Malam Tanpa Noda    Terjebak

    Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk

  • Malam Tanpa Noda    Membebaskan

    Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia

  • Malam Tanpa Noda    Tertangkap

    Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal

DMCA.com Protection Status