"Ternyata kamu memang suka hujan ya, dasar pecinta hujan." katanya seraya menoel hidung mancungku.
Aku membelalakkan mataku masih tidak percaya dengan kehadirannya. dia ada disini?!
"A—Aldy." panggilku lirih, sedikit kecewa karena ternyata yang ku harapkan tak sesuai kenyataan.
Tiba-tiba diriku mengharapkan jika Artan mengacaukan kencannya kali ini dengan mbak Niken. Aku berharap saat ada seseorang yang memayungiku saat ini adalah Artan yang menyusul kepergianku.
Tapi keinginan hanyalah tinggal harapan semu, kenyatannya bahwa saat ini yang memayungiku dari air hujan adalah Aldy, sahabatku.
"Kenapa? Kaget ya ada aku disini?" tanyanya tersenyum.
Tunggu! Sejak kapan Aldy merubah panggilan di antara kami yang awalnya lo gue jadi aku dan kamu?
"Nanti akan ku jelaskan, sekarang ayo kita pulang." ajak Aldy meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
Aku yang masih belum berpikir jernih pun mengikuti langkahnya, dan masuk ke d
Mobil Aldy berhenti di warung ceker pedas milik bu Asna, tempat favorit kami ketika ingin makan ceker pedas. tak hanya ceker saja, bu Asna juga menjual makanan lainnya seperti mie sop, bakso, dan lain-lain.Syukurlah hujannya mulai reda ketika kami sampai, aku dan Aldy jalan bersisian memasuki warung bu Asna.Ketika kami masuk, tak banyak para pengunjung yang datang. Mungkin karena bukan malam minggu kali ya.Aku dan Aldy memilih duduk di bangku pojokan, tempat yang memang kami sukai ketika datang kemari. Bu Asna yang melihat kedatangan kami pun menghampiri kami."Reva, Aldy, apa kabar?" tanya bu Asna memeluk tubuhku.Uhm, pelukannya seperti biasa. Pelukan seperti seorang ibu yang tengah memeluk anaknya, itu yang aku rasakan tiap kali bu Asna memelukku."Kami baik bu, ibu apa kabar?" jawabku sekaligus bertanya balik mengenai kabarnya."Ibu juga baik sayang," bu Asna tersenyum. Kemudian beliau beralih memeluk tubuh Al
"Aku menyerah!" teriak Aldy meraih gelas es teh manisnya kemudian meminum menenggaknya hingga tandas."Yeaayy! Yuhuuu!" euforia ku tak terelakkan lagi.Aku sangat senang, sangat bahagia karena berhasil mengalahkan si songong Aldy yang akhirnya menyerah sendiri."Jangan senang dulu, aku menyerah karena aku mengalah padamu agar kau senang." ucapnya yang masih saja songong."Dih, alasan yang keren." sahutku kesal mendengarnya.Aku yang kepedasan pun juga meraih gelas es teh manisku, menenggaknya cepat namun tak sampai tandas. Bersyukur sedikit mengurangi rasa pedas di dalam mulutku, rasanya bibirku menebal membengkak merah efek pedas."Hadiahnya mana?" tuntutku meminta hadiah atas kemenangan yang ku raih lewat tantangan malam ini."Hadiah?" ulang Aldy mengernyit. "Siapa yang mengatakan jika ada hadiah untuk pemenang?""Aissh! Astaga Aldy! Kau sengaja mempermainkan diriku ya." dengkusku memasang wajah cemberut."
Aku ingin mengumpati Reva saat ini juga ketika wanita itu mengatakan ingin pamit undur dari hadapan kami berdua. Ku lirik wanita yang bernama Niken itu tampak tersenyum senang karena kini tinggallah kami berdua.Aku ingin berlari mengejar kepergian Reva, ingin ku cegah Mak comblang itu dan kembali menyeretnya lagi untuk duduk di kursi yang kami tempati.Tapi, suara Niken menghalangi langkahku yang ingin mengejar Reva."Kamu ingin kemana?" tanya Niken menatapku yang sudah berdiri dengan penuh tanda tanya.Aku melongos mendengar pertanyaan Niken, ingin menjawabnya jika aku hendak mengejar Reva. Aku menoleh ke arah pintu cafe dimana Reva sudah tak terlihat. Shitttt!Aku melangkahkan kakiku berjalan menyusul Reva, ku hiraukan teriakan Niken yang memanggil-manggil namaku. Tak mempedulikan tatapan mata para pengunjung lainnya.Saat sudah sampai di depan pintu cafe, mataku mendapati Reva yang tengah bersama seorang pria. Aku ingin mendekati m
Hari ini Reva tidak ada jadwal klien baru untuknya, sehingga Reva memilih ikut untuk menemani Aldy yang sedang berjanji temu dengan klien wanitanya.Lagi-lagi tempat janji temu dilakukan di cafe, namun bukan cafe yang biasanya mereka datangi. Cukup lama mereka menunggu tapi klien Aldy belum datang, membuat Reva lama-lama jadi jenuh juga."Apakah masih lama?" tanya Reva bosan seraya mengaduk-aduk minuman yang di pesannya."Dia bilang sebentar lagi datang." beritahu Aldy melirik arlojinya yang melingkari lengan kirinya."Kenapa? Kau bosan menunggu?"Reva mengangguk. "Kalau tau gitu lebih baik aku tidak ikut kamu Al."Aldy terkekeh mendengarnya. "Kan, aku tidak ada mengajak ataupun memaksamu untuk ikut denganku.""Nah itu, aku juga menyesalinya, kenapa bisa aku menawarkan diri untuk ikut denganmu. Huffftt!" Reva menghembuskan nafas kesalnya."Ya sudah, kalau begitu kamu pulang saja sekarang. Takutnya kamu akan tambah b
Reva menelan air liurnya kasar ketika mengatakan kebohongan demi kebohongan yang keluar begitu lancar dan mulus dari mulutnya. Aldy sendiri masih syok dengan apa yang di ucapkan sahabatnya ini, tapi sebisa mungkin ia menyamarkan ekspresi kaget dan gugupnya itu.Mengalihkan kegugupannya Aldy meraih sebelah tapak tangan Reva yang ada di meja. Menggenggamnya lembut memberi ketenangan untuk Reva efek syok."Ya, itu benar, kami berpacaran." ucap Aldy menatap ke arah Reva dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya.Reva tersenyum kaku membalas senyuman Aldy, ia mengucap syukur karena akhirnya Aldy mengerti kode darinya. Hal itu semakin memperkuat sandiwara mereka, Aldy ikut turut andil dalam permainan rencana Reva."Waah, selamat!" kata Niken nyaris berteriak saking senangnya."Sudah berapa lama?" tanya Artan dengan raut wajah yang sangat mengerikan.Reva dan Aldy saling tatap, kedua mata mereka seakan memberi kode bertanya-tanya atas
Aku sangat bersyukur karena Aldy membantu diriku yang hampir terjatuh akibat kedua lututku yang terasa lemas karena syok mendengar ucapan Artan. Bagaimana tidak syok? Pria itu dengan entengnya mengajak double date pada kami, OMG!Niat hati ingin bersandiwara agar hari ini cepat selesai tapi kenapa malah berakhir panjang seperti ini. Belum lagi sempat aku berpikir jernih, tiba-tiba Aldy menjawab menyetujui ajakan double date dari Artan.Ya Tuhan! Rasanya aku mulai gila sekarang! Apa-apaan kau Aldy?!Ingin ku berteriak di depan Aldy sekarang juga, memaki serta memukulinya brutal. Tapi aku masih waras untuk tidak melakukan itu saat ini di depan dua manusia ini.Ciihh, kenapa aku jadi sewot begini, kedua telingaku rasanya panas mendengar kencan mereka sukses. Padahal sebelumnya aku mendoakannya dan terkabul, seharusnya aku senang bukan? Tapi, kenapa aku merasa tak terima dan disini terasa sesak dan sakit sekali. Aku menyentuh dadaku, merasakan denyutan
Aku menunggu dengan antusias film yang sebentar lagi akan di putar, ku lirik sekilas Reva yang tengah tertidur dengan kepala menempel lekat di bahu pria itu yang katanya adalah kekasihnya.Aku mencibirkan bibirku kesal, entah kenapa aku tak terima mendengar pengakuan mereka. Firasatku mengatakan jika itu suatu kebohongan, tapi aku tidak bisa langsung memastikannya. Bisa saja perasaanku ini hanya firasat belaka.Tersentak kaget aku saat merasakan sebuah kepala bersandar di bahuku. Ku lirik ke kiri dan aku menemukan Niken yang tengah bersandar di bahuku. Hmm, apakah ia tertidur?Aku menggerakkan tanganku berniat memindahkan kepalanya, tapi niat itu tak jadi ku lakukan ketika suara Niken berseru melarangnya.Huffftt, ternyata wanita ini tidak tidur. batinku menghembuskan nafas kesal."Maaf, aku kira kamu tidur." bisikku di telinganya.Ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arahku, "jadi, jika aku tertidur, apakah kamu marah kalau aku meny
Selesai menonton, kedua pasangan itu pulang ke rumah masing-masing. Artan mengantarkan Niken, dan Aldy mengantarkan Reva. Kini mereka sudah sama-sama masuk ke dalam mobil masing-masing.Masih jelas terbayang di benak Artan dan Reva mengingat kejadian di dalam bioskop tadi. Dimana Artan yang menenangkan Niken dengan penuh rasa perhatian dan ke-khawatiran, dan dimana Aldy yang juga melakukan hal sama pada Reva.Artan dan Reva sama-sama menghembuskan nafas kasarnya di tempat yang berbeda. Artan yang fokus menyetir menatap jalanan depan, dan Reva yang fokus menatap ke arah luar dari jendela kaca mobil.Keheningan terjadi antara dua pasangan itu, mereka sama-sama larut dalam pemikiran masing-masing. Aldy yang mengerti situasi suasana mood Reva pun lebih memilih diam.Jauh dari dalam benak Aldy sangat menyakini jika Reva jatuh cinta pada pria yang bernama Artan itu. Hal yang sama pun Aldy dapati dari ekspresi dan bahasa tubuh Artan yang tampak kesal
Keluarga Reva tak menyangka jika hari ini bakal bertemu dengan calon besannya, kedua orang tua Artan memaksa anaknya itu untuk membawa mereka bertemu dengan orang tua Reva.Artan tersenyum geli melihat sang mama yang awalnya ogah-ogahan dengan hubungan ia dan Reva. Tapi, kini mamanya itulah yang malah terlihat sangat antusias menyambut hubungan mereka. Bahkan kini mama Artan sudah ngebet dan tak sabar menunggu hari pernikahan mereka tiba."Halooo calon besan," sapaan hangat mama Artan pada orang tua Reva, sedangkan papa Artan sendiri hanya menyunggingkan senyumannya menyapa kedua orang tua Reva.Mama Artan mendekat dan memberikan kecupan di kedua pipi ibu Reva sembari memeluknya. Sungguh perlakuan manis yang dapat menghangat hati calon besannya."Putraku sudah menceritakan semuanya, mengenai perjalanan kisah cintanya dengan Reva. Jadi, kapan kita menentukan hari pernikahan mereka?" kata mama Reva tersenyum mengedipkan mata sebagai kode.
Artan dengan santai merangkul pundak Reva yang kini semakin gemetaran dan mencengkeram erat kemeja putih milik Artan yang melekat di tubuhnya. Kedua orang tua Artan mendelik menyaksikan anak dan wanita yang di akui sebagai kekasih putranya."Artan, apa yang kamu katakan? K—kekasih?" tanya mama Artan tergugu dengan ucapan anaknya tadi."Mama, papa, ayo masuklah terlebih dahulu. Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian berdua." ucap Artan lembut."Tidak!" penolakan tegas mamanya. "Kami berdua tidak sudi masuk jika wanita jalang penghangat ranjang kamu masih disini.""Dia bukan jalang mama!" sentak Artan dengan suara yang mulai meninggi. "Dia kekasihku, namanya Revalda.""You lie! Kami tidak percaya dengan ucapanmu." mama Artan semakin murka, kembali menatap sengit ke arah Reva dari bawah sampai ke atas."Lihatlah dia, apakah pantas untuk disebut sebagai wanita baik-baik. Penampilannya sungguh memprihatinkan, dan sangat di sayangka
Setelah sampai di kota, Artan menyuruh Johan untuk mengantarkan dan mengurusi segala keperluan keluarga Reva selama tinggal disini. Johan mengangguk patuh dan mengantarkan keluarga Reva ke villa milik Artan.Sementara untuk Reva, Artan meminta izin pada kedua orang tua Reva agar mengizinkan putrinya untuk tinggal bersamanya dan berjanji tidak akan berbuat macam-macam sampai tiba hari pernikahan mereka. Orang tua Reva tersenyum mengangguk dan mengizinkan, mereka percaya pada Artan sepenuhnya."Selamat datang di apartemenku!" jerit Artan ketika sampai di apartemennya, membuka pintu dan mempersilakan Reva masuk dengan hormat.Reva tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya, cukup tercengang melihat apartemen Artan yang indah. Reva berjalan sambil matanya tetap terus memperhatikan setiap sudut apartemen Artan."Kau suka?" tanya Artan sambil mendekap memeluk tubuh Reva dari belakang.Reva merasakan nyaman dan hangat dengan lekukan Artan
Reva dan Artan sudah memutuskan untuk kembali ke kota siang ini juga, sudah cukup berlama-lama Artan bersantai-santai seperti seorang pengangguran yang tak ada kerjaan. Banyak segala tanggung jawab Artan yang tertunda selama ia di kampung Reva, kini ia mau tak mau dengan berat hati harus kembali ke kota untuk mengurusi bisnisnya yang hampir nyaris ia tinggalkan. Dan selama itu pula Artan menyerahkan segala urusan kantornya pada Miko, sepupunya.Kemarin Miko mengubunginya dan ngomel-ngomel karena Artan yang lupa diri, berjanji mengatakan pada Miko jika ia menyerahkan segala semua urusan tanggung jawab perusahaannya pada Miko selama seminggu. Tapi, ini jauh dari kata menepati janji yang Artan ucapkan.Miko juga punya perusahaan sendiri yang harus pria itu pikirkan dan kelola. Artan berdoa semoga saja masalah ini tak sampai ke telinga kedua orang tuanya.Tadi, Reva awalnya sempat menolak untuk kembali ke kota dan menyuruh Artan pulang ke kota bersama Johan se
"Heh, kalian berdua di tanya juga kok malah saling pandang senyum-senyum. Menyebalkan!" gerutu Aldy merasa kesal, pasalnya baik Artan maupun Reva tak ada yang menjawab dengan pasti pertanyaannya.Reva terkikik, "kenapa memangnya Al? Kau terlihat sangat penasaran sekali.""Oh, ya jelas aku sangat penasaran sekali. Aku penasaran, gimana sih gaya orang pacaran yang awal pertemuannya di awali dengan pertengkaran dan kebencian?" goda Aldy yang langsung membuat wajah Reva dan Artan merah padam.Ya, siapa yang tidak tahu mengenai hubungan Reva dan Artan sebelumnya. Dan, siapa juga yang tidak tahu bagaimana interaksi yang terjalin di antara keduanya yang sering kerap kali beradu mulut.Aldy saja masih ingat dengan jelas di ingatannya, merasa geli dan lucu jika sekarang kedua orang tersebut menjadi sepasang kekasih.Apakah mereka bisa rukun? Atau malah semakin adu mulut terus?Artan melangkah mendekati Reva, merangkul pundak wanita
Setelah kepergian Niken yang akhirnya mau di antarkan oleh Aldy dan Deva. Kedua pria itu kembali pada sore hari hampir menjelang malam dengan keadaan yang sangat lelah.Reva mengambilkan air untuk adik dan temannya tersebut, keduanya bersandar lelah di kursi ruang tamu."Capek?" tanya Reva yang di angguki lemah keduanya."Siapa suruh untuk berbuat usil mengerjai orang lain." kata Reva mengomeli kedua pria itu yang tampak sekarat karena kelelahan.Aldy menatap tajam Reva, "tapi kalau tidak kerena keusilan aku, Johan dan Deva. Maka selamanya kalian berdua tak akan pernah mau saling mengungkapkan perasaan kalian masing-masing. Iya, kan?" sindir Aldy.Reva berdeham dan membuang pandangannya ke arah lain. Merasa malu atas sindiran Aldy namun ia juga merasa berterima kasih pada ketiga pria itu yang berhasil membuat ia dan Artan saling menyatakan cinta."Ah ya, dimana pria itu?" tanya Aldy celingukan mencari seseorang."Siapa?" Reva ik
"Surprise!" jerit penuh kehebohan Johan, mengalihkan perhatian dari delikan mata Reva dan Artan.Aldy melirik ke arah Johan lalu ia ikut-ikutan menjerit heboh seperti Johan. "Yuhuuu, surprise! Selamat ya Artan dan Reva yang akhirnya sama-sama saling menyatakan cinta.""Yoyoyo, akhirnya rencana kita bertiga sukses untuk membuat kedua manusia bego ini mengakui perasaannya dengan jujur dan saking terbuka." ucap Johan menepuk dadanya bangga."Eh, kok bertiga sih?" elak Aldy tak terima."Tentu bertiga lah, Deva kan ikut dalam rencana kita juga.""Ya, aku tahu, tapi bocah itu baru tadinya kita komplotin buat kerjasama."Pada akhirnya Johan dan Aldy saling berdebat panjang hanya karena mempermasalahkan Deva. Istri dan anak Johan pun ikut dalam diskusi mereka. Reva dan Artan saling tatap, bingung dengan maksud kedua pria yang tengah berdebat itu.Satu-satunya orang yang lebih sangat bingung adalah Niken, perempuan itu sunggu
Reva terus menyesap bibir tebal dan merah alami milik Artan yang terasa dingin, pria itu termasuk pria yang merokok walaupun jarang tapi anehnya Artan memiliki bibir yang berwarna merah alami.Sengaja Reva menggoda bibir Artan yang sedang di cumbunya saat ini, dan Reva harus merasa kecewa menerima reaksi Artan yang hanya berdiam diri bagaikan patung.Reva yang sudah tak tahan harus menahan kakinya yang menjinjit pun terpaksa melepaskan ciumannya. Menatap dengan sorot kecewa karena pada kenyataannya Artan tak membalas ciumannya, yang itu artinya berarti Artan mencintai Niken.Niken sendiri tampak tersenyum senang dengan hati yang bersorak gembira. Menatap sinis Reva yang begitu pede sekaligus lancang mencium kekasih orang lain.Rasakan itu! batin Niken mengumpati Reva.Reva merasakan malu dengan hati yang hancur karena rasa kecewa, rasanya Reva ingin menghilang dari hadapan mereka berdua saat ini juga. Tapi rasanya itu tidak mungkin dan sangat
Aldy tersenyum mengekori Reva berjalan di belakangnya, tadi Reva meminta Aldy untuk bicara berdua sebentar. Reva berhenti melangkah ketika mereka sudah di halaman belakang rumahnya."Ada apa Re?" tanya Aldy tersenyum.Plaaakkk.Satu tamparan cukup kuat mendarat mulus di pipi kiri Aldy, Reva menatap Aldy nyalang penuh kemarahan."Selama ini, kau menganggap hubungan persahabatan kita seperti apa?" tanya Reva lirih.Aldy merasakan kebas pada pipinya yang di tampar Reva tadi, menatap tak percaya pada sahabatnya yang baru saja menamparnya."Reva ada apa denganmu? Kenapa kau menamparku?" Aldy tak menjawab pertanyaan Reva dan cenderung balik bertanya alasan kenapa Reva menamparnya."Jawab pertanyaanku Al, kau menganggap hubungan persahabatan kita selama ini tuh apa?" ulang Reva menuntut jawaban Aldy."Aku tidak mengerti, apa sebenarnya maksudmu? Tiba-tiba saja kau mengajakku untuk mengobrol berdua denganmu, lalu dengan tiba-tiba