Share

5. Pria sinting

Author: Ade Tiwi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau!" kaget Reva spontan menunjuk ke arah Artan yang juga kaget saat melihatnya.

Wajah Reva mengeras menahan amarah yang ingin meledak-ledak saat melihat wajah pria yang tempo hari memanfaatkannya. Reva menoleh ke arah Johan yang ekspresinya tak bisa di tebak.

"Apa maksudnya semua ini pak Johan?" tanya Reva marah. "Coba jelaskan padaku, kenapa pria ini ada disini?!"

Suara Reva yang nyaring nyaris mengalihkan perhatian seluruh pengunjung cafe lainnya. Reva tak peduli jika kali ini ia menjadi pusat perhatian kembali seperti tempo hari.

"Nona Reva, tenang dulu." kata Johan berusaha menenangkan suasana.

"Tidak!" tolak Reva seraya mengambil tasnya yang ada di meja.

"Aku membatalkan semuanya, pak Johan bisa mencari Mak comblang lainnya untuk mencari pasangan pria ini!" kata Reva menolak kerjasama Johan sembari kembali menunjuk ke arah Artan.

"Permisi," pamit Reva dan buru-buru ingin pergi secepatnya dari situ.

Dengan gerakan cepat Artan menahan kepergian Reva dengan menarik rambut panjang wanita itu yang di kucir satu, tarikan rambut Artan yang kuat membuat suara pekikan kesaktian Reva.

"Awwwhh! Lepas!" bentak Reva merasa kesakitan.

"Tidak!" tolak Artan cepat melepaskan tangannya yang menarik rambut Reva.

Reva memegangi kepalanya yang terasa sakit, rasanya rambut Reva seakan rontok semua. Belum sempat Reva merasa tenang, Artan mencekal lengannya dan langsung melangkah sambil menyeret Reva pergi dari cafe itu.

"Hei, Artan, tunggu!" jerit Johan kalang kabut melihat temannya itu yang langsung menyeret Reva.

Johan ingin mengejar Artan tapi sayangnya ia di hadang oleh pelayan cafe yang meminta bill pesanan minuman yang tadi di pesan Aldi dan Reva. Johan mendesah kesal seraya mengambil dompetnya, mengeluarkan lembaran uang tunai berwarna merah sebanyak dua.

Reva meronta-ronta berusaha melepaskan cekalan tangan Artan yang kuat, sayangnya pria itu tak mempedulikannya dan tetap melanjutkan langkahnya.

Setelah di depan mobilnya yang ada di parkiran, Artan langsung membuka pintu mobil dan dengan cepat memasukkan tubuh Reva kasar.

"Awhh!" ringis Reva kesakitan karena Artan mendorong kasar tubuhnya agar masuk ke dalam mobil.

Artan masuk ke dalam mobil di bagian kursi kemudi, menghidupkan mesin mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

"Pria gila!" maki Reva saat mobil sudah berjalan membelah jalanan.

Artan hanya menanggapinya dengan senyuman sinis serta kekehan.

Reva yang sebal melihat tampang Artan pun memilih mengurut lengannya yang terasa sakit. Benar-benar pria yang sedang menyetir ini mengalami gangguan jiwa, Reva saja bahkan belum mengenalnya. Tapi, dengan santainya pria ini bertindak sesuka jidatnya.

Reva menatap ke arah jalanan yang entah mengarah kemana, ia tidak tahu akan dibawa kemana dirinya sama pria gila ini.

"Apa dia ingin menculikku?" batin Reva bertanya-tanya dengan gerakan bola mata yang was-was mengamati setiap gerak-gerik sekitarnya.

******

"Turun!" titah Artan setelah sampai dan membuka bagian sisi mobil yang Reva duduki.

"Tidak mau!"

Artan mendesah lelah dan sekali lagi ia mencekal lengan Reva seraya menyeretnya keluar.

"Lepas! Ini sangat sakit bodoh!" kembali Reva memaki dan meronta-ronta.

"Aku sudah memperingatimu tadi, tapi kau menolak untuk menurut bukan?" sahut Artan enteng.

"Kau memang pria gila! Sakit jiwa!"

Artan tak membalas segala rentetan umpatan Reva dan tetap lanjut menyeretnya sampai di depan pintu rumah megah bercat kuning seperti keemasan.

Reva tercengang melihat rumah mewah yang begitu sangat cantik dan besar. Bahkan sangking kagumnya, mulut Reva menganga lebar.

"Ini rumah siapa?" tanya Reva saat Artan melepaskan cekalan tangannya, dan mengambil kunci di dalam saku jas kerjanya.

Reva melupakan niatnya yang tadi berusaha lepas dari cekalan Artan, dan ia hanya diam saja saat Artan kembali mencekal lengannya seraya menyeretnya masuk ke dalam rumah mewah itu.

Artan menghempaskan tubuh Reva ke sofa empuk yang ada di ruang tamu rumahnya. Reva kembali meringis merasakan sakit saat Artan menghempaskan dirinya meskipun sofa itu lembut.

"Apa?!" tanya Reva galak saat melihat tatapan mata Artan yang menatapnya lekat.

"Ternyata kau bekerja sebagai mak comblang?"

"Ya."

"Aku terkejut," ungkap Artan, ia melipat kedua tangannya di dada.

"Tapi, aku tidak akan pernah mau menjadi Mak comblang untukmu."

"Kenapa?" tanya Artan menyipitkan matanya bingung.

"Karena kau pria gila yang seenaknya melakukan apa saja sesuka udelmu."

"Hah? Udel?" ulang Artan merasa asing dengan kata itu.

Reva menyentak bangkit berdiri ingin pergi, dan lagi-lagi dengan cepat Artan menghalanginya. Kali ini Artan menghalangi menggunakan tubuhnya.

"Mau kemana kau?"

"Aku mau pulang dodol!"

"Enak saja, kita belum juga memulai perjanjian soal urusan kerjasama itu."

"Sudah aku katakan cari mak comblang lain, aku sibuk." lagi Reva menolak.

Di dorongnya dada Artan agar bergerak mundur, bukannya mundur malah tubuh Artan tak bergerak se-inci pun dengan dorongan kedua tangan Reva.

Ya Tuhan! dadanya keras sekali. batin Reva takjub.

Artan mengamati tatapan Reva yang mengarah ke dadanya, tersenyum Artan saar melihat tatapan mata Reva yang tak beralih sedikit pun pada dadanya.

Dengan iseng Artan membuka jas kerja beserta dasinya, Reva melihat semua pergerakan Artan dengan antusias.

Tangan Artan yang jahil bergerak ke arah kemeja putih dan berniat ingin membuka kancing kemeja putih itu. Tapi, suara dering ponsel Artan mengalihkan semuanya. Artan mengambil ponselnya yang ada di saku jas kerjanya yang tergeletak di lantai.

"Johan?" gumam Artan seraya menggeser layar kecil berwarna hijau.

"Artan, kau dimana!!" teriak Johan di sebrang telepon. Artan bahkan harus sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya, suara jeritan Johan menyumbat indera pendengarannya.

"Aku di rumah," sahut Artan kalem.

"Kembalikan Reva!" teriak Johan lagi.

Reva? Maksudnya Mak comblang ini? batin Artan bertanya-tanya.

Ia menatap Reva yang juga membalas tatapannya dengan sengit. Seketika ide liciknya muncul dan langsung mematikan sambungan telepon sepihak.

Related chapters

  • Mak comblang with the boss   6. Perjanjian

    "A—apa yang mau kau lakukan?!" tanya Reva was-was seraya melangkah mundur ke belakang saat melihat Artan yang melangkah maju mendekatinya sembari membuka kancing kemeja putihnya satu persatu.Artan tersenyum sinis memperhatikan gerak-gerik si Mak comblang ini yang ketakutan."Berhenti!" cegah Reva semakin kalut saat kemeja putih itu telah terlepas dari tubuh Artan.Kini, pria itu bertelanjang dada di hadapan Reva yang sekarang dapat melihat jelas bagian atas tubuh Artan yangnaked."Kenapa?" tanya Artan enteng. "Kau takut nona, Mak comblang?" Reva mendengkus sebal mendengar panggilan Artan padanya."Apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Reva langsung dan tak ingin berbasa-basi lagi. Kelamaan bersama Artan membuatnya ingin muntah dengan segala tingkah polanya."Memperkosamu.""Eh!" Reva berjengit kaget. "Kau gila!""Ya, aku gila, d

  • Mak comblang with the boss   7. Gegara ponsel

    Reva tampak sibuk mencarikan kandidat wanita sebagai calon pasangan Artan, ia membagikan informasi mengenai seorang pria tampan yang ingin mencari pasangan lewat website dan situs seluruh jejaringan media sosial miliknya dan media sosial milik akun resmi jasa Mak comblang mereka.Tak lupa juga Reva memasukkan foto Artan agar semakin meningkatkan minat para wanita yang ingin menjadi kandidat. Terbukti hal itu memang benar, baru sepuluh menit Reva membagikan informasi itu. Sekarang banyaknya yang wanita yang berminat sebagai calon pasangan Artan Narendra.Reva mendengkus kesal melihatnya. Wanita-wanita ini begitu heboh dan ricuh berbondong-bondong untuk menjadi calon pasangan pria songong plus sakit jiwa itu.Tidak bisakah mereka tak hanya melihat dari wajah saja? Hmm, apa yang terjadi jika mereka sudah melihat langsung sosok yang sedang mereka kagumi saat ini? Seketika Reva tertawa jahat, hahaha.Reva melir

  • Mak comblang with the boss   8. Kandidat pertama

    "Dimana wanitanya?" bisik Artan di telinga Reva.Saat ini mereka berdua tengah di cafe yang menjadi tempat janjian bertemu atau tempat kencan Artan dengan salah satu wanita yang menjadi kandidat pertama."Mungkin sebentar lagi dia sampai," sahut Reva yang masih fokus pada layar ponselnya.Artan mendengkus sebal, berapa lama lagi mereka harus menunggu si wanita ini? Sudah cukup lama mereka menunggu, inilah hal yang paling di benci Artan. Satu kata ini yang sangat membosankan, Artan benar-benar sangat benci yang namanya menunggu.Biasanya di kantor ia yang di tunggu-tunggu para bawahannya, dan sekarang untuk hal seperti ini harus ia sendiri yang menunggu.Awas saja kalau wanitanya jelek ataupun tak sesuai kriteria idamanku. Akan ku telan hidup-hidup nih Mak comblang.batin Artan mengomel."Sebentar ya," pamit Reva bangkit berdiri namun tangannya di cekal Artan.

  • Mak comblang with the boss   9. Are you kidding me, boss?!

    Reva mengumpati layar ponselnya yang menyala, saat ini Johan tengah menghubunginya karena Artan yang meminta. Perasaan Reva mengatakan tak enak hingga ia ragu-ragu untuk mengangkat panggilan telepon dari Johan."Hallo?" sapa Reva akhirnya mengangkat juga panggilan Johan setelah ia berpikir panjang."..........""Apa? K—kenapa bisa pak Jo?" kaget Reva setelah mendengar ucapan Johan di seberang telepon.".............""B—baik, saya akan segera kesana." kata Reva seraya mematikan sambungan telepon."Shittt!" umpat Reva segera bangkit berdiri merapikan pakaian dan penampilannya.Aldi yang sejak tadi duduk di sofa sembari bermain gamesnya pun menoleh ke arah Reva yang tampak panik dan bersiap pergi kembali."Kenapa lo Re? Mau pergi lagi?" tanya Aldi yang langsung di angguki Reva."Iya, gue ada janji temu sama pria

  • Mak comblang with the boss   10. First kiss & anu

    "A—apa pak? Bapak bercanda ya nyuruh saya duduk disitu?" kata Reva berusaha tenang menanggapi Artan yang gila."Siapa yang bilang aku bercanda? Aku serius, dan kemarilah." lagi, Artan menepuk kedua pahanya.Dia gila atau apa? Menyuruhku untuk duduk diatas pangkuannya, benar-benar stress! Pria sakit jiwa!dengkus Reva dalam hatinya."Haha, bapak bisa aja. Itu namanya tindakan tidak sopan pak Artan." kekeh Reva berusaha tetap bersikap manis di depan Artan."Oh, kamu mau aku yang kesitu ya? Baik." Artan bangkit berdiri dari duduknya."Eh, bu—bukan gitu pak." Reva gelagapan melihat reaksi Artan yang kini berjalan mendekatinya. Reva menegakkan badannya dan lebih memilih berdiri. Ia melangkah mundur ke belakang."Lalu, bagaimana maksudmu sekarang ini? Aku menyuruhmu untuk duduk disitu tapi kau tidak mau, dan sekarang aku yang ingin duduk disini kau juga

  • Mak comblang with the boss   11. Kebersamaan Artan & Reva

    "Hoaamm," Reva kembali menguap.Terhitung ini sudah yang ketiga kalinya wanita itu menguap karena rasa bosan dan kantuk yang melanda. Bayangkan, hampir sudah tiga jam lamanya Reva duduk di sofa memperhatikan Artan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.Rasanya Reva serba salah dibuat Artan, ia ingin pulang tetapi pria itu melarangnya. Artan menyuruhnya untuk menunggu sampai dirinya selesai pada pekerjaannya. Alhasil, Reva mati kebosanan menunggu Artan sampai selesai."Berapa jam lagi aku harus menunggumu, pak?" tanya Reva dengan mata berair menahan kantuk.Artan menghentikan fokus pada laptopnya, ia melirik ke arah Reva seraya sedikit membetulkan letak kacamatanya yang tampak miring."Kau bertanya sampai kapan menungguku selesai?" Reva mengangguk."Kalau begitu jawabanku, masih lama." kata Artan tersenyum dan kembali fokus pada pekerjaannya."Huaaaa!!!" jerit Reva frustasi. "Kalau begitu biarkan aku pulang wahai bapak Artan Nare

  • Mak comblang with the boss   12. Panggil aku boss

    Aku merasakan nyaman dalam tidurku, aku merasa bebas menggeliatkan badanku kesana-kemari. Rasanya sangat empuk, tidak seperti saat di rumahku. Kasur ku saja terasa sangat keras dan sempit untuk ku tiduri sendirian, tidak seperti sofa ini.Sofa?Eh, sebentar! Kenapa rasa sofa ini berbeda sekali saat tadi pertama ku tiduri. Tidak selembut seperti sekarang ini, aneh.Karena rasa penasaranku yang besar, ku buka dengan sangat perlahan sekali kedua mataku. Hal pertama yang ku tangkap setelah aku membuka mataku adalah sebuah ruangan seperti kamar yang sangat indah."Kamar siapa ini?" tanyaku kaget. "Dimana aku ini? Kenapa aku bisa disini?"Ku jelajahi setiap sudut ruangan ini, tapi tetap saja aku merasa asing.Apa aku diculik?Tempat ini terasa aneh dan asing bagiku, kalaupun memang aku sedang diculik, lalu kenapa si penculik itu tidak mengikat tangan dan kaki ku seperti di film-film?Hhh, seketika jiwa-jiwa aktingku meron

  • Mak comblang with the boss   13. Bakso & hujan

    "Bang Muis, pesan baksonya dua mangkuk ya." kataku pada bang Muis si penjual bakso langganan ku."Siapp non Reva," jawabnya seperti biasa dengan semangat yang luar biasa.Aku duduk di kursi plastik yang memang di sediakan bang Muis setiap kali ada pembeli yang ingin makan disini. Bang Muis memang biasa mangkal di sekitaran sini, sayangnya satu kesalahan bang Muis yaitu tidak menyediakan tenda untuk para pembeli. Jadi, ketika makan kita akan langsung di suguhkan pemandangan langit di atas.Setiap kali aku ingin makan bakso, maka pelarianku adalah bang Muis. Pria dengan postur tubuh berisi dan tidak terlalu tinggi ini sangat ramah sekali, kulit sawo matang yang hampir mendekati busuk itulah yang semakin menambah daya eksotis dan ciri khasnya.Kata orang, orang hitam itu manis. Ya mungkin itulah sebabnya, hitamnya bang Muis bekerja."Bos, duduk disini." kataku menepuk kursi satu lagi yang ada di sampingku."Tidak ada tempat duduk ya

Latest chapter

  • Mak comblang with the boss   67. Ekstra part

    Keluarga Reva tak menyangka jika hari ini bakal bertemu dengan calon besannya, kedua orang tua Artan memaksa anaknya itu untuk membawa mereka bertemu dengan orang tua Reva.Artan tersenyum geli melihat sang mama yang awalnya ogah-ogahan dengan hubungan ia dan Reva. Tapi, kini mamanya itulah yang malah terlihat sangat antusias menyambut hubungan mereka. Bahkan kini mama Artan sudah ngebet dan tak sabar menunggu hari pernikahan mereka tiba."Halooo calon besan," sapaan hangat mama Artan pada orang tua Reva, sedangkan papa Artan sendiri hanya menyunggingkan senyumannya menyapa kedua orang tua Reva.Mama Artan mendekat dan memberikan kecupan di kedua pipi ibu Reva sembari memeluknya. Sungguh perlakuan manis yang dapat menghangat hati calon besannya."Putraku sudah menceritakan semuanya, mengenai perjalanan kisah cintanya dengan Reva. Jadi, kapan kita menentukan hari pernikahan mereka?" kata mama Reva tersenyum mengedipkan mata sebagai kode.

  • Mak comblang with the boss   66. Dia kekasihku (2)

    Artan dengan santai merangkul pundak Reva yang kini semakin gemetaran dan mencengkeram erat kemeja putih milik Artan yang melekat di tubuhnya. Kedua orang tua Artan mendelik menyaksikan anak dan wanita yang di akui sebagai kekasih putranya."Artan, apa yang kamu katakan? K—kekasih?" tanya mama Artan tergugu dengan ucapan anaknya tadi."Mama, papa, ayo masuklah terlebih dahulu. Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian berdua." ucap Artan lembut."Tidak!" penolakan tegas mamanya. "Kami berdua tidak sudi masuk jika wanita jalang penghangat ranjang kamu masih disini.""Dia bukan jalang mama!" sentak Artan dengan suara yang mulai meninggi. "Dia kekasihku, namanya Revalda.""You lie! Kami tidak percaya dengan ucapanmu." mama Artan semakin murka, kembali menatap sengit ke arah Reva dari bawah sampai ke atas."Lihatlah dia, apakah pantas untuk disebut sebagai wanita baik-baik. Penampilannya sungguh memprihatinkan, dan sangat di sayangka

  • Mak comblang with the boss   65. Dia kekasihku

    Setelah sampai di kota, Artan menyuruh Johan untuk mengantarkan dan mengurusi segala keperluan keluarga Reva selama tinggal disini. Johan mengangguk patuh dan mengantarkan keluarga Reva ke villa milik Artan.Sementara untuk Reva, Artan meminta izin pada kedua orang tua Reva agar mengizinkan putrinya untuk tinggal bersamanya dan berjanji tidak akan berbuat macam-macam sampai tiba hari pernikahan mereka. Orang tua Reva tersenyum mengangguk dan mengizinkan, mereka percaya pada Artan sepenuhnya."Selamat datang di apartemenku!" jerit Artan ketika sampai di apartemennya, membuka pintu dan mempersilakan Reva masuk dengan hormat.Reva tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya, cukup tercengang melihat apartemen Artan yang indah. Reva berjalan sambil matanya tetap terus memperhatikan setiap sudut apartemen Artan."Kau suka?" tanya Artan sambil mendekap memeluk tubuh Reva dari belakang.Reva merasakan nyaman dan hangat dengan lekukan Artan

  • Mak comblang with the boss   64. Kembali ke kota

    Reva dan Artan sudah memutuskan untuk kembali ke kota siang ini juga, sudah cukup berlama-lama Artan bersantai-santai seperti seorang pengangguran yang tak ada kerjaan. Banyak segala tanggung jawab Artan yang tertunda selama ia di kampung Reva, kini ia mau tak mau dengan berat hati harus kembali ke kota untuk mengurusi bisnisnya yang hampir nyaris ia tinggalkan. Dan selama itu pula Artan menyerahkan segala urusan kantornya pada Miko, sepupunya.Kemarin Miko mengubunginya dan ngomel-ngomel karena Artan yang lupa diri, berjanji mengatakan pada Miko jika ia menyerahkan segala semua urusan tanggung jawab perusahaannya pada Miko selama seminggu. Tapi, ini jauh dari kata menepati janji yang Artan ucapkan.Miko juga punya perusahaan sendiri yang harus pria itu pikirkan dan kelola. Artan berdoa semoga saja masalah ini tak sampai ke telinga kedua orang tuanya.Tadi, Reva awalnya sempat menolak untuk kembali ke kota dan menyuruh Artan pulang ke kota bersama Johan se

  • Mak comblang with the boss   63. Resmi pacaran (2)

    "Heh, kalian berdua di tanya juga kok malah saling pandang senyum-senyum. Menyebalkan!" gerutu Aldy merasa kesal, pasalnya baik Artan maupun Reva tak ada yang menjawab dengan pasti pertanyaannya.Reva terkikik, "kenapa memangnya Al? Kau terlihat sangat penasaran sekali.""Oh, ya jelas aku sangat penasaran sekali. Aku penasaran, gimana sih gaya orang pacaran yang awal pertemuannya di awali dengan pertengkaran dan kebencian?" goda Aldy yang langsung membuat wajah Reva dan Artan merah padam.Ya, siapa yang tidak tahu mengenai hubungan Reva dan Artan sebelumnya. Dan, siapa juga yang tidak tahu bagaimana interaksi yang terjalin di antara keduanya yang sering kerap kali beradu mulut.Aldy saja masih ingat dengan jelas di ingatannya, merasa geli dan lucu jika sekarang kedua orang tersebut menjadi sepasang kekasih.Apakah mereka bisa rukun? Atau malah semakin adu mulut terus?Artan melangkah mendekati Reva, merangkul pundak wanita

  • Mak comblang with the boss   62. Resmi pacaran

    Setelah kepergian Niken yang akhirnya mau di antarkan oleh Aldy dan Deva. Kedua pria itu kembali pada sore hari hampir menjelang malam dengan keadaan yang sangat lelah.Reva mengambilkan air untuk adik dan temannya tersebut, keduanya bersandar lelah di kursi ruang tamu."Capek?" tanya Reva yang di angguki lemah keduanya."Siapa suruh untuk berbuat usil mengerjai orang lain." kata Reva mengomeli kedua pria itu yang tampak sekarat karena kelelahan.Aldy menatap tajam Reva, "tapi kalau tidak kerena keusilan aku, Johan dan Deva. Maka selamanya kalian berdua tak akan pernah mau saling mengungkapkan perasaan kalian masing-masing. Iya, kan?" sindir Aldy.Reva berdeham dan membuang pandangannya ke arah lain. Merasa malu atas sindiran Aldy namun ia juga merasa berterima kasih pada ketiga pria itu yang berhasil membuat ia dan Artan saling menyatakan cinta."Ah ya, dimana pria itu?" tanya Aldy celingukan mencari seseorang."Siapa?" Reva ik

  • Mak comblang with the boss   61. Rencana Aldy, Johan dan Deva

    "Surprise!" jerit penuh kehebohan Johan, mengalihkan perhatian dari delikan mata Reva dan Artan.Aldy melirik ke arah Johan lalu ia ikut-ikutan menjerit heboh seperti Johan. "Yuhuuu, surprise! Selamat ya Artan dan Reva yang akhirnya sama-sama saling menyatakan cinta.""Yoyoyo, akhirnya rencana kita bertiga sukses untuk membuat kedua manusia bego ini mengakui perasaannya dengan jujur dan saking terbuka." ucap Johan menepuk dadanya bangga."Eh, kok bertiga sih?" elak Aldy tak terima."Tentu bertiga lah, Deva kan ikut dalam rencana kita juga.""Ya, aku tahu, tapi bocah itu baru tadinya kita komplotin buat kerjasama."Pada akhirnya Johan dan Aldy saling berdebat panjang hanya karena mempermasalahkan Deva. Istri dan anak Johan pun ikut dalam diskusi mereka. Reva dan Artan saling tatap, bingung dengan maksud kedua pria yang tengah berdebat itu.Satu-satunya orang yang lebih sangat bingung adalah Niken, perempuan itu sunggu

  • Mak comblang with the boss   60. Tadaaa! Kejutan!!!

    Reva terus menyesap bibir tebal dan merah alami milik Artan yang terasa dingin, pria itu termasuk pria yang merokok walaupun jarang tapi anehnya Artan memiliki bibir yang berwarna merah alami.Sengaja Reva menggoda bibir Artan yang sedang di cumbunya saat ini, dan Reva harus merasa kecewa menerima reaksi Artan yang hanya berdiam diri bagaikan patung.Reva yang sudah tak tahan harus menahan kakinya yang menjinjit pun terpaksa melepaskan ciumannya. Menatap dengan sorot kecewa karena pada kenyataannya Artan tak membalas ciumannya, yang itu artinya berarti Artan mencintai Niken.Niken sendiri tampak tersenyum senang dengan hati yang bersorak gembira. Menatap sinis Reva yang begitu pede sekaligus lancang mencium kekasih orang lain.Rasakan itu! batin Niken mengumpati Reva.Reva merasakan malu dengan hati yang hancur karena rasa kecewa, rasanya Reva ingin menghilang dari hadapan mereka berdua saat ini juga. Tapi rasanya itu tidak mungkin dan sangat

  • Mak comblang with the boss   59. Kemarahan Reva

    Aldy tersenyum mengekori Reva berjalan di belakangnya, tadi Reva meminta Aldy untuk bicara berdua sebentar. Reva berhenti melangkah ketika mereka sudah di halaman belakang rumahnya."Ada apa Re?" tanya Aldy tersenyum.Plaaakkk.Satu tamparan cukup kuat mendarat mulus di pipi kiri Aldy, Reva menatap Aldy nyalang penuh kemarahan."Selama ini, kau menganggap hubungan persahabatan kita seperti apa?" tanya Reva lirih.Aldy merasakan kebas pada pipinya yang di tampar Reva tadi, menatap tak percaya pada sahabatnya yang baru saja menamparnya."Reva ada apa denganmu? Kenapa kau menamparku?" Aldy tak menjawab pertanyaan Reva dan cenderung balik bertanya alasan kenapa Reva menamparnya."Jawab pertanyaanku Al, kau menganggap hubungan persahabatan kita selama ini tuh apa?" ulang Reva menuntut jawaban Aldy."Aku tidak mengerti, apa sebenarnya maksudmu? Tiba-tiba saja kau mengajakku untuk mengobrol berdua denganmu, lalu dengan tiba-tiba

DMCA.com Protection Status