Jelita hanya memutar bola matanya dengan malas, dia sangat tidak suka di panggil Nona muda oleh siapapun."Siap, Jelita." Riani berbisik pada nona mudanya."Hehe." Jelita langsung melambaikan tangannya pada Riani dan bi Yani.Riani dan bi Yani membalas lambaian itu, lalu Jelita melangkah pergi dari dapur karena dia akan pergi ke sekolah."Yuk, sepertinya udah pada pergi," ucap bi Yani sambil menatap kearah Riani.Riani menganggukkan kepalanya, kini bi yani dan Riani melangkah pergi dari dapur dan kembali melakukan aktivitas masing-masing.'Apa nanti malam Jonathan akan membahas semuanya padaku?' tanya Riani didalam hati, entah kenapa dia terus-menerus memikirkan Jonathan yang akan pergi keluar negeri.Saat Riani ingin sudah berada di lantai atas, tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya dengan sedikit kasar.Seseorang itu membawa Riani ke sebuah kamar, dan sampai didalam kamar. Seseorang itu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, dan Riani hanya menatap bengong pada seseorang itu."Tu
"Jadi, suamiku mau di buatkan makanan apa?" tanya Riani sambil mengembangkan senyuman manis pada Jonathan.Terlihat jelas dari raut wajahnya Riani yang semakin hari semakin nyaman saat bersama prianya, Jonathan. Sudah pasti Riani juga mulai merasakan perasaan yang berbeda saat bersama prianya, pria yang sudah merenggut kesuciannya.Jonathan menyimpan botol tadi lalu memeluk erat tubuh wanitanya. "Mau makan kamu," jawabnya dengan senyum menyeringai."Kalau makan aku di atas ranjang nanti aja, sekarang makan malam penutup aja," ucap Riani yang paham apa yang ada di dalam otaknya Jonathan.Jonathan tersenyum, lalu dia mengecup bibir mungilnya Riani."Makan apa aja deh, tapi kayaknya kalau makan burger atau steak enak," ujar Jonathan yang sepertinya butuh cemilan di malam hari."Huhu, aku gak bisa buat steak." Riani langsung cemberut."Ya udah kita pesan aja di caffe bawah," kata Jonathan yang mulai melepaskan pelukannya."Tapi..." Riani menjeda perkataannya dan kembali melanjutkan. "Tapi
Ada pesan masuk ke dalam ponselnya Jonathan dan entah siapa yang mengirimkan pesan jam segini, pikir Jonathan.Jonathan langsung membuka pesan itu, karena dari pada dirinya penasaran dengan pesan itu.+62 ...Selamat malam, maaf mengganggu malam-malam. Apa benar ini nomornya Jonathan Prawira? Kalau benar, bisa besok siang kita bertemu di restoran Jepang yang ada di Jakarta Barat? Kalau bisa saya tunggu saat makan siang. Terima kasih, dan maaf mengganggu."Apa-apaan ini?" Jonathan mengerutkan keningnya setelah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya aneh."Kenal juga enggak tapi udah mau ketemuan aja." Jonathan geleng-geleng kepalanya.Riani sudah kembali dengan menenteng paper bag di tangannya, lalu menyimpan paper bag itu di atas meja."Kenapa?" tanya Riani pada pria yang ada di depannya."Gak apa-apa," jawab Jonathan yang langsung mematikan layar ponselnya.Jonathan malas membahas pesan itu pada wanita yang ada di depannya, karena dia tidak mau jika wanitanya akan salah paham.Jona
Riani membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan kasar, dia menatap langit-langit kamar dengan wajah kesal."Kenapa sih dengan pria itu? Benar-benar menyebalkan!" Riani kembali menggerutu saat dirinya di tinggalkan begitu saja oleh pria yang selama ini sudah menjamah setiap inci tubuhnya.Riani menghela napas dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, dia memejamkan matanya agar bisa tidur dan melupakan kejadian menyebalkan ini."Eh, sepertinya sikapnya Jonathan seperti itu saat dirinya bermain ponsel saat aku mengambil paper bag." Riani membuka matanya dan baru mengingat apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.Riani masih ingat jelas saat ekspresi wajahnya Jonathan berubah saat Jonathan membaca pesan, entah pesan dari siapa yang masuk ke ponselnya."Hah, terserah dia aja." Riani mengacak-acak rambutnya sendiri dan memiringkan tubuhnya, dia mulai memejamkan matanya lagi.Di tempat lainJonathan sedang duduk di sebuah sofa dan menggenggam sebuah ponsel, ponsel miliknya yang se
"Maaf menunggu lama," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu. Jonathan dan Jeno langsung menatap ke arah pintu ruangan dan melihat seorang gadis yang masuk ke dalam ruangan mereka, dan mereka hanya melongo saja dengan sosok gadis itu.Karena mereka tidak mengenal gadis itu."Kau yang semalam terus hubungi saya?" tanya Jonathan pada gadis itu yang baru saja duduk di kursi.Gadis itu mengangguk dan mengulas senyum, lalu dia berkata. "Iya, itu saya," jawabnya.Jonathan dan Jeno saling bertatapan satu sama lain, mereka benar-benar tidak mengenal siapa gadis yang ada di depannya."Maaf, sebenarnya anda siapa?" tanya Jeno pada gadis itu."Saya di sebenarnya di undang oleh nyonya Dona untuk makan bersama dengannya dan anak bungsunya," jawab gadis itu dengan panjang lebar.Jonathan langsung memijat pelan pelipisnya, dia tidak paham dengan penjelasan gadis itu."Mohon maaf, bisa saya berbicara berdua saja dengan Jonathan?" Gadis itu menoleh ke arah Jeno, seperti membutuhkan
Punya anak? Jadi, Riani ingin punya anak? Anak dari siapa? Apa anak dari Jonathan? Hem, entah.Riani memukul pelan kepalanya saat dia sadar sudah melamunkan sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi, lalu dia berkata. "Jangan memikirkan itu lagi," gumamnya dengan sangat pelan.Perlahan-lahan Riani melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya Nona muda, dia ingin keluar dari kamar itu karena dirinya harus mengerjakan pekerjaan yang lainnya."Akhirnya keluar juga," ucap Riani dengan bernapas lega saat dirinya sudah keluar dari kamar Nona muda, Jelita.Namun, saat ini Riani masih berdiri di ambang pintu dan melirik ke arah sekitar. Dia melirik lorong kamar majikannya terasa sangat sepi, sudah pasti para pembantu lainnya sedang sibuk berada di lantai bawah."Ayo kita kembali bekerja lagi," ujar Riani sambil mengulas senyum.Riani mulai melangkahkan kakinya menuju tangga dan dia mulai menurunkan tangga satu per satu, sampai akhirnya Riani sudah menuruni tangga yang terakhir."Riani!" Seseoran
"Oh iya, apa Jonathan sudah makan siang?" Entah kenapa, tiba-tiba saja Riani memikirkan Jonathan.Riani kembali menghela napas dan memukul pelan kepalanya, entah kenapa dia selalu memikirkan pria itu."Makan siang terus kerja dan jangan memikirkan apa pun lagi, Riani!" Riani mencoba menyadarkan dirinya sendiri supaya tidak memikirkan tentang Tuan muda, Jonathan.Riani kembali fokus makan siang dan menikmati makan siangnya, dia benar-benar menikmati hidupnya seperti ini. Walau pun sebenarnya hidup Riani sangat pahit dan menyedihkan, tapi dia tetap harus berjuang demi dirinya sendiri dan demi menjadi seseorang yang baik.Walau pun Riani sadar jika dirinya sudah tidak memiliki masa depan yang indah karena dia sudah kehilangan harta yang paling berharga, yaitu kesuciannya.Kesucian yang sudah di renggut oleh Tuan muda, Jonathan.Terkadang, Riani ingin marah dengan pria yang sudah mengambil kesuciannya. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu apa lagi setelah mengetahui yang sebenarnya jika a
Walau pun Riani sudah di anggap sebagai anaknya sendiri oleh bi Yani, tapi Riani yakin jika hal pribadi seperti tadi tidak mungkin di bicarakan padanya."Mungkin bi Yani cuma butuh istirahat aja," gumam Riani yang kembali menyirami tanaman satu per satu.Di dalam kamarnya bi Yani.Bi Yani duduk di tepi ranjang, dia kembali melamun. Bi Yani memang ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dia ingin sekali menanyakan langsung pada seseorang itu.Namun, bi Yani tidak bisa menanyakan langsung pada seseorang itu."Aku gak yakin kalau Riani punya hubungan istimewa sama Tuan muda Jonathan," gumam bi Yani.Bi Yani sudah sering mendengar rumor murahan dari para pembantu lain tentang Riani yang memiliki hubungan istimewa dengan Tuan muda, Jonathan. Namun, bi Yani tidak pernah menggubrisnya.Bi Yani juga selalu memarahi orang-orang yang selalu menyebarkan rumor murahan itu pada pembantu lainnya, tetapi saat dirinya mendengar langsung dari Yayan selaku supir keluarga Prawira dan sekaligus suaminya.
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani