Share

Pemberian Billy

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-08 10:26:32

Vivian berdiri di samping Billy yang tengah asik memilih pakaian wanita di toko busana. Dalam hati, Vivian merasa heran dan penasaran dengan pilihan tamunya tersebut.

Sementara itu, Jhones yang berdiri di pintu toko hanya bisa menatap keheranan pada Billy dan Vivian. Tangan Vivian sudah penuh dengan pakaian yang dipilih Billy. Setiap kali Billy menemukan pakaian yang menarik perhatiannya, ia akan mengambilnya dan melemparkannya ke arah Vivian yang berusaha keras untuk tidak menjatuhkan tumpukan pakaian tersebut.

"Hitung semuanya!" perintah Billy pada pelayan toko yang segera mengangguk dan menjawab dengan sopan, "Baik, Tuan."

Vivian mencoba untuk menahan rasa penasarannya. "Pria ini kenapa memilih banyak pakaian wanita," gumamnya dalam hati, sambil melirik Billy yang tampak serius dalam memilih pakaian.

Billy lalu berhenti sejenak dan menoleh ke Vivian yang sedang berjuang dengan tumpukan pakaian di tangannya. Ia tersenyum simpul, seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Vivian.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Bagaimana kalau Menjadi Wanitaku?

    Vivian menatap nanar ke arah Celine, "Apakah Papa masih hidup?" tanyanya dengan suara bergetar. Celine meneguk minuman yang dicangkirnya, ia tidak tahu apakah harus menjawab pertanyaan putrinya itu. Kemudian ia meletakkan kembali cangkirnya ke piring. "Papamu dan Mama telah berpisah saat kamu baru diculik tidak lama. Rumah tangga yang kami jalani mulai berubah setelah kamu hilang. Papamu sering mengamuk saat pulang sehingga menyalahkan Mama atas kehilangan dirimu. Kemudian kami memilih berpisah," ungkap Celine dengan nada sayu. Vivian menundukkan kepalanya, tangannya mencengkeram erat-erat rok yang dikenakannya. "Jadi, Papa tidak mencari aku selama ini?" tanyanya dengan suara hampir tak terdengar. "Kami melakukan segala cara agar menemukanmu, Melapor polisi, menempel postermu di mana-mana. Hari demi hari berlalu kami tetap tidak putus asa. Sehingga tiga bulan berlalu. Papamu mulai berubah. Dia jarang pulang dan lebih sering bersama temannya di luar. Mama sangat sedih...Tapi, mama

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Billy Bersama Wanita Malam

    Vivian mendorong Billy dengan kekuatan yang cukup untuk melepaskan pelukannya yang tiba-tiba. "Tolong jaga sikapmu, Tuan!" ujar Vivian sambil menjaga jaraknya dari pria itu, wajahnya tampak merah padam karena emosi. "Kamu masih merindukan dia setelah dia mengkhianatimu? Untuk apa kamu harus mencintai seorang pria yang di hatinya sudah ada orang lain," ujar Billy dengan nada mencemooh, seolah-olah dia tahu apa yang ada di dalam hati Vivian. "Bukan urusanmu," sahut Vivian dengan dingin, ingin segera meninggalkan tempat itu agar terbebas dari tatapan Billy yang mengejek. Namun sebelum Vivian bisa melangkah pergi, Billy kembali menahan tangannya. "Aku akan pastikan kamu menerimaku dalam waktu dekat ini, dan melupakan dia," ujar Billy dengan yakin, matanya menatap tajam ke dalam mata Vivian yang kini berbinar dengan amarah. "Tidak akan terjadi sama sekali!" jawab Vivian yang menepis tangan Billy dan meninggalkan kamar itu.Billy tersenyum sinis melihat wanita itu pergi begitu saja," Li

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Mencurigai Billy

    Wanita itu dengan tersenyum dan menjawab," Tentu saja aku akan memuaskanmu, karena Tuan adalah pelanggan kami."Rekan bisnis Billy lainnya tersenyum sinis," Tuan Maxwel, Anda bisa menikmatinya sampai puas. Mereka adalah anak baru dan layak menjadi teman ranjangmu." ucap pria sambil meneguk minumannya."Layani saja mereka semua dalam satu malam, Maka, aku akan membayarmu," kata Billy yang menunjukan ke arah anggotanya yang berdiri di sana.Wajah wanita itu berubah pucat saat mendengar kata-kata Billy. Ia menatap sejumlah 8 orang anggota Billy yang berdiri dengan tatapan yang menggoda dan menakutkan sekaligus. Keringat dingin mulai mengucur deras di dahinya. "Tuan, jangan bercanda!" ujar wanita itu dengan suara yang gemetar, berusaha untuk tersenyum seolah-olah itu hanya sebuah lelucon. Billy tidak bergeming. Ia justru menoleh ke arah rekan-rekannya yang ditemani wanita malam lainnya, "Tuan Maxwel, apakah Anda tidak suka dengan dia? Kalau tidak suka, kita bisa cari yang lain," tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Menolak Billy

    Vivian menghela nafas sejenak saat membawa hidangan dan sebotol minuman ke kamar Billy. Ia berusaha menjaga ekspresi wajahnya agar terlihat seperti biasa dan tidak canggung. Sementara Billy sedang duduk di meja kerjanya, fokus menatap laptop dan beberapa berkas yang dipegangnya erat. "Tuan, hidangan telah disediakan. Silakan!" ucap Vivian dengan sopan. Ia kemudian berbalik, melangkah menuju pintu kamar untuk keluar. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Billy terdengar. "Siapa yang memintamu keluar?" tanya Billy tanpa menoleh dari laptopnya. "Apakah ada pesanan lain, Tuan?" tanya Vivian dengan suara yang sedikit gemetar. Ia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa canggungnya.Billy akhirnya menutup laptopnya dan menatap Vivian dengan tajam. "Kamu belum memberitahu aku keputusanmu," ujarnya dengan nada serius. Vivian menelan ludah, merasa jantungnya berdegup kencang. Ia tahu bahwa keputusan yang diambilnya akan sangat menentukan nasibnya ke depan. "Maaf, Tuan. Tidak ada keputusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Reaksi Bryan

    Marcus menunduk dan cemas dengan emosi yang diluapkan atasannya itu."Tuan, Aku sadar aku sudah salah. Kedepannya tidak akan menyentuh barang itu lagi," ujar Marcus sambil berlutut dengan wajah lesu.Billy mendekati pria itu dengan tatapan aura membunuh," Kenapa kau tidak mati saja, Dengan perlakuanmu seperti itu...apakah masih layak menjadi asisten kasino? Jangan lupa asal usulmu dari mana. Kau hanya mantan narapidana yang tidak memiliki apa pun," ketus Billy.Tak lama kemudian Jhones melangkah masuk ke kamar atasannya," Tuan," sapanya dengan sopan.Billy membuka penutup botol dan menuangkan minuman ke gelas beningnya," Dengar baik-baik! Pria tua ini dipindahkan ke bagian luar. Tanggungjawabnya adalah mengawasi kasino bersama bodyguard lainnya!" perintah Billy dengan tegas." Kalau dia tidak mampu usir saja!" lanjut Billy tanpa basa basi."Iya, Tuan," jawab Jhones.Marcus hanya bisa menerima keputusan atasannya, Ia menghela nafas dan tidak berdaya.Sementara Lina, dengan wajah pucat p

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Semakin Pulih

    Malam itu, Bryan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, mulai merasakan sensasi aneh pada jarinya. Setelah hampir sembilan bulan lumpuh, ini merupakan kemajuan yang luar biasa. Dokter Cale dan Emily, terpana melihat perubahan ini. "Ini adalah kabar baik, Bryan akhirnya berhasil melewati masa kritis. Dia akan perlahan membaik," ucap dokter Cale dengan senyum dan penuh harapan. "Benar sekali! Ini adalah petanda baik. Bryan, kau hebat!" kata Emily yang tak bisa menahan kegembiraannya. "Bryan, sembilan bulan kamu melawannya. Usahamu tidak sia-sia!" tambah Dokter Cale sambil menepuk bahu Bryan yang masih lemah. Bryan yang masih berbaring diam hanya bisa mendengar dan mengedipkan matanya. Hatinya bersorak, tapi tubuhnya masih belum mampu meresapi perasaan bahagia yang sedang menguasai ruangan itu. Emily menggenggam tangan Bryan erat, memberikan dukungan dan kehangatan yang selama ini Bryan butuhkan. "Aku akan selalu menemanimu hingga kamu pulih sepenuhnya, Aku yakin kamu kuat da

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Billy Melamar Vivian

    Malam telah tiba dan Vivian baru saja selesai bekerja. Dengan langkah ringan, ia meninggalkan hotel tempatnya bekerja dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya yang tidak terlalu jauh dari sana. Angin malam menyapu wajahnya, memberikan sensasi dingin yang menenangkan. Kota yang indah di malam hari menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Cahaya lampu yang bersinar dari setiap gedung tinggi di Jerman, menciptakan suasana yang megah dan mempesona. Vivian terpesona oleh keindahan kota ini, tetapi pikirannya tidak bisa lepas dari kenangan masa lalu. Sambil melangkah, matanya tertuju pada sebuah hotel yang dulunya pernah ditempati bersama Bryan, mantan suaminya. Semakin lama ia menatap hotel itu, semakin dalam perasaannya tenggelam dalam kenangan bersama Bryan. "Kenapa aku masih tidak bisa melupakan dia, Sudah sekian lama kami berpisah. Aku benar-benar bodoh," gumam Vivian dengan suara lirih. Vivian menghentikan langkahnya sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan mengusir b

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Selidiki Data Musuh

    Vivian menatap cincin itu dengan fokus, bukan lamaran Billy yang membuatnya terharu. Akan tetapi, pernikahan sederhana tanpa undangan bersama mantan suaminya yang ia rindukan."Pernikahan yang tidak seharusnya, semuanya telah berlalu," gumam Vivian.Mata Billy menatap tajam pada wanita itu, Seolah mengetahui apa yang ada dipikiran Vivian."Apakah dia masih merindukan mantan suaminya? Bryan Anderson, walau kau sudah menghilang bersama wanita lain. Vivian masih saja merindukanmu," gumam Billy.Billy menghampiri Vivian yang sedang duduk di seberangnya dengan perasaan gugup. Dia mengambil cincin yang berada di atas meja dan menempatkannya di telapak tangan Vivian yang lembut. "Simpan dulu cincin ini, Vivian. Kamu masih punya waktu untuk mempertimbangkannya. Tidak usah sekarang," ucap Billy dengan lembut.Mata Vivian memandang Billy dengan ragu, "Andaikan perasaanmu masih terluka, biarkan aku yang menyembuhkannya. Kalau kamu ingin menangis, aku akan meminjamkan bahuku untukmu," lanjut Bil

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-10

Bab terbaru

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status