Share

Kemarahan Ronald

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2024-03-10 11:51:39

Charlie mengulurkan tangannya hendak memeluk Vivian, namun Vivian langsung menepis tangan Charlie dengan gerakan cepat.

"Apakah tidak boleh memelukmu?" tanya Charlie dengan suara yang lembut.

"Tidak boleh!" jawab Vivian yang melirik tajam ke arah suaminya.

"Bukankah sangat aneh, kita adalah pasangan suami istri. Tapi, aku bahkan tidak diizinkan memeluk istri sendiri?" gerutu Charlie sambil menghela napas panjang.

Vivian menatap Charlie dengan tatapan tajam, "Karena kamu bukan suami pilihanku," ujarnya dengan nada tegas. "Lain hari, lain waktu, lain tahun, lain bulan, jangan coba-coba menyentuh aku lagi! Aku tidak ingin hamil lagi!" sahut Vivian, kesal dan melangkah menjauhi Charlie.

"Ini hanya pelukan, tidak mungkin bisa hamil," balas Charlie dengan santai, mencoba meredakan suasana.

"Mana aku tahu kalau kamu memiliki jurus lain untuk menghamiliku lagi," ujar Vivian, mengerutkan kening sebelum masuk ke dalam mobil yang telah menunggu.

Charlie hanya bisa menggelengkan kepalanya sa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sindia Sindi
saya sangat suka cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Ronald Dengan Vivian

    Malam hari.Kediaman Jenderal.Vivian berdiri tegak di tengah kamar yang luas, matanya menatap tempat tidur yang baru saja dibeli oleh suaminya, Charlie. Dia merasa tak nyaman dengan pemikiran bahwa dia harus berbagi tempat tidur itu dengan lelaki yang sebenarnya tidak dia cintai. "Apa kamu tidak sabar lagi mengunakan tempat tidurnya sehingga dari tadi kamu berdiri di sini dan hanya menatapnya?" tanya Charlie dengan nada sinis, sambil tersenyum tipis. "Aku tidak ingin tidur denganmu, Lebih baik aku tidur di lantai atau sofa," jawab Vivian tegas, wajahnya memerah. Charlie mendekati Vivian, menatapnya dalam-dalam. "Jangan lupa anakku ada di dalam perutmu, Jadi, kalian tidak boleh tidur di lantai," ujarnya.Vivian mengepalkan tangan, menahan amarah yang sedang memuncak. "Tidak masuk akal sama sekali, Ini adalah perjanjian awal. Sekarang kamu mengingkari perjanjian itu dan memaksa aku untuk tidur bersamamu," katanya dengan nada kesal."Baiklah, Aku sengaja membeli yang berukuran besa

    Last Updated : 2024-03-10
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Perdebatan Vivian dan Ronald

    "Lahirkan anak itu dan pergi! kami yang akan menanggung semua biayanya, Akan tetapi, kamu tidak layak menjadi menantu keluarga kami," ucap Ronald dengan nada ketus, membuat Vivian terkejut dan merasa terhina. Vivian merasa ingin menangis, namun dia berusaha menahan air matanya. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Ronald. Di saat yang sama, Charlie tiba-tiba berdiri di antara mereka, menarik Vivian ke sampingnya dan berhadapan langsung dengan ayahnya. "Siapa yang memintamu ikut campur urusan rumah tanggaku," kata Charlie dengan nada tegas, melindungi Vivian dari tekanan yang diberikan oleh ayahnya. "Charlie...," ucap Ronald dengan nada kesar, mencoba mengendalikan emosinya. Namun, Charlie tetap bersikap tegas dan tidak mau ayahnya mengintervensi kehidupan rumah tangganya. Charlie menatap tajam ayahnya dengan kecaman,"Sudah ku katakan, Jangan coba-coba ikut campur," jawab Charlie."Apakah dia adalah papanya Charlie? Kalau memang dia, berarti dia adalah Perdana Menteri

    Last Updated : 2024-03-10
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Hasil Laporan Medis Milik Seseorang

    "Maaf, Tuan. Saya tidak mengerti di mana kesalahan saya," ucap Alena dengan suara lirih, hampir tak terdengar. Dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan Charlie, namun jantungnya berdebar kencang, takut akan kemarahan majikannya"Tidak tahu? Kamu sengaja menyuruh Vivian keluar agar dia menerima hinaan dari Perdana Menteri. Aku bukannya tidak tahu niatmu dari awal. Hari itu kamu yang menyuruhnya masuk ke kamarku. Padahal kamu sudah tahu kalau aku tidak pernah mengizinkan siapa pun yang masuk ke kamarku. Untuk apa kamu melakukan itu?" tanya Charlie dengan nada sedikit tinggi "Saya hanya ingin membimbingnya, Tuan. Tidak ada niat lain," jawab Alena dengan alasan.Dengan tatapan tajam Charlie mengatakan,"Aku tidak peduli apa yang ada di pikiranmu, Kamu perlu ingat! Jangan coba-coba melakukan hal yang sama! Vivian sekarang adalah istriku. Tugasmu menjaganya dengan baik dan hati-hati. Kalau sampai terjadi sesuatu padanya aku tidak akan ragu mencabut nyawamu!" kecam Char

    Last Updated : 2024-03-10
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Perdebatan Vivian dan Elena

    "Vivian sudah menjadi istrimu, Sepertinya dia harus mengetahuinya."saran Micheal.Charlie menghela napas panjang dan meletakan dokumen itu ke atas meja,"Belum saatnya, Kami baru menikah. Aku tidak ingin mengejutkan dia," jawab Charlie."Menurutmu, Apa mungkin dia berani melakukan itu? Ini adalah satu kesalahan besar dan tidak bisa dimaafkan," tanya Micheal."Saat itu dia sudah buta karena mengenal wanita lain, Apa yang tidak bisa dia lakukan demi kepentingan sendiri," jawab Charlie."Charlie, mungkin saja kamu harus mempertimbangkan lagi. Apa mungkin dalam kediaman yang kalian tempati dulu ada orang lain yang pantas dicurigai? Saat itu begitu banyak orang keluar masuk. Seperti pelayan rumah tangga, para pejabat yang datang bertemu dengan perdana menteri. Mungkin saja kita bisa mencurigai mereka.""Tidak ada alasan aku mencurigai mereka, Karena mereka tidak memiliki alasan untuk menyakiti seseorang yang bukan musuh mereka," jawab Charlie dengan tegas, matanya menatap ke arah Michael.

    Last Updated : 2024-03-10
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Penyerangan di Tengah Jalan

    Elena langsung terdiam dan menunduk," Maaf, Tuan. Kami tidak bertengkar," ucap Elena dengan sopan.Charlie melirik tajam pada wanita itu dan kemudian menatap istrinya," Vivian, apa kamu baik-baik saja?" tanya Charlie dengan penuh perhatian."Aku tidak apa-apa," jawab Vivian. Charlie yang telah mendengar pertengkaran mereka sejak tadi, Dirinya hanya diam dan sudah memahami sikap istrinya yang bisa menghadapi Elena.Restoran termewah di kota LA.Seorang pria bertato di bagian leher serta wajahnya terdapat bekas luka pisau. Pria itu memiliki tatapan tajam sedang memandang ke arah seorang pria yang berlutut di hadapannya.Ia ditemani oleh beberapa anggota berpakaian serba hitam sedang berdiril mengelilinginya."Bos, Maafkan aku. Aku mohon padamu... beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan melakukan yang terbaik." Pria itu ketakutan hingga gemetar di sekujur tubuhnya.Pria itu memegang cangkir minuman dan berkata, "Aku tidak ada alasan memberimu kesempatan, Kamu sama sekali tidak berguna,"

    Last Updated : 2024-03-10
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Charlie Vs Pembunuh

    Malam itu, langit tampak gelap dan mendung. Angin berhembus kencang, menambah ketegangan suasana. Di tengah kegelapan, terdengar suara sekelompok pembunuh yang mengejek Charlie Parkitson. "Charlie Parkitson, Malam ini hari kematianmu!" teriak salah satu pembunuh dengan nada sinis, sambil mengepalkan tangannya. "Tunjukan kehebatan kalian," balas Charlie dengan tenang, tak terpengaruh oleh cemoohan mereka. Wajahnya penuh keteguhan dan keberanian. "Aku penasaran, Apakah Jenderal kita sangat tangguh seperti yang dikatakan orang," ujar pembunuh itu sambil tersenyum licik, kemudian mengeluarkan senjata tajam dari balik jubahnya. Melihat itu, Charlie menghela nafas, lalu membuang pistol yang ada di tangannya. Ia memilih untuk menggunakan pisau belati sebagai alat senjata melawan musuh-musuhnya. Kilatan tajam belati itu terlihat mengancam di balik kegelapan malam. "Tuan..." ucap Andrew, anak buah Charlie yang melihat aksi atasannya. Wajahnya tampak cemas, namun tak berani untuk mencegah.

    Last Updated : 2024-03-11
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertarungan Charlie

    Masih belum puas dengan pembalasan yang telah ia berikan, Charlie mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya dan menikamnya tepat di jantung pembunuh ke-4, memastikan tak ada lagi nyawa yang tersisa di tubuh pria itu. Seketika itu juga, pembunuh ke-4 terkapar tak berdaya."Aahh!" Sesaat kemudian lawannya tewas dengan satu tikaman yang menembus jantungnya."Serang dia!" perintah Pembunuh 7 dengan suara keras dan tegas. Segera, Pembunuh 6, 7, 8, serta Pembunuh 9 dan 10 bahu-membahu melancarkan serangan mematikan kepada lawan mereka, Charlie. Charlie, dengan sigap dan lincah, berusaha menghadapi serangan dari kelima pembunuh itu. Di tengah pertarungan sengit, keringat mengucur deras membasahi wajah dan leher Charlie. Penglihatannya mulai buram, namun dengan tekad kuat, ia berusaha berdiri tegap dan menyembunyikan kelemahannya dari lawan-lawannya. Sepuluh pembunuh itu melancarkan serangan bersamaan kepada Charlie. Mereka mengayunkan senjata tajam mereka, berusaha menancapkan ujung-uju

    Last Updated : 2024-03-11
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Charlie Terluka

    Pembunuh itu semakin ketakutan saat melihat senyuman lawannya. Tidak terlihat sedikit pun ia sedang menahan sakit."Sudah ku katakan, kalian bukan siapa-siapa bagiku," ujar Charlie mencabut pisau itu. Semakin deras darah yang keluar dari tubuhnya tidak membuat sang Jenderal menjadi lemah.Charlie membuang pisau itu ke jalan, "Berapa tikaman lagi yang ingin kamu lakukan?" tanya Charlie."Jangan bunuh aku! Aku hanya menerima bayaran dan ikut perintahnya saja," ujar pembunuh itu yang memundurkan langkahnya."Baiklah, Sampaikan pesanku padanya! Lain kali kalau masih ingin membunuhku kirim pembunuh yang lebih tangguh. Kalian hanya seekor semut di mataku," kata Charlie yang melempar pisau itu ke jalan.Pembunuh itu gugup dan berdiri dengan kedua kakinya yang lemas,"A-aku boleh pergi?""Tidak berguna aku membunuhmu, Hanya membuang waktuku. yang aku inginkan adalah kepala bosmu itu," jawab Charlie dengan santai dan masuk kembali ke dalam mobilnya.Beberapa saat kemudian mereka meninggalkan lo

    Last Updated : 2024-03-11

Latest chapter

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status