"Oh Tante ini mau nikah sama Om Jonathan? Emangnya Om Jonathan mau nikah sama Tante ini?" Tiba-tiba saja Jelita mengatakan itu.Tania yang merasa risih dengan perkataan gadis kecil itu langsung mengerutkan keningnya, bagaimana bisa anak kecil mengatakan itu padanya? Ini mirip sekali seperti penghinaan, pikirnya."Hei, kenapa ngomong gitu?" Jefan menepuk pelan pundak anaknya."Aku nanya aja sama Tante soalnya Om gak suka sama perempuan seperti Tante," ucap Jelita dengan begitu jujur."Gak suka perempuan sepertiku? Emangnya aku kenapa?" tanya Tania pada gadis kecil yang ada di depannya.Karena posisi mereka duduk saling berhadapan, dan kebetulan sekali Tania sedang berhadapan dengan Jelita."Soalnya Tante terlalu berlebihan dalam make-up dan pakaiannya juga terlalu seksi," jawab Jelita dengan santai.Tania langsung menyentuh wajahnya dan menoleh ke arah pakaiannya setelah mendengar jawaban dari gadis kecil yang ada di depannya, saat ini wajahnya Tania sedikit memerah karena dia menahan
Namun, sepertinya bi Yani tidak paham jika Jelita sedang merindukan Riani. Jelita pasti merindukan Riani yang setiap hari selalu membuatkan Jelita bekal untuk ke sekolah, tapi sekarang Riani tidak ada di sini."Bi, kapan bibi Riani kembali ke sini?" Akhirnya Jelita menanyakan itu pada bi Yani.Sejenak bi Yani terdiam saat sang Nona mudanya menanyakan itu padanya, dia bingung harus mengatakan apa saat ini. Sebenarnya bi Yani juga tidak tau ke mana Riani saat ini, tapi dia yakin jika saat ini Riani sedang bersama dengan Jonathan. Entah kenapa bi Yani memiliki pemikiran itu, mungkin itu hanya perasaan bi Yani saja."Nanti juga bi Riani akan kembali ke sini, mungkin masih sibuk dengan ayahnya," jawab bi Yani yang akhirnya membohongi Nona mudanya."Huh, aku rindu banget sama bi Riani," ucap Jelita yang masih saja membahas kerinduannya pada Riani.Bi Yani mengusap pelan kepalanya sang Nona muda, setelah itu dia menatap lekat pada Nona mudanya."Sabar, Non. Nanti bibi Riani akan kembali, kit
Bi Yani hanya manggut-manggut saja dengan apa yang di katakan Jelita, kini Jelita mulai mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi bibi Riani."Nomornya bibi Riani enggak aktif," ucap Jelita saat dirinya menghubungi nomornya bibi Riani."Mungkin ponselnya lowbat atau bibi Riani udah tidur," sahut bi Yani pada Nona mudanya."Gak mungkin jam segini bibi Riani udah tidur." Jelita kembali menelepon nomor itu tapi masih sama saja bahwa nomornya masih tidak aktif.Jelita menghela napas dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, terlihat jelas jika Jelita sedih dan kecewa dengan nomor sang bibi yang tidak aktif.Namun, bi Yani mencoba menenangkan Nona mudanya dengan memberikan saran agar menelepon besok lagi saja."Ya udah aku mau bobo." Jelita terlihat kesal, sedih, kecewa, dan lain sebagainya."Baik, Nona. Bobo akan menemani," ucap bi Yani dengan mengangguk.Jelita bangun dari duduknya dengan menggenggam ponselnya, lalu dia melangkahkan kakinya menuju ranjang dan mulai berbaring di a
Jonathan juga terdiam dan sudah pasti dia sedang memikirkan sesuatu juga untuk sarapan hari ini, sarapan yang sudah telat akibat pergulatan panas tadi."Makan KFC mau? Atau McDonald's?" Jonathan membuka suaranya dan menyarankan itu pada sang gadis."Bosan makan itu melulu, aku mau makan yang lain," ucap Riani.Riani akhirnya membuka kulkas karena perutnya seperti menginginkan sesuatu, tapi entah menginginkan apa. Jonathan yang masih setia berada di sampingnya hanya bisa diam dan memperhatikan gerak-gerik gadisnya, dia juga tidak bisa memaksa gadisnya untuk makan sesuai keinginannya.Riani mengambil buah mangga yang sudah di potong-potong di dalam sebuah kotak kecil, dia mengambil kotak itu dan kembali menutup kulkas itu. Lalu, Riani melangkahkan kakinya menuju kursi dan dia mulai duduk di sana.Jonathan hanya bisa mengikuti tingkah gadisnya dan saat ini dirinya sedang duduk di sampingnya sang gadis, sang gadis mulai menyantap buah mangga itu tanpa menawari dirinya."Sayang, jadi mau m
"Kita pasangan kekasih yang sebentar lagi akan menikah dan hidup bahagia," ucap Jonathan dengan mengulas senyum bahagia.Mendengar ucapannya Jonathan, sontak Riani mengulas senyum lebar, hatinya Riani begitu berbunga-bunga hanya dengan ucapan itu, ucapan yang sebenarnya belum tentu menjadi kenyataan.Namun, entah kenapa Riani selalu saja senang jika mendengar kata pasangan dan pernikahan. Riani juga selalu menunjukkan raut wajah dan mata yang berbinar-binar ketika membahas itu, dan Jonathan turut senang melihat semua itu."Nanti kalau kita nikah, kita tinggal di mana?" Riani langsung bertanya seperti itu pada pria yang ada di sampingnya."Tinggal di sini aja di Apartemen," jawab Jonathan dengan begitu cepat."Hu hu, baiklah." Riani hanya manggut-manggut saja mendengar jawaban prianya.Riani dan Jonathan kembali membahas hal-hal lainnya sambil menunggu makanan yang sudah di pesan oleh Jonathan datang, mereka berdua begitu terlihat sangat bahagia sekali. Sampai mereka lupa jika akan ada
"Gak bisa, aku mau nikah dengan Riani karena dia sedang mengandung anakku," ucap Jonathan dengan suara yang begitu lantang.Dona, Daniel, dan Jefan sontak terkejut, bahkan mereka bertiga membulatkan matanya dengan bersamaan. Mereka bertiga sangat terkejut dengan ucapannya Jonathan, tapi Jonathan hanya bersikap santai saja seolah tidak terjadi apa-apa."Hamil? Kau gila?" Dona menatap anak bungsunya dengan tatapan mengkilap, dia seperti akan menerkam mangsanya saat ini juga."Ya aku gila karena menyukai tubuhnya dan lupa kalau aku udah menanam benih di sana," ujar Jonathan yang benar-benar santai saat mengatakan itu.Jefan mengepalkan tangannya dan ingin sekali menghajar Jonathan, tapi dia menahan diri agar tidak membuat suasana menjadi kacau.Daniel masih diam dan mengatur napasnya dalam-dalam, dia juga tidak mau membuat suasana menjadi kacau, karena semua masalah ini memang berawal dari dirinya. Daniel yang membiarkan Jonathan untuk meniduri Riani sesukanya, bahkan membeli tubuhnya Ri
"Aku harus menelepon Riani terlebih dahulu." Jonathan langsung menghubungi gadisnya melalui setir mobil yang sudah tersambung dengan ponselnya.Sambungan telepon mulai terhubung tapi sang gadis tidak juga menjawab teleponnya Jonathan, Jonathan semakin panik dan terus-menerus memikirkan perkataan sang ibu.Jonathan pasti takut jika terjadi sesuatu dengan gadisnya yang saat ini sedang mengandung buah hatinya, Jonathan tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu pada gadisnya."Oh Tuhan, kenapa gak di jawab?" Jonathan bermonolog sendiri karena dirinya sudah menelepon sang gadis hingga tiga kali tapi tidak ada jawaban juga.Jonathan mulai menambahkan kecepatan tinggi, dia benar-benar takut jika gadisnya kenapa-napa. Namun, Jonathan masih mencoba menghubungi sang gadis yang sampai saat ini tidak menjawab teleponnya."Tuhan, jaga Riani. Aku mencintainya," gumam Jonathan yang begitu tulus saat meng
Riani menyentuh lengan prianya dan berkata. "Coba jelaskan kejadian saat kamu menceritakan kalau aku sedang mengandung anakmu," ucapnya.Jonathan masih menatap ke arah lain, dia terlihat sangat tertekan dengan ucapan gadisnya, karena tidak mungkin juga Jonathan berterus-terang pada gadisnya jika keluarganya tidak menerima dirinya."Sayang." Riani langsung bergelayut manja di lengan kekar prianya yang masih setia berada di sampingnya.Helaan napasnya Jonathan terdengar, lalu dia melirik ke arah gadisnya yang saat ini sedang menyandarkan kepalanya pada dada bidangnya. Jonathan mulai mengusap kepalanya sang gadis, lalu mengecup pucuk kepalanya sang gadis.Gadis yang sudah rela tidur dengannya dan saat ini sedang mengandung benihnya, lalu Jonathan dengan mudah membohongi gadisnya lagi? Semoga saja Jonathan bisa terbuka dan jujur pada gadisnya, karena kalau sampai gadisnya tau sendiri sudah pasti gadisnya akan marah padanya."Sayang, kita gak perlu bahas ini, gimana? Kita jalan-jalan, yuk?
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani