Jefan menatap lekat ke arah sang ayah dan berkata. "Ada apa?" tanyanya pada sang ayah, Daniel."Riani ada di Apartemen Jonathan dan Jonathan ada di sana," jawabnya sambil menatap sang anak sulung.Daniel dan Jefan sedang berbicara serius di dalam ruangan itu, dan mereka juga sedang duduk di sofa dengan berhadapan. Jefan sudah tau jika ayahnya pasti akan membahas adik dan pembantu mereka.Daniel mulai membahas Jonathan dan Riani pada Jefan, Daniel juga memberitahu apa saja rencananya yang akan dia lakukan untuk pasangan itu pada Jefan.Setelah memberitahu rencana Daniel pada Jefan, sontak reaksinya Jefan begitu terkejut karena rencananya Daniel sama sekali membuatnya tidak habis pikir."Ayah, sepertinya itu gak baik juga untuk mereka." Jefan terlihat tidak setuju dengan apa yang di rencanakan oleh sang ayah."Ayah gak meminta kamu untuk memberikan masukan tentang rencana ayah, ayah hanya ingin kau mendengarkan dan melakukan semua tugas yang akan ayah berikan padamu," ucap Daniel yang t
Di dalam kamar mandi, Riani berdiri di depan wastafel dan mulai membuka mulutnya, Riani ingin memuntahkan sesuatu di dalam tubuhnya."Aduh, kenapa dengan perutku?" Riani heran saat mulutnya sudah terbuka lebar dan ingin muntah tapi tidak ada apa pun yang dia muntahkan, hanya cairan saja seperti air liur.Setelah Riani merasa lelah memuntahkan sesuatu yang akhirnya tidak keluar juga dari mulutnya, dia mulai membersihkan bibirnya dengan air keran di wastafel. Setelah itu, Riani melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan melangkah menuju kamar.Sampai di dalam kamar, Riani langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur dan menatap langit-langit kamar, dia juga memegangi perutnya yang mual, entah kenapa perutnya tiba-tiba mual seperti itu."Sepertinya aku harus ke Dokter," gumam Riani yang merasakan perutnya begitu mual dan sakit tidak karuan.Perlahan-lahan Riani bangun dari baringnya lalu melirik ke arah kalender yang ada di atas meja samping ranjang, dia memikirkan tanggal datang b
Perlahan-lahan Riani memejamkan matanya dan memijat pelan pelipisnya, dia merasa kepalanya pusing sekali dan rasanya ingin sekali tidur tapi tidak bisa karena Riani harus bertemu dengan Dokter.'Jangan hamil,' batin Riani yang tidak ingin mengandung benihnya Jonathan.Sebenarnya Riani bukannya tidak mau mengandung benihnya Jonathan, dia tidak mau hamil di luar nikah, dia juga bukan berharap di nikahi oleh Jonathan. Riani sudah pasti akan sadar diri, dia selalu sadar siapa dirinya saat ini, apa lagi masalah yang saat ini sedang menimpa dirinya dengan Jonathan.'Aku harap semuanya akan selesai dengan baik-baik saja,' batin Riani yang sudah tidak betah bersembunyi di dalam Apartemen milik Jonathan.Tidak perlu menunggu lama bagi Riani sampai di sebuah rumah sakit, kini taksi yang sedang di tumpangi Riani sudah berhenti di sebuah rumah sakit. Riani segera membayar taksi tersebut dengan uang tunai, setelah itu Riani langsung keluar dari dalam taksi dan masuk ke dalam rumah sakit."Aduh, ak
Riani sedang memikirkan cara untuk memberitahu masalah kehamilannya pada Jonathan, tapi dia bingung harus memberitahukannya bagaimana?"Nyonya?" Sang Dokter mencoba memanggil pasiennya yang sedari tadi melamun saja."Eh, iya, Dok?" Akhirnya Riani tersadar dari lamunannya.Setelah Riani memeriksa kandungannya pada sang Dokter, lalu sang Dokter sudah selesai menjelaskan semuanya pada Riani, Dokter juga memberikan beberapa obat dan vitamin untuk kandungannya Riani. Setelah itu, Riani berpamitan pada sang Dokter."Aku harus apa?" Riani bermonolog sendiri, rasanya kepalanya begitu pusing dan tidak kuat untuk kembali pulang.Riani sudah berada di lantai bawah dan duduk di sebuah kursi, karena badannya merasa lemas dan akhirnya dia duduk saja di sana.Riani memejamkan matanya sejenak dan memijat pelan pelipisnya, dia benar-benar sakit kepala, mual, dan lain sebagainya.Tidak lama kemudian, ada seseorang yang menepuk pelan pundaknya. Riani sedikit terkejut lalu membuka matanya dan menatap ses
'Sepertinya Riani gak bawa plastik tadi,' batin Jeri yang masih penasaran dengan plastik itu.Setelah beberapa saat memilih menu, akhirnya Riani dengan Jihan sudah menemukan menu pilihan mereka. Jeri langsung bangun dari duduknya dan akan memberikan langsung menu pilihan mereka pada pelayan tadi, Riani dengan Jihan saling melirik satu sama lain karena mereka terheran-heran dengan apa yang akan di lakukan oleh Jeri.Seharusnya mereka menekan tombol yang ada di ruangan saja agar pelayan tadi datang ke ruangan mereka, tapi Jeri memberitahu Riani dengan Jihan karena dia akan mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam mobil jadi dirinya akan mengantarkan menu itu pada pelayan langsung.Riani dan Jihan tidak bisa menolak apa yang akan di lakukan oleh Jeri, mereka mengizinkan jeri untuk pergi menemui pelayan itu langsung walau pun ada sedikit rasa tidak enak antara mereka.Hei akhirnya keluar dari ruangan itu dan membiarkan Riani dengan Jihan untuk membahas apa pun, Riani dan Jihan pasti sen
'Apa ini benar-benar ulah Jonathan?' batin Jeri yang kembali membahas Jonathan dalam masalah kehamilannya Riani.Saat Jeri bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya, tiba-tiba saja ponselnya berdering membuat dirinya sedikit tersentak.Jeri mulai meronggoh ponselnya dan melihat siapa yang sedang menelepon dirinya, saat Jeri melihat kontak nama yang sudah dia kenal, Jeri langsung menjawab telepon itu."Halo," sapa Jeri dengan lembut dan berbeda sekali dengan ekspresi saat ini.Ekspresi jeribsaat ini terlihat kesal karena tiba-tiba saja ada yang menganggu dirinya. Namun, saat Jeri mengetahui siapa yang menelepon dirinya, suaranya mulai lembut."Sayang, kamu di mana?" tanya si penelepon yang suaranya tidak kalah lembut dan begitu manja."Tania, aku masih di rumah sakit," jawab Jeri pada si penelepon yang sudah pasti adalah kekasihnya."Huh, aku rindu," ucap si penelepon yang di panggil Tania itu."Tania, kamu harus ngertiin aku," ujar Jeri dengan suara lirih.Setelah berbincang singkat, Je
Namun, sepertinya Riani masih tidur dan bermimpi dalam alam bawah sadarnya karena sampai saat ini Riani tidak kembali menelepon Jonathan."Beneran dia belum bangun?" Jonathan bermonolog sendiri.Karena jadwal Jonathan semakin padat untuk hari ini melakukan check sound, Jonathan bergegas mandi dan bersiap-siap.Setelah Jonathan menghabiskan waktu 30 menit mandi, saat ini dirinya sudah tampan lalu kembali menatap layar ponsel yang masih tidak ada tanda apa-apa."Riani oh Riani." Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya saat ponselnya masih tidak menerima notifikasi dari sang gadis.Jonathan keluar dari kamar dan melangkah menuju ruang makan kecil, di sana sudah ada beberapa menu makanan yang bisa Jonathan santap."Mana Jeno?" Jonathan bermonolog sendiri karena dirinya tidak melihat asistennya saat dirinya melangkah menuju ruang makan.Jonathan yakin jika asistennya sudah makan lebih dulu, saat ini Jonathan harus segera makan dan kembali menghubungi gadisnya, lalu setelah itu harus fokus
"Aku mencintaimu, Riani." Jonathan mengatakan itu dengan senyuman yang merekah."Aku juga mencintaimu, Jonathan," balas Riani dengan mata berbinar-binar. "Selamat bekerja dan segera kembali karena ada sesuatu yang ingin aku bahas," ucapnya."Apa? Mau bahas apa?" Terlihat jelas jika Jonathan begitu penasaran dengan apa yang di katakan oleh gadisnya.Riani mengulas senyum lebar dan berkata. "Di bahasnya di sini aja kalau kamu udah pulang, aku mau sarapan dulu soalnya lapar," ujarnya yang terlihat sedang menghindari sang pria."Huh, baiklah. Makan yang banyak." Jonathan selalu mengingatkan mainan cantiknya untuk banyak makan."Siap, bos!" Riani memberikan hormat pada sang pria.Setelah melakukan panggilan video, Jonathan mengakhiri panggilan itu, dan dirinya melanjutkan makan agar hari ini menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, karena besok badannya Jonathan harus kembali sehat bugar untuk melakukan konser.Namun, tiba-tiba saja Jonathan terdiam dan mengingat ucapan sang gadis."Membahas
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani