Ayah Raras mengetatkan rahangnya, dia tak peduli dengan wanita yang bersimpuh memegang kakinya sambil menangis penuh penyesalan. Laki-laki tua itu sangat marah, saking marahnya dia tidak bisa lagi mengucapkan sepatah kata pun. Tak ada kalimat yang bisa mewakili betapa terluka dan kecewanya dia, di tipu mentah-mentah dan dibodohi selama ini. Matanya memandang lurus foto ibu Raras yang terpajang di dinding. Mungkin ini adalah hukuman baginya, yang berbuat zalim pada istri pertamanya. Bagaimana istri keduanya itu bisa setega itu, ternyata kebangkrutannya juga di sebabkan karena istri keduanya itu memelihara pria muda dan memberikan fasilitas yang mewah.Mengingat beberapa menit yang lalu. Tiba-tiba saja foto-foto istrinya itu terletak manis di meja kerjanya, foto yang bahkan sangat menjijikkan, istrinya itu bertingkah seperti ABG yang baru jatuh cinta. Disertai dengan adanya video rekaman pengakuan seorang pria muda yang bahkan umurnya sama dengan Raras.Video itu dikirim oleh nomor tida
Wajah tua dan lelah yang masih terdiam merenung memandang foto mendiang istri pertamanya. Dia adalah Susno, ayah Raras, semua rentetan kejadian di rumah tangganya akhir-akhir ini membuat dia membuka mata bahwa dari awal wanita yang menjadi istri keduanya itu tidak benar-benar mencintainya.Namanya Laksmi, janda cantik yang dikenal sebagai wanita anggun dan mempesona. Disaat dia terpukul dengan kenyataan sang istri mengidap kanker ganas yang mengancam nyawanya, Laksmi yang dulu adalah seorang karyawan dari salah satu perusahaannya itu menjadi tempat bercerita dan berkeluh kesah. Hubungan yang dimulai dengan pertemanan biasa berkembang dengan bibit bibit cinta terlarang. Laksmi semakin sering datang ke rumah sakit dengan alasan menjenguk ibu Raras dan bertingkah layaknya teman.Sifat seakan peduli itu semakin membuat Susno merasa tertarik dan mulai memberanikan diri memperlihatkan hubungannya secara terang terangan dengan meminta izin kepada ibu Raras supaya dia bisa menikah lagi.Ibu
Wisnu mengusap pipi Raras yang sedang tertidur lelap. Wanita cantik itu selalu terlihat cantik dalam situasi apa pun. Wisnu menarik sedikit selimut mereka. Berbisik pelan di telinga istrinya itu. Dia sudah bertekad akan membuat istrinya menjadi soleha dan taat beribadah. Cinta ini tidak hanya berlaku di dunia, dia tidak ingin masuk surga sendiri tanpa Raras. Wisnu berlahan akan membimbing istrinya itu agar lebih taat." Ras, bangun.""Engghh ... jam berapa sekarang?""Jam tiga dini hari.""Masih jam tiga." Raras menarik selimutnya kembali."Iya, kita tahajud dulu.""Masih ngantuk." Raras memejamkan matanya kembali. Wisnu tak menyerah, dia akhirnya melahap kuncup mawar yang merekah milik Raras."Hmmm ... aku bahkan belum gosok gigi." Raras menjauhkan wajah suaminya."Katanya mau bunuh yahudi." Wisnu tersenyum mencubit hidung istrinya gemas. Raras langsung membuka matanya, bangkit dari atas ranjang, tanpa babibu langsung menuju kamar mandi."Ambil wudhuk ya, Ras!"Wisnu tersenyum, Raras
Pagi ini untuk pertama kalinya, mereka sarapan bersama tanpa ada perdebatan seperti biasanya. Ayah Raras terlihat lebih baik walaupun belum banyak bicara. Wisnu menyuap sarapan dengan tenang. Dia bukanlah tipe orang yang bisa memulai pembicaraan lebih dulu jika belum dekat dengan seseorang. Hanya terdengar bunyi dentingan sendok yang beradu dengan piring di ruangan itu."Ayah mau nambah nasi gorengnya?" Raras menyodorkan nasi goreng yang berada dalam mangkok besar. Ayahnya menggeleng."Ayah sudah kenyang." Laki-laki tua itu diam sejenak." Sudah berapa kandunganmu Ras?""Oh? Empat bulan lebih, ayah." Raras cukup kaget ayahnya mengetahui kehamilannya, mungkin kerena perut itu sudah mulai menonjol."Ras, lahirkanlah anak sebanyak mungkin, supaya rumah ini tidak sepi."Raras melirik Wisnu dan dibalas dengan anggukan antusias. Tentu saja Wisnu sangat bersemangat mendengar perintah itu."Ayah mau cucu berapa?" pancing Raras. Dia berusaha membuat ayahnya banyak bicara. Sudah lama mereka tid
Wisnu baru saja menyelesaikan sarapannya. Sebenarnya dia berniat menginap dua hari lagi di rumah Raras, namun pagi-pagi sekali dia mendapatkan telpon dari kampung, Mira mengalami demam tinggi. Dari semalam belum turun turun.Raras menggenggam tangan Wisnu. Memandang suami tampannya itu dengan raut penyesalan."Maafkan aku! Tidak bisa mendampingimu pulang ke rumah."Wisnu tersenyum, mengelus pipi putih milik istrinya."Tidak apa-apa, Ras. Mira hanya demam biasa, lagi pula, tidak baik bagimu jika terlalu sering berkendara terlalu lama, ada bayi yang masih kecil di sini." Wisnu mengusap perut Raras dengan sayang."Kapan kau akan kembali ke sini?" Tanya Raras penuh harap, semakin bertemu dengan suaminya itu malah semakin rindu."Paling lama dua hari lagi, jika Mira sudah sembuh, aku akan langsung ke sini.""Baiklah," Raras menunduk dengan wajah sendu. Berat rasanya berpisah dari suaminya itu."Hei ... sayang." Wisnu mengangkat dagu Raras, mengusap air mata yang meluncur di pipinya. Raras
Raras mengeratka tali yang terikat di tenda dan membantu menancapkannya ke tanah. Sesuai dengan keinginan mereka dulu, bahwa ingin menghabiskan bulan madu di hutan dengan membangun tenda. Semacam camping sederhana dan unik tapi sangat berkesan.Sebenarnya tempat ini tidak juga di kategorikan sebagai hutan yang berbahaya. Lokasinya tidak jauh dari rumah Wisnu, persis berada di atas bukit yang memiliki tebing curam yang dulu sempat ingin di panjat Raras.Awalnya Wisnu menolak aksi nekad istrinya itu, ingin berkemah dalam kondisi hamil. Tapi mendengar rengekannya siang dan malam, akhirnya Wisnu luluh juga. Sebenarnya ada jalan kecil yang bisa ditempuh dengan sepeda motor untuk mencapai bukit itu. Walaupun aga berliku dan sedikit memutar ke balik desa seberang.Tenda sudah terpasang, tenda yang cukup memberi perlindungan bagi mereka. Raras membawa berbagai keperluan selama di sana. Dia lah yang paling semangat saat ini."Ah! Akhirnya selesai." Raras merebahkan diri di atas selembar tikar
Raras bangun pagi-pagi saat Wisnu membangunkannya cukup sabar. Mereka menunaikan shalat subuh berjamaah, berwudhu dengan mata air jernih yang mengalir di tebing yang berjarak beberapa meter dari kemah.Wisnu geleng-geleng kepala, bulan madu yang dihabiskan dengan tidur pulas bahkan tak ada ciuman sama sekali. Tapi Wisnu tak masalah, yang penting istri cantik dengan perut yang mulai besar itu bahagia dan senang.Selesai shalat subuh, mereka masuk kembali ke dalam tenda, jangan berharap ada percintaan mesra, karena Raras mengeluh merasa mengantuk dan minta di bangunkan ketika matahari sudah naik.Wisnu mengusap rambut indah itu, saat tak butuh lama bagi Raras untuk kembali ke alam mimpi. Wisnu merasa cinta semakin menggebu di hatinya, wanita ini membuatnya menjadi lebih bahagia dan penuh semangat. Raras adalah wanita yang unik, tak banyak wanita di dunia yang sepertinya. Wajah dengan mata agak sayu dan lekuk tubuh sangat feminim, tapi siapa sangka, ada ketangkasan menyerupai laki-laki
Dia berlari sekuat tenaga tanpa mempedulikan apa yang menghalangi di depannya. Situasi yang sangat buruk, karena itu ia terus saja memacu kakinya, dengan kakinya telanjang, dia tidak peduli dengan semua luka yang sudah menggores kulitnya yang putih mulus.Yang perlu dia lakukan saat ini adalah selamat dari kejaran beberapa orang yang berniat menangkapnya, selama hidupnya, dia selalu berlari kesana kemari untuk menyelamatkan diri, bahkan tidak pernah menemukan kata yang bernama 'ketenangan'."Kejar!"Suara seruan itu begitu jelas terdengar dari belakang dan wanita itu tetap saja bersemangat memacu langkahnya menjauhi sumber suara."Wanita jahannam!" Makian itu terus saja menggema dan pria yang berjumlah sebanyak empat orang itu tidak menyerah, mereka tetap berlari menyusuri semak-semak belukar."Kita harus mendapatkan wanita sialan itu dan membawa dia ke hadapan Bos!" seru salah satu dari pria yang berpakaian serba hitam dengan tubuh yang sedikit pendek dari teman di sebelahnya.Wanit