POV KINAN"Mas Jaka tega sekali sudah mengkhianati kepercayaanku selama ini, kurang apa aku selama ini bertahan di sisinya. Hanya karena aku belum bisa memberikannya keturunan, dia jadi mengikuti permintaan ibunya begitu saja. Maafkan aku Mas Jaka, aku paling tidak bisa menerima pengkhianatan," gumamku dengan sedih.Setelah shalat aku akhirnya memutuskan untuk menghubungi nenek untuk meminta saran tindakan yang sebaiknya aku ambil. Gegas ku ambil ponselku dan mencari nomor nenek."Hallo assalamualaikum Nek," sapaku ketika sudah diangkat nenek."Waalaikumsalam Kinan, ada apa? Tumben menghubungi nenek semalam ini?" tanya Nenek Arini yang penasaran di telpon sang cucu."Nenek, Mas Jaka selingkuh Nek, dia sudah mengkhianati Kinan," jawab Kinan sambil sesenggukan."Innalillahi, bagaimana ceritanya Nak?" ucap Nenek Arini terkejut mendengar berita yang disampaikan oleh cucunya itu. Dia merasa terkejut beritanya secepat ini sampai di telinga Kinan. Meskipun dia sudah menyuruh Kinan untuk wasp
Sudah beberapa hari ini Jaka uring-uringan setiap hari. Dia sudah berusaha mencari Kinan di seluruh sudut kotanya, tapi belum menemukan wanita itu. Dia sudah mendatangi panti asuhan tempat Kinan tinggal tapi ternyata Kinan tidak ada disana. Bahkan Bu Hasna pun menanyakan ada permasalahan apa yang menyebabkan Kinan sampai pergi dari rumah yang tentu saja tidak dijawab oleh Jaka karena dia takut akan disalahkan. Padahal memang dia adalah pihak yang salah disini.Jaka pun selalu berusaha mencari Kinan setelah pulang kerja tapi rupanya Kinan sengaja menghilang agar tidak dapat ditemukan."Mas, sudahlah. Kalau Kinan memang tidak mau ditemukan biarkan saja. Toh wanita itu sendiri yang memutuskan untuk pergi bukan? Jadi mending kita segera urus pernikahan kita," ucap Saskia sambil gelendotan manja di lengan Jaka.Jaka bukannya tidak ingin menikah dengan Saskia, apalagi mereka telah beberapa kali melakukan hubungan suami istri, dan Jaka sangat menyukai pelayanan yang diberikan oleh Saskia tap
Kinan melihat cafe yang sedang begitu ramai, para pegawai terlihat sibuk melayani pembeli yang tidak henti silih berganti berdatangan. Manajernya sedang dia suruh untuk mengecek barang-barang yang habis di dapur. Tidak berapa lama kemudian terdapat seorang tamu datang lagi, mereka lama celingukan tapi belum dilayani.Karena tidak ingin mengecewakan pelanggan yang sudah datang ke cafenya, maka Kinan memutuskan untuk turun tangan sendiri untuk melayani tamu yang baru datang. Dia gegas mengambil buku menu dan mendatangi tamu yang baru datang tersebut."Permisi Mbak, mau pesan apa?" ucap seseorang tiba-tiba yang suaranya terasa begitu familiar di telinga Ibu Jaka. Refleks Ibu Jaka menoleh dan matanya langsung menatap kaget kepada sosok wanita di depannya ini."Loh kamu...,"Kinan terkejut menatap ibu mertuanya sedang ke cafe bersama dengan Saskia. Dia menatap ibu mertuanya dengan pandangan yang sulit diartikan. Belum lama dia pergi dari rumah tapi ibu mertuanya sudah dengan berani keluar
"Nenek dengar tadi ibu mertuamu membuat kerusuhan di cafe?" tanya sang nenek pada saat mereka berdua sedang makan malam. Kinan memang dipercayakan untuk belajar mengelola cafe tersebut oleh sang nenek, tentu saja masih tetap di bawah pengawasan sang nenek. Sedangkan untuk manajemen cafe yang lain mulai pelan-pelan diserahkan kepada Kinan setelah Kinan mengerti benar mengenai hal yang dikelolanya. Nenek Arini dibantu dengan tangan kanannya, Ferdi, berusaha keras membuat Kinan mengerti tentang manajemen cafe dalam waktu singkat.Beruntungnya Kinan memiliki otak yang encer sehingga dengan mudah mengerti apa yang dijelaskan oleh nenek Kinan. Bahkan Kinan juga sudah mengusulkan untuk melanjutkan pendidikannanya ke universitas guna lebih mencari ilmu agar kelak bisa memberikan kontribusi untuk usaha milik keluarganya tersebut.Tentu saja Nenek Arini sangat menyukai semangat belajar dari Kinan, dan menyetujui Kinan untuk melanjutkan pendidikan asalkan Kinan bisa membagi waktunya."Iya Nek,"
"Kinan, tumben kamu makan siang dengan ayam geprekgeprek dan ini ada rujak juga," ucap sang nenek membuka obrolan ketika mereka berada di ruang makan untuk menikmati makan siang."Huh hah.. Nggak tahu Nek, rasanya tadi Kinan pengen banget makan rujak mangga muda sambil makan ayam geprek ini," ucap Kinan sambip meneguk air putih dan segera menghabiskannya dengan cepat. Dia merasa lidahnya terbakar, Kinan memang tidak begitu tahan masakan pedas. Itu yang membuat sang nenek merasa aneh dengan perubahan cucunya tersebut."Emm, kamu sudah datang bulan belum Kinan?" ucap sang Nenek tiba-tiba sambil menatap serius ke arahnya.Pertanyaan tidak terduga dari sang nenek otomatis membuat Kinan menghentikan makannya sejenak. Dia sembari mengingat kapan terakhir kali dia datang bulan. Dan sontak saja Kinan tersentak, dia sudah tidak datang bulan 2 bulan ini. Jadwal haidnya memang tidak teratur, tapi tidak pernah dia telat datang bulan selama ini."Kinan tidak menstruasi 2 bulan ini Nek. Tapi memang
"Nek, apa Kinan harus memberitahu Mas Jaka kalau saat ini Kinan hamil?" tanya Kinan saat perjalanan kembali ke rumah setelah pemeriksaan tadi.Nenek Arini menatap wajah Kinan dengan sendu. Dia yakin bahwa cucunya ini masih mencintai suaminya meskipun saat ini sedang diberi luka oleh suaminya tersebut."Semua terserah kamu Kinan, hanya saja kalau kamu memberi tahu Jaka, apakah kamu yakin dia masih tetap memilihmu? Tapi kalau memang kamu masih mau kembali pada Jaka, silahkan beritahu suamimu tentang kehamilanmu," jawab Nenek Arjni yang menyerahkan semua keputusan kepada Kinan."Sesungguhnya Kinan masih belum bisa memaafkan pengkhianatan yang dilakukan Mas Jaka. Tapi Kinan juga tidak ingin anak ini nanti labir tanpa ayah disampingnya," jawab Kinan yang rupanya masih bimbang akan keputusannya.Nenek Arini menghela nafas panjang mendengar jawaban dari Kinan yang sudah bisa dia duga sebelumnya. Tapi dia tidak ingin terlalu ikut campur urusan dengan cucunya tersebut. Nenek Arini hanya ingin
Kinan berusaha menyembunyikan diri di tengah banyaknya orang yang sedang menamgantri obat juga. Dia tidak ingin terlihat oleh ketiga orang yang sudah antri di depan ruangan dokter. Meskipun Kinan merasa aneh kehadiran mereka bertiga di dokter kandungan. Apakah Saskia sedang hamil anak Mas Jaka? Batin Kinan bertanya.Tanpa sadar bulir air mata menetes dari matanya, Kinan merasa sangat sedih karena suami yang begitu dicintainya mengkhianatinya sedemikian rupa. Ternyata seseorang yang kita cintai terkadang juga merupakan oramg yang menyakiti kita.Setelah memastikan vitamin hamilnya sudah selesai dipersiapkan, Kinan segera beranjak menuju parkiran mobil. Kinan sudah mulai lancar dalam mengemudi mobil sehingga hari ini dia memutuskan untuk mengendarai mobilnya sendiri. Nenek Arini sedang ada meeting bulanan dengan para manajer cafe. Seharusnya dia yang memimpin rapat, tapi sejak semalam dia merasakan perutnya kram.Itu sebabnya pagi ini dia memutuskan untuk kontrol ke rumah sakit lebih a
"Nenek tadi sewaktu Kinan kontrol ke rumah sakit , kata dokternya adek bayi jenis kelaminnya laki-laki Nek," ucap Kinan memberitahu hasil dari USG tadi siang."Alhmadulillah Kinan, Nenek turut senang mendengarnya. Apakah kondisinya sehat semuanya?" jawab Nenek Arini dengan riang."Alhamdulillah semuanya baik Nek. Adek bayi begitu baik tidak pernah rewel," jawab Kinan merasa bangga karena anaknya begitu baik.Setelah itu keduanya sama-sama terdiam, tetapi Kinan melihat Nenek Arini terlihat memikirkan sesuatu. Kinan pun memveranikan diri untuk bertanya."Kenapa Nek? Apa ada yang mengganggu pikiran Nenek?" tanya Kinan dengan begitu hati-hati.Nenek Arini terperanjat mendengar pertanyaan Kinan, sesungguhnya dia merasa begitu bimbang. Dia bimbang menceritakan kenyataan yang akan Kinan hadapi ke depannya. Tapi Nenek Arini juga tidak ingjn Kinan digantungkan dalam ketidakpastian selama ini."Kinan, apapun yang Nenek katakan setelah ini, kamu harus kuat ya. Ingat ada Nenek yang akan selalu di
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar