Malam Tanpa Noda
Bab 91Putra terkejut dengan raut wajah Airi yang berubah marah."Ka-kakak ....""Jawab Kak! Apa benar kamu selingkuh?""Airi, Ka-kakak ....""Aku gak nyangka akan mengalaminya lagi!""Tidak, Airi ... ini ...."Plak!Dibalik pintu Risa tersenyum kemenangan."Rasakan kau Putra!" gumannya dalam hati.**"Risa, tumben sudah keluar pagi-pagi begini," tanya Airi.Risa menatap wajah Airi yang ceria. Tak ada mata yang bengkak, wajah yang pucat setelah pertengkaran semalam dengan suaminya.Risa semakin heran. Apa Airi menutupi lukanya dengan senyum. Risa duduk dengan mata memperhatikan Airi."Risa, kamu kenapa memandangku terus?" tanya Airi yang memergoki."Kakak, tidak sedih?""Sedih? MemangnyaMalam Tanpa NodaBab 92Putra selalu berusaha membagikan waktu untuk Airi. Menemaninya berobat dan melakukan pengobata alternatif. Segala cara telah dilakukan Putra. Namun, tumor di rahim Airi bukan hanya satu gumpalan daging saja. Gumpalan itu telah menyebar ke bagian rahim yang lain.Lelaki itu tak putus asa. Selalu berusaha melakukan terbaik untuk istrinya. Tapi, semua ini sudah takdir ada kehendak sang ilahi. "Dok, bagaimana?" tanya Putra berada di dalam ruang dokter yang menangani penyakit Airi. Wajahnya pucat dan terlihat lelah. "Seperti yang saya katakan minggu lalu. Kita harus mengangkat rahim Airi. Itu cara agar istri Pak Putra tetap bertahan hidup." "Saya tak ingin kehilangannya. Kalau menurut Anda cara itu lebih baik. Lakukanlah," ungkap Putra dengan mantap. Tak ingin istrinya menderita lebih lama pikirnya.Ia tak memikirkan keturunan lagi atau ahli waris se
Malam Tanpa NodaBab 93Risa datang menjenguk Airi, wajahnya pucat dan lemas. Ia memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah muda.Kemeja lengan pendek dan celana levis seperempat berwarna biru navy. Ia berdiri tepat di depan pintu masuk ruangan Airi dirawat. Segera mengambil sweater yang diikat di pinggang mungilnya.Mengetuk pintu dan mendorong perlahan. Airi dan Putra sedang tertawa. Mereka terlihat bahagia. Walaupun, musibah telah menghampiri mereka, akan terus tersenyum. "Assalamualaikum," sapa Risa. Mereka menjawab salam bersamaan."Risa, sini. Kakak kangen." Risa menghampiri Airi dan memeluk tubuhnya."Risa juga kangen. Kakak bagaimana?"Ia mendongakkan kepala menatap wajah kakaknya."Alhamdulillah, Kakak sudah sehat. Wajahmu pucat, kamu sakit?" tanya Airi. Ia menyentuh dahi Risa."Tidak Kak. Risa h
Selamat membaca semoga suka. Jangan lupa follow.Malam Tanpa NodaBab 94Fajar telah sampai di depan pintu Airi. Melihat Risa terduduk dengan mulut yang mengoceh."Risa, kamu ngapain duduk di situ?" tanya Fajar dengan terkekeh. "Di tabrak kebo!" pekiknya. "Risa!" teriak Susi yang mendengar ucapan Risa. Risa menutup mulutnya dengan kedua tangan." Waduh, dia denger!" Segera bangkit dengan jantung berdegup kencang. Memukul mulutnya sendiri dengan tangannya.****Susi cepat sekali akrab dengan Fajar. Ia lelaki yang humoris. Risa tak banyak berbicara. Mama Putra menatap matanya tajam. "Enak sekali masakanmu!" ungkap Fajar. "Iya, dong. Mantu Tante harus pintar masak bukan di ranjang saja," ungkap Susi. "Tante beruntung memiliki mantu seperti Airi, pintar dalam segala
Malam Tanpa Noda Bab 95Sejak kejadian itu, Putra tampak pendiam. Ia sangat kecewa dengan Airi. Tidur saja memungungi istrinya. Merasa tak ada istri disamping tubuh kekarnya. Memilih memeluk guling.Ingin menemui Susi. Namun, wanita itu pergi tanpa memberitahu anaknya. Mencoba menghubungi nomor. Tapi, operator yang menjawab. Berpuluh-puluh kali tapi tak dijawab. "Mama ke mana. Apa dia marah sama Airi dan aku?" lirihnya dalam hati. Bagaimanapun wanita itu adalah orang yang melahirkannya. Tanpa Susi, ia tak akan pernah bertemu Airi."Kak, apa masih marah denganku?" tanya Airi dengan isakan tangis yang pilu. Ia memandang punggung Putra dengan derai air mata. Dua hari Putra tampak diam dan tak perhatian kepadanya. Airi sedih dan nampak bersalah. Walaupun, tak pernah mengusir mertuanya."Kakak, jangan diamkan aku seperti ini." Suara tangis Airi semakin kencang. Ia membalikk
Malam Tanpa NodaBab 96Putra menyempatkan diri menemani Airi untuk kontrol. Walaupun, ada Risa di rumah. Ia tak mau bertatapan muka dengan gadis itu."Bagaimana, keadaan istri saya?""Semuanya oke. Bu Airi sudah sehat kembali. Jangan lupa vitamin dari saya sehari sekali diminum."Mereka bernapas lega. Putra mengenggam jemari Airi yang terasa dingin." Alhamdulillah," ucap Airi.Putra sangat bahagia mendengar kesembuhan istrinya. Airi mengingatkan Putra untuk cepat pulang."Kamu harus cepat pulang. Aku gak mau tahu.""Iya, aku pasti langsung pulang." Putra mengecup kening Airi setelah sampai di rumah.**Sore pun tiba, lelaki itu berencana untuk membelikan sesuatu. Membawaka bunga mawar dan kalung berlian sebagai hadiah untuk istrinya. Wajah Putra terlihat ceria dan bersemangat. Merasa energinya akan segera di isi daya oleh tu
Malam Tanpa NodaBab 97"Airi, aku berangkat dulu," ucap Putra. Ia menyodorkan tangan dan Airi meraihnya. Tak lupa kecupan di kening untuk sang istri. "Hati-hati Kak." Airi melambaikan tangan ketika Putra melajukan mobilnya. Mobil keluaran terbaru yang ia beli dua bulan lalu.Airi memastikan suaminya sudah pergi lebih jauh, ia masuk kembali ke dalam dan menutup pintu. Risa turun dari lantai atas dengan membawa satu koper biru muda yang baru saja ia beli di salah satu toko online. "Kamu jadi pindah?" tanya Airi. Menatapnya dari lantai bawah. "Jadi, aku mau beres-beres mumpung libur." Risa meletakkan koper yang berisi pakaiannya ke lantai. Koper yang ia bawa cukup berat. Gadis itu hanya membawa pakaian yang baru ia beli. "Kakak pasti kesepian." Airi memeluk tubuh Risa erat. Mengecup pipi Risa. Beberapa bulan sudah tinggal di rumahnya. Bagaikan adik kan
Malam Tanpa NodaBab 98Hari Minggu tiba, waktu liburnya untuk memanjakan Airi, sang istri tercinta. Mereka akan berencana akan mengunjungi Bima--ayah Airi. Kabar yang diterima kalau mak Imah sakit karena vertigonya yang kambuh. "Ayo, Kak. Kita harus cepat berangkat!" Airi menarik tangan Putra yang masih berbaring di sofa. "Iya, apa semuanya sudah kamu bawa?" "Sudah." Airi memasak khusus untuk orang tuanya dan membawa buah-buahan untuk mak Imah. Putra melajukan mobil dengan pelan. Penampilan Airi hari ini sangat anggun. "Istri aku selalu cantik," puji Putra mencolek dagu Airi yang mulus."Gombal. Setiap hari memang tak cantik. Lagian kamu sibuk banget. Selalu pulang malam. Memangnya ada masalah apa di kantor harus lembur terus sampai lupa waktu." "Iya, maaf. Mulai besok janji gak akan pulang malam kecuali kepepet." "Bene
Malam Tanpa Noda Bab 99Mereka sampai di rumah Bima. Putra membantu Airi membawakan buah-buahan dan rantang berisi lauk. "Assalamualaikum, Ayah!" teriak Airi. "Waalaikumsalam, anak Ayah datang. Apa kabar kamu?" "Alhamdulillah, baik. Aku bawa lauk untuk makan siang. Mana Mak?" "Ada, ayo masuk!" Mereka langsung menuju kamar mak Imah yang berada di lantai bawah. Bima memindahkan kamarnya ke bawah karena kondisi mak Imah yang tak memungkinkan untuk melewati tangga. "Mak, Airi datang." "Anak Mak. Tambah cantik dan mantu Mak ganteng." Airi mengupas apel untuk ibunya dan Putra memijat kaki mertua. Suara ponsel Putra berdering di dalam saku celana. Ia mengambilnya dan melihat nomor asing. Langsung menolak panggilan. "Kok di matiin?" tanya Airi. Duduk dekat dengannya.
Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.
Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n
Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh
Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
"Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk
Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal