Share

71

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mega berpikir, dengan semua pengakuan itu, dia akan mendapatkan simpati dari Wisnu. Ternyata pria itu sama saja dan tidak pernah memberikan dia kesempatan untuk membuktikan bahwa dia adalah wanita yang juga memiliki ketulusan.

Dia hanya ingin memiliki keluarga yang utuh yang tidak perlu dibayang-bayangi oleh tekanan, sejujurnya, dia begitu betah tinggal bersama Raras. Wanita itu begitu baik dan tulus. Bahkan Raras tidak pernah menuntut apapun kepada dirinya, walaupun Wisnu selalu bersikap ketus kepadanya, Mega merasa, Raras sama sekali tidak terpengaruh dengan sikap itu.

"Mas butuh sesuatu?" tanya Mega kepada Wisnu yang saat ini sedang mondar-mandir di dapur.

Wisnu kemudian melempar tatapan dingin pada Mega.

"Apakah layak wanita yang sudah memiliki suami berkeliaran begitu saja di sini? apa kau tidak khawatir dengan suamimu yang bisa saja kebingungan mencarimu, dengan tenangnya kau bahkan sudah tinggal di sini selama beberapa minggu."

Mega kemudian tersenyum.

"Sayangnya suamiku tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Itje Sagita
Alhamdulillah saya suka ketegasan Wisnu...
goodnovel comment avatar
Nanda Ajach
please Thor jangan bikin rumah tangga mereka rinyam,,dgn adanya pihak Ketiga,,dan seorang anak,,biatlah mukjizat biar mereka mendapatkan keturunan,,dan enyahkanlah mega dari keluarga mereka,,q baca kasian Mereka dari pertama menikah blum merasakan yg namanya kebahagiaan
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
bener bener Raras ini.......ikut aja apa kata Wisnu...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   72

    Seperti biasa, setiap minggu ke-4 di akhir pekan, Raras selalu meninggalkan pulau dan pergi ke Jakarta menemui sang ayah yang tinggal sebatang kara.Sebenarnya hati Wisnu berat melepaskan istrinya itu, akan tetapi, dengan semua rengekan Raras, membuat dia tak berdaya.Sebenarnya tidak ada masalah, karena beberapa tahun kebelakang sejak mereka tinggal di pulau pun, Raras selalu melakukan kegiatan rutin itu, pergi siap akhir bulan. Akan tetapi, sejak ada Mega di rumah ini, membuatnya merasa tidak betah. Gerak-geriknya terbatas, dengan keberadaan wanita itu, dia tidak bebas lagi. Seakan-akan mata wanita itu memperhatikannya setiap saat."Aku berharap kau dan Mega bisa tinggal dengan akur," kata Raras sambil tersenyum dan itu malah membuat Mega memamerkan senyum lebar, namun tidak dengan Wisnu."Tenang saja, Mbak, Mas Wisnu adalah orang yang baik dan dia tidak mungkin memperlakukanku dengan kasar, benarkan, Mas?" kata Mega pada Wisnu, ucapan itu seperti sindiran yang begitu memuakkan, ent

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   73

    Cuaca cerah ternyata tidaklah abadi, menjelang senja, tiba-tiba awan hitam mulai menggantung di atas langit. Tak butuh lama, hanya beberapa menit pun, hujan deras turun disertai dengan badai.Mega bahkan belum mengisi perutnya sejak tadi siang. Dia merasa sedikit deg-degan ketika bertemu dengan Wisnu. Pria itu pasti melakukan rutinitasnya seperti biasa, setelah salat Magrib, Wisnu terbiasa melantunkan ayat suci Al-Quran. Suara yang membuat Mega yang tak percaya Tuhan itu merinding. Mega bertanya-tanya, buat apa Wisnu begitu taat? Karena menurut pandangannya, manusia hanya akan menolong dirinya sendiri. Tanpa ikut campur tangan siapa pun.Mega kemudian mengintip dari balik gorden kamarnya, terlihat Wisnu meletakkan pecinya dan mengambil sebuah payung hitam. Entah ke mana pria itu malam-malam begini, dengan menerobos hujan dan meninggalkan rumah.Sejak hujan turun, kafe memang sepi, hanya ada beberapa pelanggan dan itu membuat Wisnu memutuskan untuk menutupnya kafenya lebih awal.Sebu

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   74

    Seumur hidup, Wisnu tidak pernah memusuhi seseorang. Dia bahkan tidak menyukai banyak interaksi dengan orang lain. Selama ini, dia fokus dengan dirinya dan keluarganya. Dia tidak memiliki banyak teman. Ketika dia tidak menyukai seseorang, yang perlu dilakukannya hanyalah menjauh.Hidup tanpa musuh sangatlah nyaman. Dia tidak pernah berkelahi dengan orang lain. Apalagi sampai mengeluarkan umpatan kasar. Akan tetapi, dengan kehadiran Mega di rumah ini, Wisnu mulai mengerti betapa mengesalkan wanita itu sehingga dia merasa sakit hati dengan kehadirannya.Dalam agamanya, sudah diajarkan, bahwa laki-laki dan wanita yang tidak mahram, tidak boleh satu rumah, tapi wanita asing itu malah menumpang berbulan-bulan.Orang tuanya, selalu mewanti-wanti hubungan dengan lawan jenis. Kehadiran Mega dengan semua kelicikan wanita itu membuat dia merasa muak, dia tak menyukai Mega dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya.Puncaknya Malam ini, wanita murahan yang bernama Mega masuk ke kamarnya. Bahkan,

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   75

    Semalaman, Raras tidak tidur. Pemikirannya terus saja terganggu dengan keluhan Wisnu tadi malam. Bahkan, pria itu sama sekali tidak mengaktifkan handphone sampai pagi hari. Raras kalut, tapi tak bisa berbuat apa-apa."Jangan lupa jam 09.00 pagi ada pertemuan dan kamu harus datang."Tak terbantahkan, titah itu harus dipenuhi oleh Raras, dia bahkan tidak bisa menolak perintah ayahnya itu. Hari ini ada rapat pemegang saham, Raras diharuskan hadir, sang ayah mulai memaksa melibatkan dirinya ke perusahaan.Ayahnya begitu berkuasa terhadap dirinya, mungkin karena pria itu tinggal seorang diri, dia sudah begitu tua, yang tertinggal dalam hati Raras adalah rasa kasihan."Kau baik-baik saja? wajahmu terlihat pucat," kata pria itu."Aku hanya kurang tidur, Ayah.""Saatnya kamu mengenyampingkan urusanmu dengan suamimu, saat ini, perusahaan butuh dirimu."Raras menggangguk, kemudian berusaha mengunyah makanannya yang mulai terasa tak enak. Moodnya hilang."Kau tahu, pasti bahwa perusahaan adalah

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   76

    Mega mengeluarkan isi perutnya. Ketika rasa mual menera, keinginan untuk memuntahkan semua isi perutnya itu tidak bisa ditahan lagi. Sudah beberapa minggu belakangan ini, dia merasakan tubuhnya mengalami perubahan. Semua gejala hamil muda ada pada dirinya. Membayangkan saja membuat dia was was. "Jangan sampai ...." Mega frustasi membayangkan itu.Mega kemudian mengusap rambutnya. Melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dia tidak bisa membayangkan, jika semua dugaan itu menjadi kenyataan. Dia tidak pernah berkeinginan untuk memiliki anak. Tidak pernah ingin menjadi seorang istri sungguhan, yang akan menghabiskan waktu seumur hidup merawat anak dan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dia punya ambisi yang lebih jauh."Aku harus memastikannya sendiri," ucap Mega pada dirinya. "Dari pada dihantui ketidak pastian."Setelah merasa perutnya cukup tenang, dan keinginan untuk muntah itu mulai berkurang, Mega kemudian keluar dari kamar mandi. Sialnya dia malah berpapasan dengan Wisnu. P

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   77

    "Jangan pulang sebelum membawa wanita itu dalam keadaan hidup ke hadapanku, Andrew!" titah pria yang berumur 50-an itu kepada pria muda di depannya. Wajahnya terlihat pucat, karena dia tengah sakit.Pria yang disebut dengan Andrew, pria yang berumur 32 tahun, seorang pria blasteran yang memiliki pembawaan tenang tetapi tegas. Sudah 15 tahun dia bekerja dengan Adiwijaya, seorang pengusaha kaya yang memiliki harta berlimpah dan perusahaan begitu banyak di negeri ini. Namanya bukanlah nama yang asing bagi para pelaku bisnis. Dia memiliki semuanya kecuali kebahagiaan."Saya akan mencarinya dan tidak akan pulang sebelum menemukan nyonya. Saya berjanji." Andrew menunduk. "Jangan pernah kembali ke sini sebelum kau membawa wanita itu, jika dalam beberapa hari kau juga tidak menemukannya Aku tidak segan-segan akan menghabisimu." Adiwijaya yang lemah, berusaha tetap menekan dan mengancam bawahannya.Adiwijaya berteriak murka. Tapi Andrew tidak begitu terpengaruh dengan ancaman pria itu, ia han

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   78

    "Apa kabar, Raras?" Raras kemudian menoleh, gerakan tangannya berhenti membuka kunci mobil. Suara tak asing itu, jelas telinganya. "Andini? Wah, lama tak berjumpa." Raras berkata serius. Tanpa senyum.Raras kemudian membuka kacamata hitamnya, Andini keluar dari mobilnya mewahnya, mengenakan gaun berwarna pastel yang cukup terbuka."Terkejut?" tanya Andini ketus.Andini terlihat pongah, Raras akui, wanita itu terlihat lebih cantik dari terakhir dia melihatnya. Entah sudah berapa tahun."Tidak sama sekali, kenapa harus terkejut?" Raras melipat tangan di dada."Kau terlihat lebih kurus dan kulitmu lebih gelap dari terakhir yang kulihat, apakah menjadi wanita biasa menyiksamu?""Apa?" Raras tertawa."Aku dengar kau tinggal di pulau terpencil. Apakah di sana begitu sulit? Sehingga kau terlihat Kumal.""Ah, yang benar saja, kau tak tau ini seksi?" Raras tertawa.Raras sebenarnya tidak ingin memperpanjang masalah dengan Andini. Karena dia sudah tidak punya urusan lagi dengan mantan kakakn

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   79. Warning (21+)

    Raras meletakkan kopernya tidak sabaran. Yang pertama kali yang dicarinya adalah keberadaan Wisnu, karena ketika dia memasuki kafe, Wisnu sama sekali tidak ada di sana. Raras kemudian berlari tak sabaran masuk ke dalam kamar. Dia mendapati punggung kekar yang begitu lebar, menjanjikan sandaran ternyaman untuknya.Wisnu tengah menghadap ke arah laut, memang sengaja menunggu Raras, tapi gengsi untuk untuk menelepon lebih dulu setelah pertengkaran di telepon beberapa hari yang lalu.Tanpa bisa ditahan, kemudian Raras mendekati pria itu, memeluk tubuhnya dari belakang. Dia menghirup aroma parfum yang bercampur dengan keringat itu dengan rakus. Dia sangat merindukan pria ini, yang sudah mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat, yang memberikan kebahagiaan yang tidak pernah diberikan oleh siapapun kepada dirinya.Jemari Raras meraba dada bidang itu, menyentuh dengan lembut. Pria ini sangat dicintai, bahkan tak ada kata untuk mengungkapkannya."Apa kamu begitu marahnya kepadaku? sehi

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   89

    Tidak ada yang berbeda ketika Wisnu berada di rumah. Dia suka memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan, walaupun Raras berusaha membujuknya, pria itu tetap tak terpengaruh sama sekali."Rumah ini sudah terlihat berbeda dari terakhir kita meninggalkannya, bukan?" kata Raras, Raras berusaha bercakap-cakap, tetapi pria itu hanya diam saja."Kau masih ingat ketika kau lumpuh dulu? aku menggendongmu kesana kemari, alangkah indahnya masa itu, tidak terasa sudah bertahun-tahun berlalu, dan sekarang kita kembali di sini, tetapi suasananya sudah berbeda, tidak ada lagi tawamu seperti itu." Suara Raras serak.Raras menghela napasnya, sebenarnya, ia sudah lelah juga membujuk Wisnu. Akan tetapi, pria itu tetap teguh dengan pendiriannya, tidak terpengaruh sama sekali, ia tetap menjawab apa yang dikatakan Raras, tapi tidak seperti biasa, hanya perkataan 'iya' dan 'tidak' saja."Aku masih ingat bagaimana senyum lebarmu menyambutku ketika aku datang, dan untuk pertama kalinya, seumur hidupku,

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   88

    Felicia tidak berdaya menolak kuasa Andrew. Pria itu memaksanya, dengan cara yang kasar, memerintahkan Felicia mengikutinya.Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah kafe. Sebuah kafe dengan tema alam yang bisa membuat pikiran mereka sedikit dingin, setelah perdebatan panjang selama beberapa saat.Felicia hanya perlu memasang taktik, untuk sementara ini, dia hanya perlu pura-pura patuh mengikuti Andrew. Dia hanya perlu cara licik, karena Andrew si pengawal dingin, bisa melukainya."Puas?" kata Felicia kemudian kepada Andrew."Untuk alasan apa?" tanya Andrew dengan senyum dingin."Kau berhasil menekanku, sehingga aku akhirnya takluk dan menuruti semua kemauanmu.""Sudahlah, Felicia. Kita ini adalah orang yang sama, kamu mencintai uang dan aku pun sama, aku tau ... kau menikah dengan suamimu karena uang, dan aku bekerja dengannya juga karena uang, jadi ... tidak ada yang lebih baik di antara kita, bukan?" Andrew menyantap santai steaknya."

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   87

    Hujan tidak berhenti mengguyur desa sejak tadi malam, bahkan udara dingin ini tidak mematahkan semangat Wisnu untuk bangun jam 03.00 Subuh menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yang taat. Dia mendirikan dua rakaat salat tahajud yang tidak pernah absen dilakukannya. Dia adalah pria yang dibesarkan dengan agama yang kuat. Akan tetapi, sejauh ini, sebuah ujian sebagai suami, dia belum mampu membuat Raras untuk istiqomah dalam menjalankan ibadahnya. Wanita itu bahkan belum bisa menutup auratnya secara sempurna. Dia dulu pernah sempat memakai hijab, lalu kembali berhenti memakainya, alasannya karena merasa tidak nyaman. Entah untuk alasan apa, yang jelas ... Wisnu tidak pernah memaksakan. Yang penting, Raras bisa menunaikan kewajiban salat lima waktu. Memang benar, pengalaman agama Raras begitu minim, dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang moderat dan tidak begitu mementingkan persoalan agama, aqidah serta ibadah, akan tetapi Wisnu berusaha membimbingnya.Seusai salat tahaju

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   86

    Walau keadaan terasa berbeda saat ini, Wisnu memutuskan untuk duduk di beranda rumahnya. Mengamati Aryo yang sibuk melayani pembeli.Adiknya itu tumbuh menjadi anak yang tampan, pemuda baik hati dan pengganti Wisnu di rumah itu. Dua adik Wisnu pun sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik. Begitu cepat waktu berlalu, membuat Wisnu merasa terharu. Andaikan ibunya masih hidup, tentu dia akan bangga memiliki anak-anak yang begitu pintar, cerdas, tampan dan cantik seperti mereka.Wisnu kemudian berusaha menghabiskan air mineral yang ada di tangannya. Sudah tiga hari dia berada di sini, dan sama sekali dia belum berniat untuk menghubungi Raras. Dia sengaja mematikan ponselnya, bahkan beberapa kali Raras menelepon ke ponsel adiknya, Wisnu melarang untuk mengangkatnya, entah kenapa ... dia hanya butuh sendiri. Ketika mengingat tuduhan Raras, hatinya benar-benar sakit.Setelah pelanggan cukup sepi, Aryo kemudian mendekati Wisnu, pria yang tingginya sudah menyamai Wisnu itu, menatap sang kakak d

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   85

    Katakanlah Felicia adalah jalang yang sesungguhnya. Wanita itu bahkan tidak butuh waktu lama untuk ditaklukkan oleh Andrew. Dalam beberapa menit saja, dia mengerang dan memohon kepada pria itu.Mungkin Andrew adalah pria yang bisa memperlakukan dia seperti apa yang dia butuhkan. Dia begitu lihai dalam memanjakan setiap inci kulitnya, semua itu membuat Felicia mengakui, bahwa Andrew adalah pria terbaik yang pernah menemaninya."Sialan kau, Andrew!" Felicia memakai pria itu, di tangah napasnya yang tersengal. Sedangkan Andrew memamerkan senyum iblisnya.Felicia menyumpahi dirinya yang begitu bodoh, seakan tidak lagi memiliki harga diri di depan pria itu. Dengan mudahnya Andrew menghancurkan semua keangkuhannya, bahkan dengan status sebagai atasan itu, sama sekali tidak membuat Andrew segan padanya.Setelah pertempuran semalaman itu, paginya Felicia dihantam oleh kesadaran, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat ini, adalah hal gila yang selalu terulang. Ditambah kenyataan, dia tengah

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   84

    Putus asa, sedih serta merasa tertekan, itu yang dirasakan oleh wanita cantik berambut lurus bernama Raras. Tidak terhitung sudah berapa jam dia berkeliling di pulau kecil itu. Dia mendatangi tempat-tempat yang mungkin bisa jadi akan didatangi oleh Wisnu. Akan tetapi suaminya itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.Raras kemudian mematikan motornya. Jam 01.00 dini hari, sewajarnya tidak pantas wanita sendirian di malam hari dengan suasana yang teramat sepi di tepi pantai.Wanita itu kemudian membuka jaket kulitnya. Menanggalkan helm. Tak lupa sepatu sportnya. Kakinya yang jenjang, menapak pasir basah. Mata wanita itu terlihat basah, dengan semua keputus-asaannya, dia tak tau, apa yang harus dilakukannya."Kenapa ponselmu mati?"Raras menyugar rambutnya yang berantakan. Dia lebih memilih, bertengkar hebat asalkan dia bisa melihat suaminya walaupun tak menegurnya sama sekali.Ketika Wisnu lebih memilih untuk diam saja, maka itu adalah sebuah wujud kemarahan yang tidak bisa dib

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   83

    Raras masih termangu di tempatnya semula. Kedua tangannya menopang dagunya yang berada di atas meja makan. Bahkan wanita itu tidak berniat menyalakan lampu sama sekali. Ruangan gelap dan hanya ada cahaya lampu di luar sana yang menerangi."Apa yang terjadi padaku, Tuhan?" Raras menutup wajahnya. Hatinya campur aduk.Lauk yang dimasak Wisnu masih utuh di atas meja makan. Pria yang tak pernah gengsi mengerjakan pekerjaan rumah itu, adalah suami idaman siapa saja."Kenapa aku begitu bodoh!" Rara memijit kepalanya. Perasaan hampa dan kehilangan begitu menyiksanya. Bahkan ratusan kali dia menelepon, tak sekalipun panggilannya masuk ke nomor suaminya itu."Beginikah rasanya ditinggalkan?* kata Raras pada dirinya. Dia sering pergi ke luar kota meninggalkan Wisnu, bahkan dalam waktu berhari-hari. Bahkan ketika Wisnu memohon untuk pulang, dia tetap saja bertahan di Jakarta dengan alasan sangat sibuk.Baru beberapa jam suaminya itu meninggalkan rumah, Raras merasa hatinya kosong dan hampa.Otak

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   82

    Mata Mega memerah, dia merasa nyawanya sudah berada di ujung tanduk. Sepertinya, Raras memang serius ingin menghabisi dirinya. Buktinya cengkraman wanita itu bahkan mampu mengangkat tubuhnya dari lantai. Pandangan Mega mulai buram, dia tak bisa bernapas, bahkan kakinya kejang menendang udara.Mega merasakan dadanya seperti terbakar. Dia yakin, sebentar lagi, dia akan mati. Pandangannya mulai gelap.Brak!Tiba-tiba Raras melemparnya begitu saja ke sudut ruangan. Pinggangnya menabrak dinding."Arggggh!" erang Mega.Mega takjub dengan kekuatan wanita itu, bahkan dengan satu tangan saja, mampu mengangkat beban tubuhnya yang memiliki berat 56 kg.Mega mengambil nafas sepuasnya. Oksigen memenuhi paru-parunya. Tadi dia merasakan paru-paru itu akan meledak. Mega terbatuk-batuk. Dia meraba lehernya yang merasa seperti masih ada cengkraman tangan Raras di sana."Bagaimana rasanya sakit?" Raras menatap Mega dengan tatapan sinis. Dia marah dan Mega cocok untuk pelampiasan.Mega masih dilanda pusi

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   81

    Mega gentar, selama dia mengenal Raras, dia tidak pernah melihat tatapan murka seperti itu. Tatapan tajam rasa seakan-akan bisa mengoyaknya."Aku perlu bicara!"Mega tergagap. Tapi, saat inilah dia perlu melangkah maju. Dia takkan menyerah, memperjuangkan apa yang dia inginkan."Baik, katakan saja apa yang ingin Mbak katakan."Raras mengamati sekeliling, pengunjung kafe sedang sepi, sedangkan ada satu asisten yang bertugas sebagai koki, tengah santai di meja kasir. "Di dalam saja," ucap Raras ketus, kakinya menapak anak tangga. Mega mengikuti dari belakang. "Duduk!" ketus Raras saat mereka sampai di ruang tengah."Apa yang terjadi? Apa benar kau masuk ke dalam kamarku saat aku tak ada di rumah?"Raras ingin mendengar kalimat bantahan Mega. Akan tetapi, beberapa detik menunggu, wanita itu tak menyanggah."Tepatnya, Mas Wisnu yang masuk ke kamar saya!"Seperti petir yang menyambar di siang hari, sebuah kalimat itu menampar harga diri Raras. Dia berusaha menahan emosinya ketika mendeng

DMCA.com Protection Status