Share

Bab 404

Author: Dania Zahra
Preston langsung menghentikan gerakannya, lalu menundukkan kepala dan menatap Livy dengan serius. Livy terlihat sangat patuh, tetapi setiap gerak-geriknya terlihat menggoda dan terus menggaruk dadanya. Dia pun bergumam, "Livy, apa ini karena aktingmu yang terlalu bagus?"

Namun, Livy yang sudah dalam pengaruh obat tidak bisa mendengar kata-kata Preston. Dia hanya merasa tubuhnya terasa lebih baik setelah menelan benda pahit itu. Namun, beberapa saat kemudian, tubuhnya tiba-tiba terasa makin panas dan membuatnya ingin terus menempel pada seseorang.

Livy menggeliat sampai selimut yang menutupi tubuhnya perlahan-lahan melorot dan kulitnya yang putih langsung terekspos di depan mata Preston. Kulitnya yang halus terlihat begitu indah serta memesona dan ekspresinya yang menggoda karena efek obat, hampir tidak ada pria yang sanggup menolak godaannya.

"Sayang ...," gumam Livy terus dengan tanpa sadar.

Pada saat itu, Livy tiba-tiba merasakan sebuah ciuman hangat di bibirnya dan telapak tangan ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
lina andriani
thor dibaca gak sih komenan pembacanya?????ko gini trs sih ceritanya,jadinya bosen monoton huffft
goodnovel comment avatar
Telemarketing Guten Braun
ceritanya jangan muter2 Mulu donk,buat livy punya power,kesel bgt ditindas mulu
goodnovel comment avatar
Raline Abhipraya
capek bgt jadi livy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 405

    "Livy, kalau semalam aku nggak menghentikan Gavin, kamu tahu apa yang akan terjadi padamu?" kata Preston.Livy langsung tertegun sejenak dan ingatan semalam yang tidak ingin dikenangnya lagi langsung kembali ke benaknya lagi karena perkataan Preston.Saat memikirkan pria menjijikkan itu menjilat pergelangan kaki dan betisnya, Livy langsung meraih handuk di sampingnya dan bergegas ke kamar mandi. Dia mulai muntah-muntah dengan keras, tetapi tidak ada yang bisa dimuntahkan. Dia pun segera menyalakan pemanas air dan terus menggosok tubuhnya untuk membersihkan semua jejak yang ditinggalkan Gavin."Kamu ngapain?" tanya Preston yang membuka pintu dan melihat Livy terus menggosok tubuhnya. Meskipun kulit Livy sudah mulai memerah, Livy tetap tidak berhenti."Kamu mau gosok sampai kulitmu mengelupas ya?" tanya Preston dengan nada dingin.Livy mengangkat kepalanya dengan canggung, lalu menatap Preston dengan ekspresi menderita. "Semalam pria itu menjilat kakiku. Pak Preston, aku mau bersihkan se

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 406

    "Apa bedanya?" tanya Preston. Dia merasa hubungan mereka tidak ada pengaruhnya terhadap pembicaraan mereka sekarang.Namun, Livy malah menganggukkan kepala dengan sangat serius dan menjawab, "Kalau sebagai atasanku sekarang, berarti aku lagi mengadu. Lagi pula, sesuai aturan perusahaan, hal-hal ini sebenarnya masih dalam batas wajar. Jadi, aku nggak perlu membicarakannya. Tapi ... kalau kamu adalah suamiku, aku boleh mengeluh hal-hal yang nggak menyenangkan di kantor padamu."Preston mendengus. "Livy, ini bukan kantor."Setelah mengamati Preston dengan hati-hati, Livy akhirnya menceritakan dengan singkat, "Kalau begitu, aku akan mengatakannya. Sebenarnya, aku nggak peduli sama hal ini. Meskipun agak kesal, aku bisa mengerti perasaan Bu Sherly yang nggak suka orang baru yang menonjol seperti aku. Tapi, kali ini dia sampai menaruh obat di minumanku. Kalau kamu nggak datang tepat waktu, aku sudah ...."Saat berkata demikian, Livy menjadi merasa jijik dan takut pada Sherly. Persaingan di p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 407

    Preston tersenyum dingin karena topik pembicaraan mereka akhirnya tetap kembali tentang Sylvia. Saat dulu David berkata kecemburuan wanita sangat mengerikan, dia tidak pernah menganggapnya serius. Setelah bertemu dengan Livy, dia tetap merasa Livy tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti ini. Namun, dari kejadian yang berkali-kali, terbukti dia sudah salah menilai Livy sejak awal.Memikirkan hal itu, Preston berkata dengan nada dingin dan kesal, "Gimana menurutmu?"Preston berpikir Livy ini bodoh. Jawaban dari pertanyaan ini sudah jelas, tetapi Livy masih bertanya dengan bodohnya.Setelah tersenyum getir, Livy berinisiatif mengusulkan, "Sayang, meskipun Pak Tristan sudah lanjut usia, dia orangnya cukup terbuka. Kalau kamu mau kembali sama Sylvia, aku bisa bantu kamu. Tapi, pada saat itu, aku harap Pak Preston bisa berbaik hati padaku ....""Kembali sama Sylvia?" Preston langsung memotong perkataan Livy. Dia tidak pernah bersama dengan Sylvia.Namun, Livy tidak menyadari kata-kata P

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 408

    "Kamu sendiri juga tahu betapa melelahkannya bekerja di divisi bisnis. Harus berlari sana sini dan harus negosiasi bisnis sama pria juga .... Livy ini istrimu, kamu tega biarin dia begini?" kata Tristan dengan marah.Tristan memang sudah tidak ikut campur dengan urusan perusahaan. Jika bukan karena semalam dia iseng bertanya, dia tidak akan tahu bocah ini sudah melakukan hal seperti itu.Livy baru saja ingin membela Preston, tetapi kata-katanya tertahan di tenggorokan karena Preston sudah langsung menatapnya dengan curiga. Padahal bukan dia yang melakukan ini. Apa Preston salah paham lagi?Preston menjelaskan dengan tenang, "Kemampuannya kurang, tapi dia ingin naik jabatan. Jadi, ini adalah cara tercepat untuk meningkatkan kemampuannya. Kamu juga tahu divisi bisnis. Dia akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, jadi kemampuan sosialnya juga akan meningkat."Tristan memelototi Preston dengan kesal dan marah, "Nggak usah cari alasan. Kamu pasti lagi bertengkar sama Livy, jadi se

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 409

    "Ayah, sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan Preston untuk sementara waktu."Livy berinisiatif merangkul lengan Preston, lalu menunjukkan senyuman malu-malu. "Tentang cucu, aku ingin menundanya sebentar. Lagian, aku masih muda. Kalau punya anak sekarang, pekerjaanku juga akan sulit diatur.""Baik, baik. Aku tahu anak muda pasti punya pemikiran sendiri." Tristan menghela napas pelan, lalu kembali ke topik awal. "Tapi Livy, kamu sudah berlatih di departemen bisnis selama beberapa bulan. Sudah waktunya kamu kembali. Jangan terlalu lama di sana, bisa merusak kesehatanmu.""Baik, Ayah."Setelah berbincang sebentar lagi dengan Tristan, Livy mulai merasa tidak tahan. Mungkin efek obat penghilang rasa sakitnya sudah hilang, jadi tubuhnya kembali terasa nyeri. Bahkan, napasnya juga mulai semakin berat."Ada apa dengan Livy?" Tristan adalah orang pertama yang menyadari ada yang tidak beres dengan Livy.Livy menggeleng, mengepalkan tangannya erat-erat, berusaha keras menenangkan d

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 410

    Saat ini, di dalam kamar tidur, Livy sedang menahan rasa sakit yang menyiksa. Air dingin di dalam bak mandi sudah membasahi tubuhnya, tetapi panas di dalam tetap membakar, membuatnya semakin tidak nyaman.Rasanya seperti ada ribuan serangga yang menggigit dari dalam dadanya, menyebar perlahan, hingga dia hanya bisa mencengkeram telapak tangannya sendiri, bahkan sampai berdarah.Saat kepalanya mulai terasa pusing, tiba-tiba pintu kamar mandi didorong dengan keras dari luar. Suara rendah dan penuh amarah pun terdengar. "Livy, kamu sudah nggak sayang nyawa?"Detik berikutnya, tubuhnya langsung diangkat dari bak mandi oleh Preston. Rasa dingin yang menyelimuti seketika menghilang, digantikan dengan kehangatan tubuh pria itu yang begitu membara.Livy dilempar kasar ke atas tempat tidur yang empuk, lalu tubuh Preston langsung menindihnya dengan kuat."Pak ... Preston ...." Begitu Livy membuka mulut, dia sendiri terkejut dengan suara lembut dan menggoda yang dikeluarkan.Mungkin karena ini su

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 411

    "Pak Preston ...."Mata Livy sedikit memerah. Dia mengambil inisiatif untuk mencium bibir tipis pria yang begitu dekat dengannya.Dengan tangan gemetar, dia menanggalkan setiap helai pakaian Preston, lalu tak kuasa menggigit bahu lebar pria itu dengan lembut. Air matanya mengenai tubuh Preston."Kalau kamu nggak peduli dan nggak menyukaiku, kenapa memperlakukanku dengan begitu baik? Kalau ini terus berlanjut, aku mungkin nggak akan bisa mengendalikan diriku ...."Bagaimana mungkin dia tak tergoda oleh pria sehebat ini? Namun, bagi Livy, Preston adalah jurang yang dalam.Dia tidak boleh jatuh ke dalamnya. Namun, pada saat yang sama, dia juga tidak bisa mengendalikan perasaannya terhadap pria itu."Nggak bisa mengendalikan apa?" Preston mencengkeram pinggangnya dengan erat.Angin dari luar meniup tirai jendela besar. Di ranjang yang luas itu, dua tubuh terjalin erat dalam keintiman ....Saat Livy terbangun lagi, tubuhnya terasa begitu lemah hingga menggerakkan satu jari saja terasa seper

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 412

    Ekspresi Preston jelas melunak setelah mendengar perkataan Livy. "Bagus kalau kamu mengerti."Preston menarik Livy untuk duduk kembali di sofa, lalu menoleh ke arah Tristan dan berkata, "Ayah, Livy sudah bilang aku nggak membutuhkannya. Jadi, sup ini bisa kamu singkirkan, 'kan?"Hanya semangkuk sup ayam, 'kan? Kenapa reaksi Preston begitu berlebihan?Ketika Livy mengikuti Preston memandang mangkuk di samping papan catur, dia sontak memahami mengapa pria itu begitu menolak.Itu sama sekali bukan sup ayam! Warnanya hitam, dengan beberapa potongan kulit ayam hitam yang mengambang di atasnya, persis seperti makanan eksperimen yang gagal!Jika diminum, bukannya menambah energi, justru mungkin bisa membunuhnya!"Ya sudah kalau nggak mau minum, bukan aku yang akan merasakan akibatnya nanti." Tristan mendengus, lalu melirik Preston dengan kesal sebelum berdecak. "Pergi sana! Setiap kali main catur kamu selalu begitu kejam, bahkan nggak memberi kesempatan pada ayahmu sendiri. Aku ingin main cat

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status