Amarah Preston hampir meluap dari dadanya. Genggaman tangannya di pergelangan Livy semakin erat, seolah ingin menghancurkan tulangnya.Tatapan dingin penuh kemarahan terpancar dari matanya, membuat Livy semakin gemetar. Air mata mengalir deras dari matanya karena rasa sakit yang tak tertahankan.Dengan suara terisak, dia mencoba menjelaskan, "Sayang, aku dan Nicky cuma teman. Bukan seperti yang kamu pikirkan. Kami nggak melakukan apa-apa ... bisa nggak kamu percaya padaku?""Percaya padamu?" Preston tertawa sinis, kemudian melepaskan genggamannya dengan kasar. Dia bersandar ke sofa dan menatapnya dengan pandangan penuh ejekan."Livy, ucapanmu nggak berarti apa-apa. Lebih baik buktikan dengan tindakan bahwa kamu nggak bisa meninggalkan aku."Livy tertegun. Buktikan? Mengapa dia harus membuktikannya?Dengan hati-hati, dia menyembunyikan pergelangan tangannya yang sakit di balik tubuhnya. Kemudian, dia bertanya dengan suara serak, "Kamu ... nggak ingin aku pergi, bukan?"Livy menatap Pres
Livy hanya menggelengkan kepala dengan senyum pahit.Bergantung pada orang lain hanyalah kesia-siaan. Bahkan Preston yang masih berstatus sebagai suaminya saja bisa bersikap seperti ini padanya. Apalagi jika mereka bercerai nanti, siapa tahu apakah Livy akan menjadi korban balas dendamnya atau tidak.Livy harus fokus membangun kariernya sendiri. Hanya dengan memiliki kekuatan dan kemandirian, dia bisa hidup lebih baik.....Keesokan paginya, Livy bangun lebih awal untuk pergi ke kantor.Sherly sudah mengirimkan laporan perkembangan proyek selama dua hari terakhir. Begitu tiba di meja kerjanya, Livy langsung tenggelam dalam pekerjaannya.Seperti biasa, Ivana datang tepat waktu. Saat melihat Livy, dia terlihat terkejut. "Livy, bukannya kamu lagi sakit? Kenapa baru istirahat satu hari sudah masuk kerja lagi?""Aku sudah merasa lebih baik sekarang, jadi aku masuk. Proyek ini cukup banyak kerjaan, jadi aku nggak bisa terus beristirahat," jelas Livy dengan singkat."Iya juga sih." Ivana meng
Livy tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagaimanapun, ini adalah area umum, jadi melihat orang lewat adalah hal yang wajar. Saat kembali ke mejanya, Sherly baru kembali setelah beberapa waktu.Livy segera berdiri dan bersiap untuk melaporkan perkembangan proyek. Namun, suara salah satu rekan kerja di sebelahnya tiba-tiba terdengar. "Bu Sherly, tadi pakaian yang Anda pakai bagus sekali. Kenapa sekarang ganti baju lagi?"Sherly tersenyum tipis, lalu merapikan rambutnya dengan anggun dan menjawab, "Tadi agak kotor, jadi aku ganti."Setelah itu, dia menoleh ke arah Livy dengan ekspresi lembut dan memberikan komentar yang terdengar penuh perhatian, "Livy, tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Seharusnya kamu istirahat saja di rumah. Aku nggak mau kehilangan salah satu talenta terbaik di departemen sekretaris ini."Ucapan itu segera membuat rekan-rekan lain di sana memandang Livy dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada rasa iri yang tidak bisa disembunyikan.Livy terkejut dan buru-buru berkata, "
Livy terpaku mendengar sindiran terakhir dari rekan kerjanya yang segera diikuti oleh tawa sinis."Berani melakukannya tapi nggak berani mengakuinya, ya?"Salah satu rekan kerja lainnya menarik lengannya dan berkata, "Sudahlah, jangan terlalu keras. Nanti dia atur kita jadi petugas kebersihan seperti yang dilakukannya sama adiknya."Usai bicara, para rekan kerjanya pun pergi.Livy yang kebingungan, menoleh ke Ivana yang masih di sampingnya. "Apa aku melakukan sesuatu yang membuat mereka marah?" tanyanya ragu.Ivana tampak sedikit canggung dan ragu-ragu sebelum akhirnya berkata pelan, "Livy, kamu benar-benar minta bantuan agar Zoey dipindahkan ke departemen pemasaran?"Livy terkejut dan segera bertanya, "Dari mana kamu tahu soal itu?"Ivana menghela napas panjang. "Grup obrolan perusahaan sudah heboh soal itu! Aku yakin kamu punya alasan sendiri dan aku tahu kamu bukan orang seperti yang mereka bicarakan. Tapi sekarang, di kantor ... rumor itu sudah menyebar ke mana-mana."Livy merasa s
Livy mengikuti Bendy ke ruangan Preston. Ekspresi pria itu terlihat kurang baik, tangannya memegang tablet, sepertinya sedang membaca pesan di grup.[ Livy dan Pak Bendy mesra sekali. Livy pasti sangat mencintainya. ]Setelah membaca satu per satu komentar, Preston perlahan-lahan mendongak menatap Livy yang berdiri di depannya. "Apa pendapatmu setelah mendengar orang-orang bilang kamu sangat cocok dengan Bendy?"Wajah Bendy langsung menjadi muram. Fitnah, ini benar-benar fitnah! Bukankah setiap kali dia mencari Livy karena perintah Preston? Dia hanya menjalankan tugas, tetapi foto-foto itu malah digunakan oleh orang lain untuk membuat masalah."Ini ... semua ini cuma kesalahpahaman." Livy menggigit bibirnya, menatap Bendy dengan agak canggung dan berkata, "Pak Bendy, apa kamu bisa meluangkan waktu untuk menjelaskan hal ini kepada semua orang?""Baik, aku akan segera mengurusnya." Setelah berkata demikian, Bendy langsung berlari keluar, khawatir dirinya akan terlibat dalam pertengkaran
Menahan rasa pedih di hatinya, Livy berbalik untuk pergi. Samar-samar, dia mendengar Preston di belakangnya mengangkat telepon.Nada bicaranya tiba-tiba menjadi lembut, bahkan terdengar agak hangat. "Sylvia, aku masih sibuk.""Ya, aku nggak akan lupa."Mendengar sampai di situ, Livy hanya bisa tersenyum getir. Perbedaan antara cinta dan tidak cinta memang sangat jelas.Livy kembali ke kantornya, tumpukan pekerjaan masih menggunung. Dia mengusap perutnya yang mulai terasa lapar, lalu akhirnya memutuskan untuk turun dan mencari sesuatu untuk dimakan.Saat pintu lift terbuka, terlihat beberapa orang dari departemen lain yang masih lembur. Ketika melihat Livy, pandangan mereka menunjukkan penghinaan. Beberapa bahkan mendesaknya ke bagian paling dalam lift, seolah-olah Livy adalah sesuatu yang menakutkan."Itu dia, 'kan?""Ya, benar. Dia nggak terlihat seperti wanita penggoda, tapi trik yang digunakannya sangat hebat.""Hahaha, jangan bicara begitu. Gimana kalau dia dengar nanti?""Biarkan
Kalimat ini benar-benar kejam saat memarahi seorang pria. Chloe sama sekali tidak menjaga harga diri Stanley. Sungguh tajam dan mematikan. Bagaimanapun, pria paling pantang kemampuan ranjangnya dicela.Wajah Stanley sontak memucat, lalu akhirnya menjadi suram. Namun, karena ada orang lain di tempat itu, dia merasa malu untuk marah. Dia hanya bisa menenangkan Chloe dengan nada memelas."Ya sudah, aku tahu kamu cuma main-main di luar untuk membuatku kesal. Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku nggak akan melakukannya lagi. Kalau kamu nggak enak badan, aku akan menemanimu selama dua hari ke depan dan menjadi pelayan pribadimu, oke?"Ugh .... Livy hampir muntah mendengarnya. Untung saja dia sedang lapar, jadi perutnya kosong. Kalau tidak, dia pasti sudah muntah karena mual."Nggak perlu repot-repot. Oh, mantan pacarmu masih ada di sini. Sepertinya dia juga sakit. Pak Stanley, kalau kamu peduli dan menanyakan kabarnya, mungkin kalian bisa balikan lagi," sindir Chloe yang kembali menyerang
Setelah masuk ke mobil, Remis si sopir tampak merasa bersalah. "Maaf sekali, Nyonya. Ini semua salahku.""Ini bukan salahmu. Kamu juga korban dalam kejadian ini. Gimana kondisimu?" tanya Livy dengan nada penuh perhatian.Remis memang terkena imbas karena dirinya. Dengar-dengar dia sempat dipukul keras di kepala, hingga mengalami gegar otak ringan.Awalnya, Keluarga Sandiaga berniat memberi cuti untuk Remis. Namun, dia merasa bersalah pada Livy. Setelah tahu Livy kembali bekerja, dia langsung mengajukan diri kepada Preston agar tetap mengantar-jemput Livy, bahkan melaporkan setiap kali berangkat."Nggak apa-apa, Nyonya. Aku kuat dan sehat. Sekarang sudah jauh lebih baik!" jawab Remis sambil tersenyum."Bagus kalau begitu." Livy mengangguk, lalu mulai mengantuk. Karena jalanan di malam hari cukup sepi, mereka hanya butuh sekitar 20 menit untuk sampai di vila.Livy yang kelelahan ingin langsung tidur, tetapi tetap memaksa dirinya untuk mandi. Saat tubuhnya terendam air hangat, rasa kantuk
Tadinya Bahran ditahan oleh Fonds. Namun, entah dari mana dia mendapatkan kekuatan untuk melepaskan diri dari Fonds dan menyerbu ke hadapan Preston sambil berteriak."Kamu sengaja mau permainkan aku, 'kan? Aku sudah curiga sejak kapan kamu sebaik ini mau datang ke pesta ulang tahunku. Ternyata kamu rencanain semua ini!"Sambil berbicara, Bahran mengangkat tinjunya hendak memukul Preston.Namun, dengan kondisinya yang sudah lemah karena gaya hidup yang berlebihan, kekuatannya jelas tidak sebanding dengan Preston. Preston dengan mudah menghindari serangannya, bahkan sempat membuat Bahran tersandung hingga jatuh tersungkur ke lantai."Dasar anak haram, seharusnya dulu aku nggak ...." Bahran mencoba melanjutkan caciannya, tetapi suaranya langsung terpotong oleh suara berat dan berwibawa yang menggema di ruangan itu."Sudah cukup ributnya? Apa kamu masih nggak cukup malu?!"....Keributan yang terjadi terhenti seketika setelah Tristan muncul. Namun, masalah ini belum selesai. Setelah tamu-t
Tiba-tiba, layar besar di ruangan itu berubah.Di layar, sebuah video mulai diputar dan memperlihatkan wajah yang tidak asing. "Na ... nama saya Margo. Saya sudah bekerja untuk Pak Bahran selama bertahun-tahun. Beberapa hari yang lalu, Pak Bahran memerintahkan saya untuk menjebak istri Pak Preston karena dia nggak suka sama mereka.""Saya ... saya mengaku salah, saya benar-benar salah .... Selain itu, saya juga tahu bahwa Pak Bahran sudah tidur dengan tiga aktris utama dari proyek besar tahun ini. Semuanya adalah hasil kerja saya! Saya punya bukti, tolong lepaskan saya, tolong lepaskan saya!"Video itu terus diputar berulang-ulang dengan suara keras sehingga menarik perhatian seluruh tamu di ruangan. Semua orang sontak terkejut.Bahran adalah orang pertama yang bereaksi. Dengan wajah panik, dia berteriak histeris, "Siapa yang putar ini? Siapa yang melakukan ini? Matikan! Cepat matikan videonya!"Setelah itu, Fonds langsung bereaksi. Dengan amarah membara, dia melepaskan sepatu hak ting
Menghadapi komentar sinis seperti itu, Livy merasa agak canggung. Dia tahu sedikit tentang kepribadian Fonds. Wanita itu terkenal dengan sifatnya yang tegas dan blak-blakan. Namun, dia memegang kendali atas setengah kekayaan Keluarga Darmawan.Oleh karena itu, meskipun Bahran tidak terlalu menyukainya, dia tetap harus menghormati Fonds demi keuntungan perusahaan dan hubungan antara Keluarga Sandiaga dan Keluarga Darmawan.Namun, Livy tidak pernah memprovokasi Fonds. Bahkan, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.Livy menggenggam gelasnya erat-erat. Dia mengangkat kepalanya dan membalas dengan suara yang tetap tenang, "Kak Fonds, aku nggak tahu apa maksudmu. Aku nggak terlalu pandai minum, takut kalau kebablasan aku akan mempermalukan diri sendiri. Jadi, aku memilih menggantinya dengan jus."Temperamen Fonds sangat terus terang. Mendengar ucapan Livy, dia jadi semakin tidak acuh. "Ternyata bukan cuma jago meniduri orang, tapi pandai bersilat lidah juga ya. Preston, seleramu benar-be
Malam ini ....Mungkin semuanya bisa selesai lebih cepat, sehingga Preston masih sempat ...."Jadi, aku mau diet," kata Livy sambil mengunyah perlahan.Padahal salad di hadapannya itu rendah kalori. Namun, dia hanya memakan dua suap sebelum meletakkannya kembali. "Aku nggak mau gemuk, jelek sekali."Di dunia ini, standar kecantikan yang ideal adalah kulit putih, tubuh langsing, dan ramping. Jika berat badannya terus bertambah, dia takut akan dianggap tidak menarik.Baru saja kalimat itu dilontarkan, tatapan Preston yang tajam langsung menusuknya. "Diet bisa merusak kesehatan, kamu nggak tahu itu? Cuma demi menjadi kurus, kamu mau mengabaikan kesehatanmu?"Nada bicara Preston seperti sedang menegur anak kecil yang keras kepala.Livy membuka mulut, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya, dengan suara pelan, dia membalas, "Tapi aku benar-benar gemuk. Lemakku banyak, jadi jelek.""Siapa yang bilang begitu?" Preston menatapnya dengan datar, tatapannya menyapu dari leher ke pinggang L
Tidak jauh dari sana, Preston baru saja turun dari mobil. Dia mengenakan mantel hitam sederhana yang tidak terlalu formal, tetapi auranya yang tegas memberikan kesan wibawa yang tak tertandingi."Baru berapa lama nggak ketemu, Chloe, lidahmu makin tajam saja. Kenapa? Apa akhir-akhir ini Kakak terlalu sibuk sampai nggak sempat mengajarkanmu cara menghormati orang yang lebih tua?"Preston melangkah ke sisi Livy. Nada bicaranya sangat dingin, tetapi memberikan perasaan aman bagi Livy. Dia sedang melindungi Livy.Kesadaran itu membuat semua perasaan tertekan dan cemas yang tadi memenuhi hati Livy langsung mencair. Tanpa sadar, dia menggandeng tangan Preston dengan lembut.Preston menoleh dan melirik sekilas ke arahnya, lalu melanjutkan, "Atau mungkin, kamu terlalu asyik main sampai lupa tata krama dan nggak tahu tempat?"Wajah Chloe langsung memucat. Dengan susah payah, dia memasang ekspresi aneh, "Paman, aku tadi cuma bercanda sama Bibi. Aku tahu hubungan kalian sangat baik, tentu nggak
Dengan penampilannya seperti itu, Zoey berpikir bahwa mungkin Bahran bisa menjadikannya seorang aktris terkenal di masa depan. Jika itu terjadi, dia tidak perlu lagi bekerja di Grup Sandiaga dengan gaji hanya beberapa juta, apalagi harus menerima sikap dingin dari Livy.Memikirkan hal itu, Zoey sudah menyusun rencana dalam benaknya.Livy yang memperhatikan perubahan ekspresi Zoey, bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya. Setelah sekian lama menghadapi sikap Zoey yang tidak tahu malu, Livy bahkan mulai bisa memprediksi langkah berikutnya."Zoey, Bahran sudah menikah!" seru Livy. Apakah Zoey benar-benar tidak tahu malu sampai sejauh ini? Namun, mengingat Zoey tahu Preston sudah menikah tetapi tetap mencoba mendekatinya, hal ini mungkin bukan hal baru.Zoey mendengus, "Livy, jangan pura-pura suci di depanku! Kamu bisa sama Preston sekarang juga karena kamu menggodanya duluan, 'kan?"Livy mengerutkan bibirnya dan nada bicaranya tetap dingin, "Aku beda sama kamu. Satu hal lagi, jangan gu
Mengikuti kepala pelayan itu, Livy berjalan menuju pintu depan vila. Namun, sosok yang dilihatnya di sana benar-benar di luar dugaan. Ternyata itu Zoey!Di depan pintu, Zoey berdiri dengan dandanan lengkap. Gaun malam mewah yang dia kenakan jelas menunjukkan harganya yang tidak murah.Melihat Livy, Zoey segera melambaikan tangan dengan ramah dan berkata dengan antusias, "Aku sudah bilang, 'kan? Aku kenal sama Nyonya keempat kalian!"Setelah itu, Zoey tersenyum lebar pada Livy, lalu berkata, "Kakak, kenapa kamu nggak nunggu aku sebelum masuk?"Ekspresi Livy penuh tanda tanya. Kenapa dia harus menunggu Zoey?Sebelum Livy bisa memproses apa yang sedang terjadi, Zoey sudah mendekat dan mengaitkan lengannya di tangan Livy dengan akrab.Wajahnya berseri-seri sambil berkata, "Bukannya kamu bilang mau bawa aku ketemu sama keluarga suamimu hari ini? Ah, kamu malah masuk sendiri. Apa kamu masih marah sama adikmu ini?"Livy langsung memahami apa yang sedang direncanakan Zoey. Maksudnya sudah sang
"Sayang, kamu belum pulang? Pesta ulang tahun Bahran malam ini …."Sebelum Livy menyelesaikan ucapannya, dia dipotong oleh suara seorang wanita, "Preston, aku … aku sudah bisa berdiri!" Suara Sylvia terdengar penuh kebahagiaan. Tak lama kemudian, terdengar suara seperti seseorang hampir terjatuh, diikuti oleh seruan panik Preston, "Hati-hati!"Lalu, telepon tiba-tiba terputus. Mendengar bunyi nada sibuk di telinganya, Livy terdiam.Sylvia bisa berdiri lagi?Tentu saja, sejak kecelakaan Sylvia beberapa tahun lalu, Preston telah mengerahkan teknologi medis terbaik dan mengirim Sylvia ke luar negeri untuk menjalani perawatan. Bahkan David pernah mengatakan bahwa jika Sylvia menjalani terapi pemulihan dengan baik, dia memang memiliki kemungkinan untuk berdiri kembali.Jika Sylvia benar-benar bisa berdiri lagi, sebagai istri kontrak Preston, apakah itu berarti Livy harus menyerahkan posisinya? Entah kenapa, rasa takut dan enggan tiba-tiba memenuhi hati Livy.Dalam keadaan linglung, dia bar
Preston mengirim pesan.[ Ada yang kamu suka? ]Livy tidak mengerti, apa sebenarnya maksud Preston?Apakah karena kemarin dia tidak menemani Livy berbelanja, jadi dia membiarkannya memilih sebuah gaun malam sebagai bentuk kompensasi? Namun, mengapa semua gaun itu justru memiliki gaya yang mirip dengan selera Sylvia?Setelah memikirkannya sejenak, meskipun merasa tidak nyaman, Livy tetap menahan perasaannya dan membalas pesan itu.[ Pak Preston, kenapa ngasih aku gaun malam? ]Preston segera membalas.[ Rabu ini pesta ulang tahun Bahran, pilih satu gaun untuk hadir bersamaku. ]Pesta ulang tahun Bahran? Mengapa dia harus pergi? Apakah Preston lupa bahwa belum lama ini Bahran mencoba berbuat hal yang tidak pantas padanya? Livy masih ingat betul bagaimana dia terluka parah, bahkan hampir mengalami hal yang lebih buruk ....Dengan pikiran itu, Livy membalas pesan tersebut dengan penolakan.[ Aku nggak mau pergi. ]Livy mengira Preston akan memahami alasannya, tetapi balasan Preston membuat