Vany.
Jon, besok aku ingin bertemu dengan anakku.Seketika Jonathan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan pelan, sejenak dia melirik ke arah Riani yang sudah pasti membaca pesan itu."Ini ibu kandungnya Jelita," celetuk Jonathan yang masih menatap lekat sosok wanita di sampingnya, wanita yang sudah memuaskan hasratnya beberapa menit yang lalu."Oh gitu, kenapa dia mengirimi kamu pesan seperti itu?" tanya Riani dengan wajah polosnya.Jonathan tersenyum mendengar pertanyaan dari mainan cantiknya, dia langsung berkata. "Entah kenapa mantan kakak iparku selalu mengirimkan aku pesan seperti ini," jawab Jonathan sambil membelai rambut Riani dengan tangan satunya."Oh!" Riani hanya ber'O' ria saja.Jonathan kembali menyimpan ponselnya di atas meja, dia tidak ada niat untuk membalas pesan itu. Riani menatap Jonathan hanya bingung, karena seharusnya dia balas pesan mantan kakak iparnya"Ada apa, bi?" tanya Riani dengan mengerutkan keningnya."Bawakan ini ke kamarnya Tuan muda," jawab bi Yani."Tu ... Tuan muda?" Riani mengerutkan keningnya. "Maksudnya bibi, Tuan Jonathan?" Riani menatap bi Yani dengan serius."Iya Tuan muda Jonathan, memangnya siapa lagi?"Riani menghela napas dengan kasar, dia sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini. Dia seharusnya tidak perlu ke dapur tadi, tapi mau bagaimana lagi? Masa dia harus membantah apa yang di perintahkan oleh bi Yani. Hem, itu tidak mungkin.Dengan berat hati, Riani memandang nampan dengan beberapa makanan yang sudah di beli Jonathan tadi. Bi Yani menatap heran ke arah Riani, karena tadi wajahnya tidak seperti itu."Ri, kau kenapa? Sakit?" tanya bi Yani yang langsung menyentuh kening Riani dengan telapak tangannya sendiri."Tidak sakit bi," jawab Riani dengan sangat lesu."Ya sudah sana ke kamar Tuan muda!" pinta bi Yani pada
"Ini sangat nikmat sekali, Riani!" Jonathan merancu tidak jelas.Riani tidak menggubris ucapan Jonathan, dia hanya bisa menikmati permainan tuan mudanya itu. Jonathan juga mempermainkannya dengan pelan-pelan, Jonathan sangat pandai menghujam milik mainannya itu."Ah, sayang! Aku sangat menyukai penyatuan ini!" Jonathan kembali merancu tidak jelas."Aaaaaaahhhhhhh!" Riani terus-menerus mengeluarkan suara erotis dan desahan maut yang membuat Jonathan kembali menambah hasratnya.Jonathan berkali-kali mengecup bibir kenyal mainan cantiknya, Riani. Dia juga sesekali memberikan tanda merah pada kedua gunung kembarnya, Riani.Selang beberapa menit kemudian. Akhirnya Jonathan mengeluarkan cairan putih itu di dalam rahim Riani, setelah itu. Jonathan mengecup kening Riani dengan mesra.Jonathan langsung membaringkan tubuhnya di samping Riani, dia juga memiringkan posisinya untuk menatap ke arah Riani.
"Aku tidak sabar ingin liburan dengan Riani," gumam Jonathan sambil tersenyum.Selang beberapa menit kemudian. Pintu kamarnya Jonathan terbuka, ada seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamarnya.Jonathan tidak menyadari akan kehadiran sosok wanita paruh baya itu, karena dirinya sedang memejamkan mata di atas kasurnya. Dia tidak tidur hanya memejamkan matanya saja sejenak, lalu sosok wanita itu melangkah menghampiri ranjang Jonathan."Jo!" panggil wnaita paruh baya itu.Jonathan membuka kedua matanya dan melirik ke arah sosok itu, dengan cepat dia bangun dari baringnya."Bu, sudah pulang?" tanya Jonathan pada wanita paruh baya itu."Ibu tidak kemana-mana, ibu sedari tadi ada di dalam kamar," jawab wanita paruh baya itu yang langsung menghempaskan bokongnya di sofa dekat ranjang Jonathan.DEG!Seketika jantungnya Jonathan terhenti saat mendengar jawaban dari ibu kan
"Loh, kok ada suara gemericik air?" Riani mengerutkan keningnya.Padahal ini masih siang menjelang sore, seharusnya kamar tuan Jefan selaku anak sulung keluarga Prawira belum ada di rumah karena masih berada di perusahaannya. Perlahan-lahan Riani melangkah mengendap-endap menuju kamar mandi, dan jantungnya Riani juga mulai berdetak sangat kencang.Riani takut jika yang ada di dalam kamarnya itu adalah orang jahat, pencuri, atau semacamnya. Dengan modal tekat, Riani hanya bisa melangkah mengendap-endap sambil memegangi gagang sapu. Jadi kalau penjahat itu macam-macam, dia bisa memukul penjahat itu dengan kencang.Sesaat Riani akan membuka pintu kamar mandi milik tuan Jefan, tiba-tiba aja pintu kamar mandi itu terbuka sendiri. Dengan sigap Riani langsung mengarahkan sapu itu ke arah seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi itu."Aduh!" teriak seseorang itu saat Riani berhasil mendaratkan gagang sapu ke arah pundaknya seba
"Tuh, sekarang kau membela dia!" Jonathan sedikit menyentak Riani.Riani hanya bisa terdiam dan ingin sekali menjelaskan pada Jonathan, tapi tidak jadi karena percuma juga menjelaskan padanya. Sudah pasti Jonathan tidak akan mempercayai dirinya, pikir Riani.Karena tidak ada respon dari Riani. Jonathan langsung membalikkan tubuh sang kakak, Jefan."Hah? Dia malah tidur!" Jonathan menggerutu saat mendapati kakaknya sudah tertidur.Riani hendak melangkah pergi untuk kembali melanjutkan aktivitasnya sebagai pembantu, tapi tangannya kembali di tahan oleh Jonathan. Riani sedikit menepisnya karena dia tidak ingin ada orang yang melihatnya, tapi de gak cepat Jonathan mempererat genggaman tangan itu."Ikut aku sekarang ke kamar!" Jonathan hendak menuntun Riani dan Riani berusaha memberontak, tapi Jonathan tetap saja menuntun Riani.Sampai akhirnya. Riani menarik tangannya dengan kasar dan
"Ri, ada apa?" tanya Dona saat dirinya sudah berdiri di dalam kamar anak sulungnya, Jefan."Tu ... Tuan Jefan suhu tubuhnya panas sekali, nyonya!" Riani menjawab dengan sedikit gugup.Dengan cepat Dona selaku ibu kandungnya Jefan berlari menuju ranjang sang putra sulungnya, dia lekas menyimpan telapak tangannya pada kening sang anak. Dan ternyata benar saja, tubuhnya sangat panas."Hubungi dokter Mandala!" titah Daniel selaku ayah kandungnya Jefan.Dengan cepat Jonathan langsung meronggoh ponselnya dan lekas menghubungi dokter Mandala, dokter pribadi keluarga Prawira dan dokter yang sudah memeriksakan keadaan Riani juga saat itu.Mendengar kata 'Dokter Mandala' sontak membuat Riani langsung menundukkan kepalanya, dia juga tau siapa Dokter Mandala itu.Setelah Jonathan selesai menghubungi Dokter Mandala, Jelita selaku anak semata wayangnya Jefan menghampiri sang ayah."Ayah, sakit ya?" Jelita duduk di dekat sang ayah, Jefan."Kamu ini selalu plin-plan memanggilku, kadang ayah kadang da
Beberapa hari kemudian.Jefan sudah sembuh dan sudah kembali beraktivitas seperti biasa, dan kini kebalikannya. Jelita selaku anak semata wayangnya Jefan, kini dia harus di rawat di rumah sakit.Karena Jelita demam tinggi dan tak kunjung turun, membuat keluarga Prawira sangat panik. Riani selaku asisten rumah tangganya keluarga Prawira dan pengasuh Jelita. Dia juga menjaga Jelita di rumah sakit, tapi dia tidak menjaga sendirian.Karena semua keluarga Prawira berkunjung ke rumah sakit walaupun bergantian, karena ini sudah hari kedua Jelita berada di kamar pasien VVIP."Anakku, sehat yuk!" Jefan terus-menerus menggengam erat tangannya Jelita, walaupun Jelita dalam keadaan mata tertutup sedang beristirahat setelah makan dan minum obat."Sabar, nanti juga Jelita akan kembali sembuh." Dona selaku ibu kandungnya Jefan dan neneknya Jelita mencoba menguatkan anak sulungnya.Jelita demam karena beberapa waktu lalu di ajak l
Tercium aroma wangi ayam goreng yang sepertinya memang baru saja di goreng oleh Jonathan, sungguh perutnya Riani semakin bunyi dan cacing di dalam sana pasti sudah demo."Ayo makan, sayang!" Jonathan masih menatap lekat ke arah sosok gadis yang ada di depannya.Gadis yang sudah sering menerima nafsunya selama beberapa bulan lamanya, bahkan gadis itu sudah membuat dirinya selalu candu akan tubuh mungilnya itu.Tubuhnya Riani memang mungil tapi sangat menggoda, apa lagi pada dua gundukkan kenyal yang kembar. Dua gundukkan kembar itu sudah menjadi candu juga bagi Jonathan, dia benar-benar memiliki otak mesum.Namun, walaupun Jonathan mesum tapi dia selalu mesum pada Riani saja dan selalu bisa menjaga hasratnya ketika mereka berada di suatu tempat."Tuan, aku takut kalau..."Jonathan langsung menatap lekat ke arah gadis itu dan lekas membuka suara. "Ya sudah makan di kamar aku aja atau kamar kamu?" Jonathan memberikan penawaran pada Riani."Tuan, aku makan sendiri aja ya?" Riani menolak J
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani