Share

Bab 263

Penulis: Dania Zahra
Tatapan Preston semakin dalam dan dingin. Ekspresi Livy yang terlihat begitu tersakiti dan tulus, seolah-olah semua ini hanyalah fitnah yang dilontarkan oleh orang lain, membuatnya terlihat sangat meyakinkan.

Namun, fakta-fakta yang ada di hadapannya. Baik soal Erick dan Nicky, maupun Stanley, membuat Preston tidak bisa sepenuhnya percaya.

Livy tidak bisa disebut sebagai istri yang patuh dan setia. Entah semua ini memang murni kesalahpahaman, atau dia sebenarnya pandai menyembunyikan sisi buruknya.

Saat Preston mengingat setiap kali Livy berpura-pura tidak mengenali Stanley, rasa percaya dirinya semakin menguat bahwa Livy sengaja menyembunyikan hubungan mereka. Karena perasaan bersalah, dia terus menutupi kenyataan!

"Pak Stanley." Suara dingin Preston tiba-tiba terdengar, membuat Stanley yang mengira masalah sudah selesai langsung menggigil ketakutan.

"Pa-Paman Preston, silakan bicara ...."

Nada Preston terdengar datar, tetapi mengandung ancaman yang menusuk.

"Chloe baru saja mengalami
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 264

    Namun, bahkan dalam keadaan seperti ini, Preston yang dibutakan oleh rasa cemburu tetap tidak melepaskan Livy. Dengan satu tangan, dia menarik Livy ke tempat tidur."Jadi, Livy, apa sebenarnya yang membuatmu terus memikirkan Stanley? Apa menikah denganku hanya keputusan yang kamu ambil dengan impulsif?"Preston tahu betul bahwa pernikahan mereka adalah sesuatu yang terburu-buru, dimulai dari sebuah kontrak. Namun, mendengar ucapan Stanley tentang masa lalu manis mereka, Preston tidak bisa mengendalikan kekacauan emosi yang bergejolak di dalam dirinya.Kekesalan.Kemarahan.Kekecewaan.Ketidakpuasan.Semua itu menumpuk menjadi satu, membuatnya kehilangan seluruh logika. Yang ada di pikirannya hanyalah memastikan Livy benar-benar menjadi miliknya sepenuhnya!Sementara itu, Livy yang sudah terlalu lelah menghadapi tuduhan dan fitnah, merasa emosinya meledak hingga tak tertahankan lagi.Matanya memerah, air mata mengalir tanpa henti dari sudut matanya, dan hidungnya ikut memerah. Dia terli

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 265

    Ciuman kasar Preston bergerak turun dari bibir Livy yang memucat hingga ke bawah .... Ketika tangan besarnya mencengkeram pinggang Livy dengan keras hingga membuatnya mengerang pelan karena rasa sakit, Livy refleks mencoba mendorong Preston menjauh."Jangan ...," ucapnya pelan, terdengar hampir seperti sebuah permohonan.Masih ingin menjaga diri untuk Stanley?Preston tertawa dingin, lalu melepaskannya seketika. Sorot matanya penuh penghinaan dan amarah. Dalam sekejap, semua hasrat di dirinya lenyap."Jangan pernah mikir soal perceraian, Livy. Kamu seharusnya tahu apa akibatnya kalau kamu berani melawanku!"Brak!Pintu kamar ditutup dengan keras, meninggalkan Livy yang memeluk tubuhnya sendiri penuh dengan luka dan bekas rasa sakit. Air mata mengalir deras, membasahi wajahnya yang terlihat begitu terpukul.Keesokan paginya, saat Livy turun ke ruang makan, Preston tidak terlihat di mana pun.Tina meliriknya beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu-ragu. Akhirnya, dia h

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 266

    Tidak peduli apa yang dipikirkan Preston, Livy sangat membutuhkan pekerjaan ini. Selain itu, dia sudah menghabiskan masa mudanya di Grup Sandiaga dan merasa punya hubungan istimewa dengan tempat ini. Semua bukan semata-mata demi Preston.Livy memaksakan senyuman kepada Sherly dan berkata, "Aku paham. Terima kasih banyak atas bantuannya, Bu.""Nggak masalah, kita satu departemen. Semoga kita bisa saling membantu ke depannya." Sherly tersenyum datar dan memberi peringatan, "Tapi, aku tetap harus mengatakan satu hal. Sepertinya kamu telah membuat Preston marah. Kalau ada waktu, coba cari kerjaan di tempat lain.""Grup Sandiaga memang bagus. Tapi, kalau kamu nggak bisa bertahan di sini, setidaknya siapkan jalan mundur untuk diri sendiri.""Baik, terima kasih atas nasihatnya, Bu." Wajah Livy semakin pucat. Dia tahu betul betapa besarnya kekuasaan Preston. Jika benar-benar dipecat, Livy merasa dia tidak akan bisa bertahan di ibu kota."Livy, ada apa? Kenapa tiba-tiba Pak Preston ...." Ivana

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 267

    Jadi, Livy langsung menelepon Tina. "Bi, malam ini aku akan tinggal di kantor. Aku nggak pulang.""Kenapa begitu?" Tina terdengar sangat cemas. "Aduh, meskipun perusahaan milik keluarga, kamu nggak boleh kelelahan. Nanti malah sakit.""Nggak masalah, Bi. Akhir-akhir ini aku merasa tubuhku sangat baik, nggak apa-apa." Livy menenangkan Tina.Segera, Livy kembali memeriksa angka-angka di depannya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Livy menoleh, melihat Bendy berdiri di depan pintu.Suaranya agak canggung. "Bu Livy, kamu masih belum pulang?""Ya, masih ada kerjaan yang belum selesai," sahut Livy."Kalau begitu ...." Bendy menghela napas, lalu maju dan menyerahkan sebuah dokumen kepada Livy. "Dokumen ini cukup mendesak. Awalnya Pak Preston mau minta Bu Sherly untuk mengaturnya, tapi Bu Sherly bilang kamu masih di kantor. Jadi, Pak Preston menyarankan agar kamu yang mengerjakannya saja."Preston .... Apa dia merasa pekerjaannya masih belum cukup banyak? Pikiran Livy yang tadinya suda

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 268

    Tingkah laku Sylvia yang seperti istri sah ini membuat Livy agak bingung. Apa salahnya dia mencari Preston di malam hari? Di waktu seperti ini, seharusnya suaminya berada di sisinya, 'kan?Meskipun Preston mencintai Sylvia, Livy tetap adalah istri sah Preston. Sikap Sylvia ini sepertinya agak berlebihan.Selain itu, jika mereka memang ingin bersama dengan terang-terangan, Sylvia bisa saja menyuruh Preston membatalkan pernikahannya dengan Livy. Dengan demikian, bukankah hubungan mereka bisa sah? Kenapa harus berbelit-belit begini?Melihat data yang jelas-jelas salah di depannya, Livy tidak ingin berpikir terlalu banyak. Dia mencoba menenangkan emosinya dan segera berkata, "Aku ingin mengonfirmasi data dengan Pak Preston.""Preston, Bu Livy bilang ada urusan pekerjaan denganmu." Suara Sylvia terdengar agak menjauh.Kemudian, Livy mendengar suara kartu yang sedang dimainkan dengan jelas. Livy merasa dirinya benar-benar seperti badut.Preston sedang bersenang-senang dengan wanita cantik, s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 269

    Xavier mengerutkan alisnya dan menggoda dengan nada santai, "Sylvia, kamu 'kan adikku, kenapa terus membela Preston? Kemari, duduk di sampingku.""Kak, masa kamu cemburu sama Preston?" Sylvia terkekeh-kekeh.Xavier tidak melanjutkan pembicaraan. Saat hampir selesai, Xavier dan Preston pergi membayar tagihan."Preston, saat kamu menikah, aku di luar negeri dan belum sempat mengucapkan selamat." Wajah Xavier tampak tulus.Meskipun belum pernah bertemu dengan wanita itu, Xavier yakin wanita itu tidak buruk. Lagi pula, sahabatnya yang sudah lama menjomblo ini tiba-tiba memutuskan untuk menikah."Nggak apa-apa," sahut Preston. Mengenai masalah pernikahan kontrak, dia tidak ingin terlalu banyak orang tahu. Kalau sampai terdengar oleh Tristan, pasti sulit untuk menghadapinya."Ada sesuatu yang harus kutanyakan." Xavier berbicara lagi, tetapi kali ini terdengar ragu. "Apa perasaanmu terhadap Sylvia?"Preston menjawab tanpa ragu, "Sylvia telah berjasa padaku. Aku sangat berterima kasih atas apa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 270

    Preston memanggilnya? Apa dia tidak puas dengan dokumen kemarin? Livy merasa agak tertekan.Kenapa harus dikumpulkan kemarin malam, sementara Preston jelas-jelas tidak berniat untuk memeriksa dokumen itu kemarin malam? Bukankah dia baru memeriksanya pagi ini? Preston malah memintanya untuk lembur.Karena Preston adalah bos yang menggajinya, Livy hanya bisa menahan kekesalannya dan segera mengiakan. Kemudian, dia masuk ke lift dengan terburu-buru.Setibanya di depan ruangan Preston, sebelum masuk, Livy sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam. "Preston, apa maksudmu?"Suara itu tidak asing bagi Livy, itu adalah suara Bahran."Kamu ingin menindasku ya! Kamu tahu berapa kerugian yang akan kutanggung karena kamu menahan dua drama besar ini? Jangan kira karena Ayah mendukungmu, kamu bisa bertindak semaunya! Kamu cuma anak haram!"Kemudian, terdengar suara Preston yang dingin. "Aku melakukannya demi Keluarga Sandiaga. Setelah kedua drama itu tayang, kamu pikir kamu dan dua aktris itu ma

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 271

    Hubungan Livy dan Stanley membuat Preston merasa sangat tidak nyaman sampai sekarang. Malam itu, Preston sebenarnya berniat untuk bicara dengan baik-baik, tetapi wanita itu meneteskan air mata dengan cerdik, membuatnya terlihat seperti pihak yang bersalah.Namun, bagaimanapun Livy masih istri sahnya dan Preston sangat terobsesi pada tubuhnya. Jika Livy sedikit memanjakannya dan menyelesaikan masalahnya dengan Stanley, Preston tidak akan sengaja menyulitkannya dalam hal pekerjaan.Namun ... Livy yang ada di depannya jelas tidak berpikir demikian. Dia mengira Preston sedang mengancamnya. Dia mengira Preston sedang memberi peringatan bahwa dia masih istri sahnya. Jadi, jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan semudah ini, dia bukan hanya akan dipecat, tetapi juga akan dibuang. Ketika saat itu tiba, hidupnya benar-benar akan hancur.Dengan ekspresi bingung, Livy menggenggam berkas di tangannya dengan semakin erat. "Baik, aku mengerti. Aku akan menyerahkan berkasnya sebelum besok sore."Sete

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status