Share

Pengakuan Jiya

Penulis: Si Mendhut
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-13 16:52:29

Jiya terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Raka akan mengatakan hal itu. Ya, dulu Jiya memang mengarang cerita seperti yang dikatakan oleh Raka untuk mengelabui semua orang yang mengenalnya di kota itu.

Saat itu Jiya berpikir untuk tidak menceritakan yang sebenarnya dan bertingkah sebagai wanita yang diceraikan dan menyedihkan, agar lebih mudah diterima para tetangganya karena saat itu dia sedang hamil dan datang ke kota itu tanpa suami. Sedangkan saat bertemu dengan Raka, dia juga mengatakan kebohongan itu karena dia tidak pernah berpikir akan sedekat ini dengan Raka.

"Katakan Ji, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Raka sambil menarik tangannya dari satpam rumah sakit yang memeganginya.

Desakan dari Raka membuat Jiya menelan ludahnya. Sesaat kemudian Jiya pun berganti melirik ke arah Adam yang juga sedang menatapnya dengan tajam. 'Bagaimana ini?' batin Jiya yang kebingungan.

Sesaat kemudian Raka sudah beralih mendekati jiya. "Katakan yang sebenarnya!" tekan Raka sambil mencengkeram pundak calon istrinya itu.

"Katakan padanya kalau kamulah yang menggugat cerai aku, dan kamu juga yang menyembunyikan masalah kehamilanmu dari aku," sahut Adam yang saat ini menatap tajam Jiya dari tempatnya.

"Ayo katakan yang sebenarnya!" sentak Raka.

"Aku melakukannya karena terpaksa, Mas. Saat itu perusahaan Mas Adam sedang—" Jiya berhenti bicara ketika menyadari kalau dia hampir saja melakukan kesalahan besar.

"Sedang apa?" tanya Adam yang penasaran dengan kelanjutan kalimat Jiya.

Jiya pun menoleh ke arah Adam. 'Aku hampir saja keceplosan, dia tidak boleh tahu alasan yang sebenarnya,' batinnya.

"Bukan apa-apa," jawab Jiya sambil kembali menatap ke arah Raka.

"Mas Raka, aku benar-benar tidak berniat menipu kamu. Tapi saat kita berkenalan dulu, kamu juga tahu keadaanku. Aku hanya ingin diterima oleh para tetanggaku di kota ini dan kamu tidak berpikir buruk padaku, karena saat itu kamu sempat mencurigai aku adalah komplotan penculik Clayton, kan?" ujar Jiya sambil menepis tangan Raka dengan kuat, supaya kekasihnya itu melepaskan pundaknya.

Raka terdiam mendengar ucapan Jiya. 'Dia benar. Jika apa yang dikatakan oleh Adam adalah yang sebenarnya, dan dia mengatakan masalah itu ke semua orang maka orang-orang akan berpikir buruk tentang dia, termasuk aku,' batinnya.

Kemudian Jiya bangun dari kursi taman itu dan mendorong Raka agar memberinya ruang. "Aku tidak ingin berbicara apa pun lagi. Sebaiknya kamu fokus pada kesehatan Clayton dan cari tahu yang sebenarnya. Aku yakinkan pada kamu kalau aku tidak akan pernah melakukan sesuatu yang buruk pada Clayton karena aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri."

Setelah mengatakan hal tersebut Jiya pun melangkah ke arah Adam dan menatap mantan suaminya itu dengan dingin. "Sekarang kamu sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak kamu 'kan?"

Adam terdiam melihat ekspresi wajah Jiya ini. Dia tidak pernah melihat ekspresi ini selama mengenal Jiya.

"Aku mohon tolong tinggalkan aku. Jangan mendekatiku lagi, apa pun yang sedang terjadi padaku," ucap Jiya kemudian.

Setelah itu tanpa memberikan kesempatan pada Adam untuk berbicara, Jiya langsung meninggalkan tempat itu.

Saat ini Raka dan Adam sama-sama diam di tempat masing-masing, sedangkan dua satpam yang melerai perkelahian mereka juga meninggalkan tempat itu tanpa berkata apa-apa lagi.

"Aku harap kamu mendengarkan perkataan Jiya," ucap Raka sambil menatap Adam.

Namun Adam tidak menyahut dan begitu saja meninggalkan tempat itu.

**

Satu jam berlalu. Setelah mengalami kemacetan yang cukup parah, akhirnya Jiya pun berhasil sampai ditokonya. Di sana terlihat seorang pelanggan sedang duduk di bangku depan toko.

"Sudah lama, Mbak?" sapa Jiya sambil tersenyum ramah, profesional.

"Belum Mbak, baru berapa menit yang lalu," jawab wanita berambut ikal tersebut.

"Oh …," sahut Jiya. "Kalau begitu saya masuk dulu, biar saya lihat sudah selesai atau belum ya, Mbak."

"Iya, silahkan," sahut wanita yang menjadi pelanggan setia toko kuenya itu.

Setelah itu Jiya pun masuk melewati pintu kecil di tengah-tengah etalase. Jiya melangkahkan kakinya dengan cepat ke dapur.

"Belum selesai, Dil?" tanya Jiya sambil mengambil celemeknya yang tergantung di tembok dapur.

"Hampir selesai, tinggal motong satu spiku lagi," jawab Dila sambil terus membungkus satu persatu potongan kue yang di pesan oleh pelanggannya.

Tanpa menyahut, Jiya pun langsung mengambil kue spiku yang masih utuh dan membawanya ke tempat memotong.

"Aku pikir kamu tidak akan pulang hari ini," ujar Dila sambil menata kue-kue yang sudah dia bungkus ke dalam wadahnya.

"Mana mungkin aku tidak pulang, bisa habis diomeli para pelanggan kalau aku sampai tidak pulang," sahut Jiya sambil berkonsentrasi pada kue yang ada di depannya.

"Iya juga sih," sahut Dila. "Tapi, bukannya Clayton yang sakit, kok bisa kamu tega ninggalin dia demi pelanggan kita? Biasanya juga kamu bilang Clayton itu lebih penting dari pada apa pun di dunia ini, bahkan dari emas, perak dan Song Joong Ki," selorohnya.

"Jangan lebay," sahut Jiya dengan wajah dinginnya. Namun tiba-tiba dia menghentikan gerakan tangannya. "Tunggu, dari mana kamu tahu kalau yang sakit itu Clayton? Aku belum memberitahumu kan?"

"Iya kamu tidak memberitahuku, tapi tadi ada anak laki-laki yang datang ke sini sambil membawa makan siang untuk kita. Dia yang memberitahuku tentang ini," jawab Dila sambil beralih mengambil sepotong kue yang sudah diiris oleh Jiya dan kemudian membungkusnya dengan plastik, seperti kue-kue yang lainnya.

Jiya pun kembali memotong kue sambil bertanya, "Siapa maksud kamu? Dira?"

"Bukan, itu saudaranya," jawab Dila.

"Saudaranya …," gumam Jiya sambil menyelesaikan menyelesaikan pekerjaannya.

"Iya, saudaranya."

Setelah selesai memotong, kemudian Jiya ikut mengambil plastik pembungkus kue tersebut. "Dira kan anak tunggal, mana punya saudara. Jangan ngaco kamu," tukasnya.

Dila meletakkan kue di tangannya. "Itu Bumi. Dia datang ke sini mengantar makanan untuk kamu dan aku," bebernya sambil menatap Jiya yang kini masih sibuk membungkus kue.

Mendengar hal itu Jiya langsung mengangkat pandangannya dan menatap sahabatnya itu selama beberapa saat tanpa bersuara.

Tiba-tiba ….

"Masih lama ya, Mbak?" Teriakan dari ruangan depan.

Langsung saja Dila bangun dari kursinya dan melangkah ke ruangan depan sambil membawa beberapa kotak kue yang sudah selesai dia bungkus seperti permintaan pelanggan.

"Kurang sedikit bungkusnya. Tunggu sebentar ya Mbak, sabar," ujar Dila.

Ucapan Dila ini langsung menyadarkan Jiya dari rasa terkejutnya. Dia pun kembali memperhatikan beberapa potong kue di hadapannya yang belum terbungkus.

"Bumi," desisnya sambil kembali membungkus kue-kue tersebut.

Setelah selesai melayani pelanggan tersebut, kemudian Jiya dan Dila kembali ke dapur.

"Lalu apa yang terjadi di rumah sakit?" tanya Dila yang tentu saja penasaran.

"Tadi …." Jiya menceritakan semua kejadian yang terjadi di rumah sakit, begitu juga dengan perkelahian Adam dan Raka.

"Wah, pasti seru itu," seloroh Dila dengan ekspresi tak berdosa.

"Seru gundulmu!" sahut Jiya dengan bibir manyunnya.

Tawa renyah pun keluar dari bibir Dila, yang langsung disambut dengan lap tangan penuh bekas butter cream yang dilempar oleh Jiya ke mukanya.

"Astaga, uhuk-uhuk!" Dila terbatuk-batuk karena terlalu banyak tertawa.

Tiba-tiba ….

"Paket!" teriak seseorang dari ruang depan.

"Paket," gumam Jiya. "Kamu pesan paket?" tanyanya pada Dila.

"Enggak," sahut Dila dengan cepat. "Kamu kali," tuduhnya.

"Jangan ngaco, aku nggak pernah beli online," sahut Jiya sambil berbalik dan melangkah ke ruangan depan.

"Paket untuk Jiya," ucap kurir paket tersebut.

"Iya, saya Jiya," sahut Jiya.

"Itu ada nama di paketnya, Mbak," jawab kurir tersebut.

Kemudian Jiya mengambil paket tersebut dan melihat nama yang tertera di sana. "Superman," ucapnya membaca nama yang tertulis di sana dan kemudian tersenyum aneh.

"Dari siapa, Ji?" tanya Dila yang keluar dari ruang belakang.

"Superman," jawab Jiya.

"Superman mbahmu," tandas Dila yang mengira itu candaan Jiya.

"Lihat saja kalau nggak percaya." Jiya memberikan paket tersebut pada Dila.

"Eh, benar superman." Dila.

"Kan sudah kubilang itu superman."

"Ck-ck-ck." Dila menggeleng pelan. "Tidak sangka, bahkan superman juga kamu embat."

Jiya langsung menyipitkan matanya ke arah Dila. "Ngomong sekali lagi, aku jadiin kamu dadar gulung."

"Manis dong," sahut Dila sambil terkekeh.

Bab terkait

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Paket Dari Superman

    Setelah itu Jiya dan Dila pun membawa paket tersebut masuk ke dapur."Aku tidak menyangka kalau kamu akan menerima paket itu," ujar Dila yang saat ini berdiri tepat di sebelah Jiya. Dia dan Jiya sama-sama memandangi paket yang baru saja diletakkan oleh Jiya di atas meja khusus untuk memotong roti."Bukankah tadi kamu yang bersemangat mendapat paket ini," sahut Jiya sambil melirik ke arah sahabatnya itu.Dila pun menoleh dan menyahut, "Kamu kan tahu sendiri kalau aku itu cuma bercanda. Lagi pula biasanya kamu juga tidak akan mau menerima barang-barang yang tidak jelas seperti ini."Jiya pun mengambil gunting yang ada di dekat paket tersebut. "Sebenarnya kalau paket ini belum dibayar aku juga tidak akan menerimanya. Tapi karena paket ini sudah dibayar, jadi tidak ada ruginya kalau aku menerimanya. Lagi pula beberapa hari ini hidupku penuh dengan hal-hal aneh, tidak akan jadi lebih aneh lagi jika ada paket seperti ini.""Hati-hati Ji bukannya, guntingnya dikit-dikit aja, jangan-janga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Ikan Goreng Hampir Satu Kilogram

    "Selamat malam Tante," ucap anak laki-laki yang baru saja turun dari mobil tersebut sambil tersenyum hangat ke arah Dila."Ah, iya-iya selamat malam," sahut Dila lalu tersenyum canggung ke arah anak laki-laki yang saat ini berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah buket bunga mawar."Ini untuk Tante," ucap anak laki-laki tersebut sambil menyodorkan buket bunga yang ada di tangannya.Senyum pun mengembang di bibir Dila. "Wah, terima kasih ya, Bumi. Kamu memang anak yang manis," ucapnya sambil mengusap wajah anak laki-laki tersebut.Sedangkan Jiya yang melihat hal itu langsung menutupi bibirnya dengan telapak tangan kirinya. 'Dasar anak kampret,' batinnya yang kini menahan tawa melihat tingkah Bumi yang sangat jelas ingin membuatnya kesal.Sesaat kemudian Bumi menoleh dan mengambil kantong kresek yang saat ini disodorkan oleh anak buah ayahnya. "Ini untuk kamu," ucap Bumi dengan ketus sambil menyodorkan kantong kresek yang berisikan marta

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Kesepakatan Adam Dan Bumi

    Setengah jam berlalu. Setelah menyelesaikan makan malamnya, kemudian Bumi dan Adam meninggalkan toko kecil Jiya. "Kenapa, Pa?" tanya Bumi yang memperhatikan Papanya karena sejak meninggalkan toko kue Jiya, papanya terus saja diam sambil menatap ke luar jendela mobil."Ada apa?" tanya Adam sambil menoleh ke arah Bumi yang saat ini langsung melengos."Papa masih memikirkan wanita menyebalkan itu?" tanya Bumi yang kini berganti menatap ke luar kaca mobil di sampingnya."Wanita itu?" tanya Adam sambil memijat keningnya."Mama. Papa masih memikirkan mama?" tanya Bumi.Adam berhenti memijat keningnya dan kembali menoleh ke arah Bumi. "Apa kamu sudah tidak menginginkan dia menjadi mama kamu?" "Memangnya dari awal siapa yang ingin dia menjadi mamaku?" sahut Bumi dengan ketus.Adam menghela napas panjang mendengar jawaban anak laki-laki di dekatnya itu. "Jadi kamu ingin membiarkan dia menjadi istri om-mu?" tanyanya."Enak saja," sahut Bumi sambil menoleh ke arah Adam dengan cepat. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu    Hanya Ingin Bertemu Clayton

    Di saat yang sama Dila yang berada di dekat Jiya pun ikut berteriak dan melompat ke belakang selangkah karena terkejut."Apa?" tanya Dila dengan kesal sambil menepuk pundak Jiya dengan keras.Belum sempat Jiya menjawab, tiba-tiba laki-laki tersebut bangun dari posisinya —yang tadi berbaring di atas kursi."Ternyata sudah pagi," ucap laki-laki tersebut sambil menatap ke sekitar tempat itu."Kamu orang yang mengantar bumi semalam 'kan?" tanya Jiya yang masih mengingat jelas siapa laki-laki di depannya itu."Benar, saya sopir semalam, Nyonya," jawab laki-laki tersebut sambil membungkuk, mengambil bunga yang sempat terjatuh di lantai."Maaf Nyonya, saya tidak sengaja menjatuhkan bunga ini," ucap sopir tersebut sambil menyodorkan bunga mawar itu ke arah Jiya.Jiya mengerutkan beningnya menatap mawar tersebut. "Bunga ini untukku?" tanyanya yang merasa enggan menerima bunga tersebut."Benar Nyonya. Bunga itu dari tuan kecil. Semalam saya kembali ke sini karena ingin memberikan bunga mawar it

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Bukan Pencuri

    Beberapa menit berlalu. Saat ini Jiya sedang membuatkan minuman seperti yang diinginkan oleh calon ibu mertuanya.'Ingat Ji, jangan sampai kamu lengah dan ada orang yang mendekati minuman ini. Ingat, jika sampai Nenek lampir itu menyuruh pembantunya ngasih racun ke minuman ini, maka kamu yang akan disalahkan dan masuk penjara,' batin Jiya sambil mengaduk-aduk minuman buatannya.Benar saja seperti perkiraanya, tiba-tiba seorang pelayan masuk ke tempat itu dan mendekati Jiya. "Biar saya bawa ke depan Bu," ucap pelayan itu dengan ramah.Langsung saja Jiya genggam erat nampan minumannya. "Tidak perlu Mbak, biar aku saja yang membawanya ke depan. Tadi Nyonya Desi sendiri yang menyuruhku membuatnya, takutnya nanti dia marah kalau bukan aku yang membawanya," sahutnya dengan cepat."Tidak apa-apa Bu, Ibu pergi ke atas menjenguk anak Tuan Raka saja," cicit pelayan itu sambil mengulurkan tangannya untuk meraih nampan minuman tersebut, tetapi Jiya langsung menggeser nampan minuman tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Jangan Disuntik

    Lima belas menit berlalu. Saat ini Adam dan Jiya baru saja selesai mendaftar dan duduk di ruang tunggu di salah satu klinik yang ada di dekat perumahan tempat Raka dan keluarganya tinggal."Sudahlah Mas, ini dikasih obat merah juga bakal sembuh," ucap Jiya yang merasa enggan untuk diperiksa dokter."Jangan bercanda, lukamu itu parah," sahut Adam yang saat ini duduk tepat di samping Jiya.Sesaat kemudian Jiya berdiri. "Sudah kubilang ini tidak apa-apa, aku—" Belum selesai Jiya bicara, Adam langsung menarik tangan Jiya hingga membuat Jiya duduk kembali."Tolonglah Mas, aku bisa mengobati ini sendiri," ujar Jiya yang kini mulai memohon dengan ekspresi memelas di wajahnya.Adam langsung menoleh dan menatap Jiya dengan tajam. "Kamu bukan anak kecil lagi. Apa aku perlu membujukmu seperti anak TK?""Membujuk apa, aku ini hanya tidak mau membuang-buang uang," sahut Jiya dengan ketus, mencoba untuk menutupi alasan yang sebenarnya."Kita ini pernah hidup bersama, Ji. Mana mungkin aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Pertemuan

    Jiya kini berada di dalam pelukan Adam. Beberapa saat yang lalu, Jiya yang sedang menggerutu berjalan dengan seenaknya tanpa melihat ke sekitar, dan di saat yang sama sebuah mobil melaju ke arahnya."Hoe! Kalau jalan pakai mata!" teriak sopir mobil tersebut."Maaf," ucap Adam sambil mengangkat tangannya.Sopir kendaraan tersebut pun melengos dan kemudian melanjutkan mengemudi kendaraan itu meninggalkan Adam dan Jiya yang saat ini masih berpelukan di pinggir halaman depan klinik tersebut.Sesaat kemudian Adam pun melepaskan pelukannya. "Kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya sambil memegang wajah Jiya.Jiya terdiam, dia menatap mata Adam selama beberapa saat tanpa mengatakan sepatah kata pun. "Kenapa kamu diam saja? Bicaralah!" Pinta Adam yang kini berubah khawatir melihat Jiya yang hanya diam saja."Terima kasih," ucap Jiya sambil mundur selangkah. "Terima kasih sudah membantuku, jika tidak ada kamu mungkin aku sudah tertabrak tadi."Adam terdiam sejenak, dia bisa merasakan kalau saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Ceramah Dila

    "Aku tidak mengerti apa maksud kamu," sahut Nyonya Desi yang ada di dalam panggilan itu."Bukankah tadi Jiya datang ke rumah kita?" Raka kembali bertanya.Terdengar helaan napas dari dalam panggilan tersebut. "Oh, ini soal Jiya yang terluka tadi," sahut Nyonya Desi dengan tenang.Raka pun mengerutkan dahinya mendengar sahutan tenang tersebut. "Apa yang terjadi, Ma?""Memangnya apa yang perempuan itu katakan pada kamu?" "Tolong Ma, jangan berbelit-belit. Katakan saja apa yang sebenarnya terjadi?" Raka mulai jengkel dengan percakapan yang tidak ada titik terangnya "Tadi dia memang datang ke sini. Dia ingin melihat Clayton, dan Mama mengizinkannya. Tapi sebelum itu Mama minta tolong ke dia untuk membuatkan minum untuk teman-teman Mama yang tadi berkumpul di rumah karena arisan, memangnya salah?""Lalu kenapa ada luka di tangannya?""Apa sih, Ka. Kenapa kamu seperti anak kecil saja, itu cuma luka tadi saat dia mau menghantar minum. Minuman yang dia bawa jatuh terus tidak sengaja teman M

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-27

Bab terbaru

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Bapak Rumah Tangga

    “Sudah turunin aku, aku bisa jalan ke kamar sendiri,” ucap Jiya yang juga mendengar panggilan dari lantai satu.“Tidak perlu, biarkan saja orang itu menunggu,” sahut Adam yang mempercepat langkahnya naik ke lantai dua.Jiya pun tersenyum menatap Adam yang sedang membawanya naik tangga. “Lucu,” gumamnya.“Apa?“ tanya Adam yang kini terus menatap ke arah depan.“Nggak ada Mas,” sahut Jiya lalu kembali menunduk.Setelah mengantar Jiya masuk ke dalam kamar mandi, kemudian Adam mengganti pakaiannya dan turun ke lantai satu untuk melihat orang yang bertamu ke rumahnya pagi itu. Dia berjalan ke arah ruang tamu, tetapi dia tidak menemukan siapa pun di sana.“Apakah orangnya sudah pulang?“ gumam Adam karena dia mendengar kalau orang yang bertamu itu memanggil namanya, jadi seharusnya orang itu sudah sangat mengenal dirinya.Sesaat kemudian terdengar langkah kaki yang berasal dari ruangan yang lebih dalam. Adam pun menoleh, menunggu pemilik suara langkah kaki tersebut.“Tuan muda,” ucap pemban

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Ngompol

    Mata Jiya terbelalak ketika tiba-tiba Adam mencium pipinya. “Apa sih kamu, Mas,” ketusnya.Adam terkekeh karena merasa geli melihat Jiya yang salah tingkah. Merasa kesal dengan tawa Adam, Jiya dengan cepat mengambil sebuah potongan apel dan memasukkannya ke dalam mulut Adam. Dan seketika Adam pun berhenti tertawa.“Bagaimana kalau aku tersedak,” ucap Adam sambil mengunyah apel itu.“Ya habisnya kamu ngeselin sih, Mas,” sahut Jiya sambil cemberut.Adam kemudian tersenyum kembali lalu menggelitiki pinggang Jiya, hingga membuat Jiya tertawa terbahak-bahak. “Aduh, ampun Mas,” ucap Jiya sambil mencoba untuk menjauh dari Adam, tetapi Adam terus menahan dan menggelitiki pinggang Jiya. Hingga akhirnya dia merosot ke lantai karena lemas terlalu banyak tertawa.Namun, tiba-tiba salah satu asisten rumah tangga kiriman Nyonya Titi masuk ke dalam ruangan itu dan membuat Adam berhenti menggelitiki Jiya.“Kenapa kamu ke sini?“ tanya Adam dengan tatapan tajamnya.“Itu … saya, saya ….“ Asisten rumah

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Mengusir ART

    Jiya mendesis cukup keras ketika dia akan bangun dari ranjangnya. 'Pinggangku rasane koyo copot,' batin Jiya lalu berpegangan pada pinggiran ranjang itu dan kemudian berdiri.“Apa yang yang kamu lakukan?“ tanya Adam sambil memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Jiya.“Aku ngadek Mas, berdiri.“ Jiya mengucap kata Berdiri dengan pernekanan agar Adam tahu arti istilah jawa yang dia ucapkan. “Masa kamu nggak lihat,” ketusnya.Adam tersenyum kecil. “Lalu kenapa kamu seperti nenek-nenek? Ingin berdiri harus berpegangan kepada sesuatu,” selorohnya.“Pinggangku habis diseruduk truk tronton, puas?“ Jiya masih menyahut dengan ketus. Kini Jiya berjalan ke arah kamar mandi sambil memegangi pinggangnya.“Apa perlu aku bantu?“ Tanya Adam.“Nggak usah Mas, yang ada kamu malah nyusahin bukannya ngebantu,” jawab Jiya sambil masuk ke dalam kamar mandi.Adam pun merebahkan tubuhnya. Matanya menatap langit-langit kamar itu, tak lupa sebuah senyum masih terukir di wajahnya.“Jiya,” gumam Adam.*Keesokan

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Ikat Pinggang Di Pergelangan Tangan

    “Pak Adam,” gumam semua orang sambil berdiri dari kursi mereka, termasuk Nathan yang langsung meletakkan berkas di tangannya.“Berani sekali kalian!“ teriak Adam dengan tatapan tajam yang seolah ingin membakar semua laki-laki yang ada di dalam ruangan itu.Para laki-laki itu saling melirik karena tidak mengerti asal mula kemarahan Adam.Kemudian Adam menoleh ke arah Jiya. “Ke sini!“ Namun Jiya langsung melengos. “Pulanglah, aku bisa pulang sendiri,” sahutnya dengan ketus.Mendengar hal itu Adam mengepalkan tangannya dan kemudian melangkah ke arah Jiya. “Apa yang ingin kamu lakukan di sini?“ tanyanya sambil menggenggam tangan Jiya.“Tunggu Pak,” ucap Nathan yang ingin membela Jiya karena merasa kalau Adam akan memarahi Jiya, walaupun dia juga tidak tahu apa penyebab kemarahan Adam saat ini. “Dia datang ke sini untuk menjemput Leni, dia—”“Siapa kamu berani berbicara mewakili istriku!“ sentak Adam.Mata Nathan pun membulat mendengar kalimat Adam, begitu juga dengan semua orang yang ada

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Jiya Bukan Anak Baru

    Feni lebih terkejut lagi saat melihat dua orang yang sedang belutut di halaman rumah itu. “Siapa mereka?“ tanya Feni karena saat ini dua orang itu menundukkan kepala mereka.“Angkat kepala kalian!“ teriak Dimas memberikan perintah.Kemudian dua orang tersebut mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Feni.“Dia …,” ucap Feni lalu kembali menatap ke arah Dimas.“Benar, orang yang ada di foto itu adalah dia bukan aku. Ada orang yang sengaja ingin merusak hubungan kita,” sahut Dimas.“Ini benar?“ tanya Feni sambil kembali menatap ke arah laki-laki yang mirip dengan suaminya itu.“Tentu saja. Aku tidak mungkin menghianati kamu dan dua anak kita,” sahut Dimas sambil mengusap perut Feni dengan lembut.Feni pun terdiam dan menundukkan pandangannya. “Maaf,” ucapnya lirih.Dimas kemudian menggenggam tangan Feni. “Kamu tidak perlu minta maaf, ini tidak sepenuhnya kesalahan kamu,” sahutnya sambil mengecup punggung tangan Feni itu.Feni kembali mengangkat pandangannya. “Apakah kamu tahu siapa

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Berhasil

    Mereka pun cukup lama bersantai di pinggir kolam tersebut sambil terus membicarakan masalah mereka masing masing, dan juga membahas masalah rencana Dimas dan memaltangkan rencana tersebut.Hingga malam menjadi semakin larut, dan mereka pun masuk ke dalam rumah. Mereka memutuskan untuk beristirahat malam itu. Dimas pun memilih menempati salah satu kamar tamu di rumah itu. Dimas juga sempat memperhatikan pelayan yang dibicarakan Adam tadi, dan benar saja pelayan itu ternyata cukup mencurigakan.****3 hari kemudian..Setiap hari Adam menjemput dan mengantar Jiya pulang ke rumah Dimas, tapi dalam beberapa hari itu semua yang mereka bahas hanya seputar masalah Dimas dan Feni tidak ada yang lain.Hingga malam pun tiba...Adam dan Dimas sedang berada di luar sebuah club malam. Anak buah Adam menemukan bahwa wanita itu bekerja di club malam ini sebagai penari striptis. “Gimana, semua udah siap?” tanya Dimas lewat telpon yang ada di genggamannya“Siap Tuan!” suara di dalam telpon

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Rencana Dimas

    “Ahhkk!” ucap Jiya sambil bangun dari lantai tempatnya terjatuh. Setelah itu Jiya bangun, dan melihat ke arah orang yang sedang memegang daun pintu tersebut.“Astaga Mbak, kamu kenapa?” ucap Jiya terkejut melihat Feni yang kusut, berantakan. Kemudian Jiya segera menggandeng Feni untuk duduk di sofa ruang tamu tersebut. Feni lalu menangis keras “Hiks.. hiks.. huwa…!” “Bagaimana nasibku dan anakku. Kenapa mas Dimas tega seperti ini padaku,” ucap Feni sambil terus menangis memeluk Jiya.Kemudian Jiya pun memeluk sambil mengelus pundak Feni “Sabar mbak, Sabar. Ingat Mbak sedang mengandung, kasihan anak Mbak kalau Mbak menangis seperti ini,” ucap Jiya mencoba menenangkan Feni“Tapi Ji, bagaimana aku bisa tenang saat tahu kalau mas Dimas selingkuh seperti itu,” ucap Feni“Iya Mbak, aku sudah tahu itu dari Mas Dimas,” ucap Jiya“Jadi kamu kesini disuruh Dimas?” ucap Feni langsung melepaskan pelukannya dari dia‘Eh, aku salah bicara,’ batin Jiya kaget“Tentu saja tidak. Aku memang mendenga

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Ibu Kantin

    Pyarrrr! Brughhh!… Terdengar suara piring pecah dan di ikuti benda jatuh dari dapur.Kemudian Jiya, Lena dan Leni saling menatap sejenak. Lalu, mereka bertiga pun langsung berlari ke arah dapur. Dan saat sampai di pintu dapur, mereka pun kaget melihat Ibu kantin sedang terbaring di lantai dan sebuah piring pecah di sampingnya.Lena yang sampai di dapur duluan, langsung mencoba membangunkan ibu kantin, tapi tidak ada respon“Kita tidak mungkin kuat menggotong dia,” ucap Lena sambil melihat tubuh Ibu kantin yang memang bisa di sebut mengalami obesitas.Lalu Lena meletakkan kepala ibu kantin di pangkuannya, dan terlihatlah ada darah di lantai tepat di bagian bekas tempat kepala ibu kantin terjatuh.“Astaga, darah!” teriak Leni.Lena pun terdiam seketika, wajahnya berubah memucat.. “Len, sabar… Len,” ucap Leni menggoyang-goyangkan tubuh saudara kembarnya tersebut“Astaga!”teriak Jiya “Leni, kamu jaga Lena dan Ibu kantin. Aku cari bantuan,” ucap JiyaKemudian Jiya pun langsung berla

  • Maju Mundur Kena Duda Anak Satu   Dimas Akan Bercerai

    Setelah mengendarai mobil selama 15 menit, kemudian mereka sampai di sebuah kafe langganan Adam dan Dimas.Adam pun segera masuk ke dalam cafe tersebut, dikuti oleh Jiya yang ada di belakangnya.Setelah mereka masuk ke dalam Cafe tersebut. Kemudian Adam dan Jiya melihat ke sekitar, lalu menemukan Dimas yang sedang duduk di salah satu meja yang agak jauh dari mereka. Dimas terlihat tak bergerak sedikitpun, ia teeus menatap ke arah luar jendela kaca di sebelahnya.Kemudian mereka pun mendekat ke arah Dimas. Tapi, Dimas tidak bergeming sedikitpun. Dia tidak sadar dengan kedatangan Jiya dan Adam yang sudah duduk di depannya.“Ehem!” Adam berdehem. Kemudian Dimas pun tersadar dari lamunannya, dan langsung menoleh dan melihat ada Adam dan Jiya yang sudah duduk depannyaLalu Dimas pun kini mengusap-ngusap wajahnya.“Ada apa?” tanya Adam penasaran pada sahabatnya tersebut karena terlihat sangat kacau“Aku sedang pusing, istriku minta cerai,” ucap Dimas“Apa!” ucap Adam dan Jiya bersamaan, kag

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status