Terima kasih bagi kalian yang sudah mampir ke book ini. Aku menulis book ini setelah hiatus menulis di GN selama 2 tahun. Aku berharap bisa konsisten lagi. Jangan lupa tinggalkan jejak dan komentarnya.
"Apa aku harus menghamilimu juga seperti Ellen?"Ara mematung kala mengingat ucapan mantan kekasihnya beberapa waktu lalu.Hubungan mereka sejak SMA hancur begitu saja karena pengkhianatan pria itu dengan sahabat Ara!Parahnya lagi, rumah yang dia beli dengan uang hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun agar dapat memboyong Ibunya di ibu kota, justru digadaikan pria brengsek ituStress dan trauma membuat Ara menjadi tidak fokus dalam bekerja. Dia sering kena tegur oleh atasannya dan berakhir dipecat.Sungguh benar-benar malang nasib Ara.Hari-hari dia lalui dengan begitu berat, membuatnya tak punya arah dan tujuan hidup.Namun tadi sore, Ara menemukan fakta bahwa penagih utang mengejar dirinya! "Aku harus bagaimana sekarang?" lirih Ara kala berhenti di sebuah jembatan kecil.Didekatinya sisi jembatan tersebut.Menoleh ke bawah dan melihat derasnya air yang mengalir.Terbesit sudah dalam pikiran Ara untuk bunuh diri dan terjun dari jembatan itu. Namun, dilema mulai menghantuinya.
"Kau bisa beristirahat di kamar ini. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu dan aku letakkan di atas kasur gulung," jelas Barnes. "Pa-pakaian untukku," balas Ara kikuk. "Jangan salah paham. Aku tinggal dengan adikku dan pakaian yang aku siapkan untukmu itu adalah pakaian milik adikku," jelas Barnes. "A-adikmu?" Ara merasa tidak enak. Barnes tersenyum melihat reaksi Ara. "Iya, adikku. Aku pikir ukuran pakaian adikku sama persis denganmu. Kau tidak perlu sungkan seperti itu. Anggap saja di rumah sendiri," jelas Barnes. "Lalu di mana adikmu?" tanya Ara karena sedari tadi Ara tidak melihat siapapun selain dirinya dan Barnes. "Adikku tidak di rumah. Dia kerja di rumah keluarga yang sangat kaya raya. Mungkin besok dia akan pulang ke rumah dan aku akan coba menanyakan padanya apakah di tempat dia kerja sedang membutuhkan tenaga?" "Aku jadi merepotkan mu," ujar Ara lesu. "Tidak masalah. Sesama perantauan harus saling tolong menolong. Kau bisa beristirahat dulu, aku akan membersi
"Kenapa kau kunci pintunya?" ucap Barnes. Ara menepuk jidatnya sendiri, gadis itu benar-benar lupa jika pintunya dia kunci. "Ma-af, aku menguncinya karena tadi aku pergi mandi dan aku lupa membuka kuncinya," tutur Ara.Wajahnya menjadi merah seperti tomat, tapi selang beberapa menit Ara mengubah mimik wajahnya saat melihat gadis yang ada di belakang Bernas. "Oiya ... Ara, perkenalkan ini adikku." Bernas menarik tangan gadis itu hingga berdiri berjajar dengannya. "Halo ...," sapa gadis itu dengan ramah. Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Ara. Justru Ara terlihat masih sedikit canggung. Namun, akhirnya Ara membalas uluran tangan dari gadis itu. "Namaku Jean," lanjutnya tersenyum. "Aku———Ara," balas Ara sambil tersenyum.Dibalik senyuman itu, Ara mengira jika Jean adalah sosok gadis yang jutek.*** "Kau sedang mencari pekerjaan?" tanya Jean disela-sela makan malamnya bersama dengan Barnes dan juga Ara. "Eh, serius makanan ini enak sekali," lanjut Jean memuji masakan
"Kenapa kau malah bengong di situ? Kau bisa masak atau tidak? Jika kau tidak bisa masak maka kau akan gugur!" Albertina menatap tajam pada Ara. "Kau tahu kan lowongan kerja apa yang sedang kami cari?" "Anda sedang mencari Chef," jawab Ara tegas kala tersadar. "Lalu kenapa kau masih bengong di situ? Kau bisa memasak?" "Eh--anu--itu---" "Ganti!" sela Albertina. "Tunggu! Maafkan Aku." "Masih banyak yang antri dan kau tidak masuk dalam kriteria." "Bagaimana bisa anda bilang jika aku tidak termasuk dalam kriteria, sedangkan anda sama sekali belum mempekerjakan ku." "Semua keputusan ada di tanganku." "Hmm ... jika kau mencari yang sempurna, maka semua yang antri di sini tidak ada yang masuk dalam kriteria," celetuk Ara membela dirinya sendiri juga yang lainnya. Pelayan di samping Albertina berbisik disusul senyum manis di bibir Albertina. "Baiklah. Kau diterima bekerja di sini.".... "A-apa? Aku diterima?" Ara terlihat tidak percaya. "Tidak diterima salah, diterima
"Hah? Apa?" sahut Ara melongo. "Ah, sudahlah. Aku terlalu capek saat mengobrol dengan mu untuk saat ini. Aku seperti sedang bicara dengan patung." Jean memangku dagunya sendiri. Jean terlihat merajuk pada Ara. Ara pun berusaha untuk menghiburnya. Celotehan Ara berhasil membuat Jean tertawa. Bagaimana pun juga kedatangan Ara di rumah keluarga Chase memberi warna yang berbeda. Kadang sikap polos Ara membuat para maid yang bekerja di rumah itu menjadi heran, terkadang Ara juga bisa tegas. "Ara, apakah kau punya kepribadian ganda?" tanya seorang maid yang baru saja masuk ke dapur. "Hah? Enak saja kau bilang aku punya kepribadian ganda," protes Ara. Dapur kembali ramai karena celotehan Ara dan maid-maid lainnya, tapi setelah itu dapur yang ukurannya sangat besar seperti dapur di restoran ternama mendadak menjadi hening. Albertina masuk ke dalam dapur bersama dengan Georgina. Mereka berdua adalah maid senior di rumah itu. Mereka lah yang paling awet bekerja di sana. Kedua maid
Mendengar teriakan sang nyonya tua, Albertina dan Georgina berlari menghadap Nyonya Marry. Wanita tua itu terlihat sangat kesal. Mandy sempat melarang ibunya itu, akan tetapi Mandy adalah anak yang selalu disetir oleh ibunya. Mandy tidak bisa melarang kehendak sang ibu. Namun, malam itu Mandy berani memprotes ibunya. "Ibu, sudahlah. Tidak perlu diperbesar. Tamu ku dari Korea, wajar saja jika aku meminta para chef untuk memasak masakan Korea," tutur Mandy. Mendengar penuturan Mandy, Marry memilih diam. Terlebih lagi saat para tamu mengomentari tentang menu makan malam pada saat itu. "Siapa yang memasak sup kuah ini? Rasanya sama persis seperti yang ada di negara Korea," puji salah satu tamu. Mandy langsung menyuruh Albertina dan Georgina untuk kembali ke tempatnya. Marry pun membalikkan badannya dan tersenyum pada tamu itu, begitu juga dengan Mandy. "Benarkah?" ujar Marry memastikan. Tamu itu menganggukkan kepalanya. "Kami memang punya chef yang sangat berpengalaman. Itupun kami da
Ara melirik Jean yang sudah tertidur pulas. Kedua mata Ara belum bisa diajak kerjasama. Badan Ara sudah sangat lelah, akan tetapi kedua mata Ara semakin lebar. Pastinya di dalam kepala Ara berkeliaran berbagai macam hal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu malam. "Fyuh, kenapa kecelakaan itu justru membuatku dilema? Dia sudah tidak ada hubungan apa-apa denganku, tapi kenapa aku masih belum ikhlas?" Bukan Ara tidak ikhlas akan hubungan Ryan dan Ellen, tapi Ara tidak ikhlas tentang hal lain. Ya, betul sekali. Ara tidak mengikhlaskan soal tempat tinggalnya. Susah payah Ara mengumpulkan uang dan bisa membeli sebuah rumah untuk melepas lelah, tapi rumah itu sekarang telah menjadi milik orang lain bahkan mungkin akan menjadi hak dari rentenir yang mengejar-ngejar Ara. Bahkan Ara juga belum menunjukkan rumah itu pada sang ibu. Hati dan pikiran Ara saat itu benar-benar berantakan. Rasanya dia ingin meluapkan semua emosinya, tapi kepada siapakah Ara akan meluapkan emosinya? Jawaba
Malam itu Ara kembali tidak bisa tidur. Ara terus dibayangi oleh bayang-bayang si pemilik sorot mata tajam yang mengerikan. Ara dibuat dilema antara khawatir dan takut jika pertemuan hari itu akan membuat bencana serta boomerang bagi diri Ara. Pagi harinya semua bekerja seperti biasanya, akan tetapi ada yang berbeda dari Ara. Ara tampak lesu dan kurang semangat. Ara tidak seceria seperti biasanya bahkan sering membuat kesalahan. Saat Ara memasak, masakannya cenderung berasa asin. Sampai Ara kena tegur maid lainnya. Beruntung tidak ada maid senior di dapur pada saat itu. Jika ada salah satu maid senior atau asisten nyonya besar pasti Ara akan kena marah. Bisa jadi Ara akan dipecat. "Ara, untuk hari ini lebih baik kau jangan memasak. Aku takut jika nanti masakannya tidak enak," saran dari Jean dan Ara pun menerima saran dari Jean. Ara memilih untuk bergeser. Ara mengakui jika dirinya tidak cukup fokus pada hari itu. "Ara, tolong ambilkan talenan." "Ini ...." Ara menyodorkan
Setelah Tobey menikahi Ara dan memboyong Ara untuk tinggal di apartemennya. Pasangan pengantin baru itu tampak saling diam di dalam kamar tanpa saling komunikasi satu dengan lainnya. Ara sibuk menata pakaiannya yang dia keluarkan dari dalam koper untuk diletakkan di dalam lemari kosong bersebelahan dengan pakaian milik Tobey. Sementara Tobey sedang sibuk mengerjakan skrip untuk kuliahnya di meja sebelah ranjang. Keduanya masih saling kikuk dan enggan untuk memulai komunikasi. Hingga akhirnya keduanya berbaring dalam satu ranjang. "Aku minta maaf. Aku tidak bisa memberimu hak sepenuhnya sebagai suami," ucap Ara lirih dan menundukkan kepalanya tanpa menatap Tobey. Penuturan dari Ara membuat Tobey diam dan memejamkan matanya, "Aku masih belum siap," imbuh Ara sambil menundukkan kepalanya dan buliran bening kembali meleleh mengalir mengikuti lekak likuk tulang pipi Ara. "Baiklah. Tentunya kau juga harus menjaga bayi yang sedang kau kandung. Aku tidak akan mengganggumu," balas Tobey. Pr
Sebuah mobil menghadang Ara dan juga ibunya. Mereka berdua sangat terkejut. Terlebih lagi jalanan malam yang mulai agak sepi, apalagi mereka berdua wanita semua. Yang satu sedang hamil dan satunya sudah tua serta sakit-sakitan. Saat lampu merah belakang menyala dan mobil berhenti, Ara memegang erat tangan ibunya. Wajah keduanya sangat pucat, karena mereka memikirkan hal negatif yang akan terjadi pada keduanya. Saat seseorang keluar dari dalam mobil dan mengetahui siapa dia, mereka berdua menjadi lega. Mereka sangat beruntung karena di tengah jalan Tobey-lah menghadang mereka berdua. Tobey tidak sengaja sedang melintas di sekitar sana. Seperti biasa Tobey selalu ada saat sedang dibutuhkan. Seolah Tobey tahu jika mereka sedang butuh bantuan. Tobey seperti magnet tersendiri untuk Ashley dan Ara. Kehadirannya selalu tidak bisa disangka-sangka. "Kalian kenapa berjalan kaki? Ayo, masuk ke dalam mobil," pinta Tobey. Tanpa memberi alasan pada Tobey, Ara dan Nyonya Ashley langsung masuk ke
Akibat ego dari keduanya justru menyengsarakan orang-orang di dekatnya. Meskipun Ara dan Jacob saling mencintai, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa cinta mereka salah. Meskipun didasari oleh cinta, tapi yang namanya perselingkuhan tidak akan berujung baik. Pada dasarnya perselingkuhan diakibatkan adanya salah seorang pihak membuka hati untuk datangnya sebuah cinta, tapi terkadang kita harus sadar bahwa rumah tangga harmonis dengan pondasi yang kuat itulah yang dibutuhkan dalam membangun sebuah keluarga. Jacob dan Mandy menikah tanpa adanya cinta. Pernikahan mereka berumur delapan tahun. Mereka mengarungi rumah tangga yang sulit dan tidak sehat. Perselingkuhan, pertikaian sering mengisi perjalanan rumah tangga mereka. Tujuan pernikahan untuk memiliki keturunan tidak dapat diwujudkan, itulah yang menjadi penyebab utama adanya rasa bosan dan saling egois. Selama delapan tahun Mandy terus berusaha membuat Jacob jatuh hati padanya. Walaupun kadang dia merasa sangat lelah dan memutu
Nyonya Merry melirik Mandy sambil tersenyum. Sementara Jacob hanya terdiam dengan wajah datar tanpa ekspresi membalikkan badan menatap keduanya. "Hasil pemeriksaan hari, dokter bilang bahwa Mandy hamil. Kalian akan memiliki keturunan sebentar lagi," ujar Nyonya Merry tersenyum sumringah. Mandy dibuat bengong. Dia terlihat bodoh mendengar pengakuan dari sang ibu. Mandy terlihat bingung dan tidak percaya, "Ha-hamil? Aku hamil?" "Ini hasil alat test kehamilannya. Dokter menunjukkan bahwa Mandy positif hamil," timpal Nyonya Mandy menunjukkan alat test kehamikan kepada keduanya. Keduanya bingung, seolah tidak percaya dengan pengakuan sang ibu, "Kau hamil, anakku sayang. Selamat," sambungnya dan memberikan alat test kehamilan tersebut pada Mandy. Mandy menerima alat tersebut dengan kebengongannya yang belum selesai. Walaupun seperti itu, Mandy masih saja tidak menyadari kebodohannya. Kehidupan Mandy yang selalu disetir oleh ibun
Tobey menarik Ara agar tidak ketinggalan kereta malam. Di waktu mereka hendak keluar dari gerbang, dari arah depan tampak mobil mewah yang dikendarai Jacob memasuki gerbang. Mereka berpapasan dan sama-sama sadar, akan tetapi Jacob terkejut melihat Ara malam-malam di luar rumah bersama dengan seorang pria dan membawa koper. Jacob langsung menghentikan mobilnya dan keluar dari dalam mobil. Jacob melangkah cepat dan menyusul Ara."Ara ...!" panggilnya. Panggilan itu seketika menghentikan langkah Ara."Ara, kita sudah tidak ada waktu lagi karena kereta akan berangkat dalam dua puluh menit lagi," sela Tobey."Ata, kau hendak pergi ke mana malam-malam begini." Jacob yang semakin berjalan mendekati Ara.Tobey langsung pasang badan mencegah langkah Jacob, "Ara akan menikah denganku," sahut Tobey dengan nada tegas."Apa? Minggir kau!" Jacob mendorong Tobey dengan kesal dan marah, akan tetapi lagi-lagi Tobey menghadang dan membuat Jacob geram."Jangan ganggu Ara lagi! Urusi saja kehidupanmu dan
Hubungan yang baru berusia seumur jagung dan sudah terlampau jauh, kini diambang kehancuran. Ara tidak pernah menyangka jika ibunya akan datang dan mengetahui semuanya. Ara juga tidak sadar jika dia telah melakukan kesalahan yang sama seperti ibunya dahulu. Ara baru menyadari dan menyesali segalanya begitu sudah terlanjur serta nasi sudah menjadi bubur. Jatuh cinta di waktu dan dengan orang yang salah. Namun, Ara sendiri tidak kuasa menahan hasrat dan perasaannya untuk mementingkan egonya. Ara tidak menyangka jika dia akan jatuh cinta pada Jacob dan dia tidak bisa mengendalikannya karena itu terjadi begitu saja.Kesalahan fatal yang Ara lakukan kini telah membuahi nyawa yang tidak berdosa di dalam rahimnya. Ara tidak kuasa menahan nasib yang akan menimpa anaknya kelak jika dia sudah dewasa nanti. Nasib yang sama dengan penderitaannya yang sedang dia alami saat ini.Ara membawa Albert masuk ke dalam kamarnya dan menyuruh maid lain untuk menggantikan posisi dia untuk menjaga Albert. Tad
Mendengar penuturan Nyonya Merry, Nyonya Ashley terlihat sangat terkejut. Sesak napasnya kambuh hingga membuatnya tidak mampu untuk berdiri dengan sempurna. Nyonya AShley tampak memegang dadanya yang terasa sangat nyeri akibat mendengar kata-kata tersebut."Hentikan! Kau benar-benar keterlaluan!" Tobey yang tidak tega melihat keadaan Nyonya Ashley berusaha untuk menyudahi perdebatan yang tidak akan ada pangkat selesainya jika sudah membahas yang namanya perselingkuhan."Hei, anak muda. Kau tidak tahu apa yang dilakukan si pel*c*r ini dulu? Jadi, jangan pernah ikut campur!" ungkap Nyonya Merry.Hal itu membuat Nyonya Ashley tidak kuat berada di sana terlalu lama. Dia menarik tangan Tobey mengisyaratkan untuk segera pergi dari sana. Tobey yang paham dengan keadaan ibunya Ara segera menuntun wanita paruh baya itu untuk keluar dari ruangan tersebut.Dengan perasaan kecewa dan hancur, Nyonya Ashley keluar dari ruangan itu sambil menangis dengan tangan memegang dadanya yang terasa sangat sa
"Nyonya sepertinya anda sudah mengetahui tentang penyakit kanker rahim yang diderita oleh pasien," ungkap dokter tersebut pada Nyonya Merry. "Iya. Mungkin aku hanya butuh obat pereda rasa sakit agar putriku tidak kesakitan seperti tadi," balas wanita paruh baya tersebut. "Tidak bisa, Nyonya. Anda harus memeriksanya lebih lanjut. Penyakit yang menyerang putri anda harus segera mendapatkan penanganan langsung. Kanker itu telah berkembang sangat lama dan jika tidak segera ditangani maka akan membahayakan nyawa pasien. Maka dari itu harus segera diangkat," lanjut sang dokter. "Itu berarti putriku tidak akan memiliki rahim, dok?" "Bahkan sekarang pun dia tidak akan bisa hamil lagi karena rahimnya telah digerogoti sel kanker," jelas sang dokter. "Jika begitu, aku perlu berpikir untuk itu."Nyonya Merry hanya bisa menunduk lesu melihat keadaan anaknya yang sedang sakit, akan tetapi penyakit itu selalu dia tutupi di depan Mandy ataupunJacob. Kanker rahim yang di derita oleh Mandy adalah p
Pagi telah datang dan menjemput semua orang untuk kembali beraktivitas. Saat itu Ara bangun lebih awal. Dia sengaja tidak membangunkan Jacob lantaran ingin memberikan kejutan untuk Jacob. Oleh karena itu dia berusaha sepelan mungkin bergerak dari ranjang untuk menurunkan kedua kakinya. Ara berjalan mengendap-endap menuju ke kamar mandi dengan membawa alat test kehamilan yang dia beli kemarin.Saat Ara sedang berada di kamar mandi, Jacob mendadak dikejutan dengan ponselnya yang terus bergetar. Getaran ponsel Jacob yang terus menerus membuatnya terbangun dengan terpaksa. Dengan menahan rasa ngantuk yang masih menyerangnya Jacob mengangkat panggilan telepon itu."Sayang ... sayang!!" Suara Mandy yang terlihat bergetar di seberang sana sambil berteriak menahan rasa sakit serta menangis tersedu-sedu membuat Jacob tersadar dari rasa ngantuknya dan terlihat bingung."Ada apa?""Perutku sakit sekali, sayang. Cepat ke kamar sekarang juga!" rintih Mandy.