Share

Mahar Untuk Risa
Mahar Untuk Risa
Author: Lenterapilu

Bab 1

Author: Lenterapilu
last update Last Updated: 2021-08-01 21:47:28

Impian tidak akan terwujud tanpa adanya sebuah aksi.

~~~~

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok, lusa, atau beberapa hari kemudian tetapi yang perlu di ketahui ialah apa yang kamu kerjakan hari ini adalah apa yang akan kamu kerjakan esok.

Risa, mahasiswi jurusan Sastra Indonesia di salah satu kampus ternama di ibu kota, sedari kecil ia bermimpi menjadi seorang penulis hebat, dengan para pembacanya yang selalu terinsipirasi dengan apa yang ia tulis, tetapi sayangnya itu hanya sebuah khayalan dan mimpi yang enggak tahu kapan akan terwujud.

Dorrrr!

Risa tersentak kaget tatkala sebuah tangan memukul pundaknya sambil berteriak tepat di telinganya.

"Ih apaan sih kamu," kesalnya sembari memanyunkan mulutnya.

"Pasti melamun lagi ni."

"Enggak!"

"Halah, kamu enggak usah bohong. Satu  kampus juga tahu kamu suka khayal."

"Ih apaan sih, Rendi, sok tau banget." Kesel Risa sambil menatap Rendi tajam.

Rendi tersenyum lalu duduk di sebelah Risa.

"Mau sampai kapan sih ngehalu terus? Enggak ada niat untuk wujudin impian kamu apa?" Tanyanya. Rendi tahu menjadi seorang penulis adalah impian Risa dari dulu, dan menjadi tokoh utama dalam sebuah buku adalah tujuan utamanya. Tetapi entah mengapa Risa tidak pernah mencoba untuk menerbitkan bukunya, atau mengajukan ke penerbit besar, kan dengan begitu ia bisa menggapai impiannya.

"Siapa sih yang enggak mau gapai impiannya, tapi ya menggapai impian itu enggak segampang membalikkan telapak tangan," ucapnya.

"Semua orang juga tahu itu,Risa. kalau menggapai impian segampang membalikkan telapak tangan kalau gitu orang-orang nggak perlu halu dulu, tinggal langsung gas aja. Tapi ya itu lah impian, nggak gampang di raih tapi setidaknya kamu juga harus berusaha, tunjuki kalau kamu sungguh-sungguh sama impian kamu, bukan malah malas-malasan kayak gini," jelas Rendi, jujur saja ia kesal dengan Risa, gadis itu tidak pernah mau mendengarkan sarannya.

"Siapa yang malas-malasan, sih? Kamu itu enggak tahu apa yang aku rasain, kamu pikir gampang buat novel? Terus saingannya, antriannya, pembacanya, dan itu juga belum tentu di terima di penerbit besar. Lagian penulis baru kayak aku, enggak mungkin bisa dapat pembaca dalam waktu singkat."

"Nah, itu kamu tahu, enggak mungkin dapat pembaca dalam waktu singkat kalau begitu ya kamu harus mulai dulu, coba publish cerita kamu di platform membaca, atau di internet, atau di Mading kampus, kan dengan begitu kamu bakalan dapat pembaca, walaupun satu atau dua orang tapi itu berharga loh, Ris."

"Enggak dulu deh, aku takut malah nanti di omongin atau di bully karena tulisan aku enggan bagus."

Rendi hanya menghela napas, selalu seperti ini, belum memulai Risa sudah pesimis duluan.

"Risa ..."

"Iya?"

"Mau sampai kapan sih kamu kayak gini?"

"Gini? Maksudnya?"

"Ya kayak gini, belum lagi mencoba kamu udah pesimis duluan. Kalau gini terus kapan majunya."

Risa terdiam, ia tahu omongan Rendi itu benar bahkan sangat benar, tetapi begitulah Risa, ia terlalu takut dan tidak siap untuk menerima kemungkinan buruk yang akan terjadi nantinya. 

"Entah lah, aku masih bingung. Udah ya, biarin aku sendiri dulu. Mending kamu pergi aja deh, godain cewek kek biar nggak jomblo terus."

"Halah kayak kamu nggak jomblo aja."

"Aku enggak jomblo, tapi single. Paham!"

"Sama aja!" Rendi langsung pergi dari sana, jujur saja ia tidak tega melihat Risa terus-terusan seperti ini. Hampir tiga tahun ia berteman dengan Risa, gadis itu tidak ada berubahnya, masih pesimis seperti pertama mereka kenal.

Hampir tiga tahun berteman dengan Risa bukan berarti Rendi tidak memiliki perasaan dengan gadis itu, justru ia menyukai Risa sejak pertama kali mereka bertemu. Risa yang terkenal dengan kelembutannya, ramah, dan juga pintar, berhasil membuat Rendi jatuh hati sejak pandangan pertama.  

Namun, hingga saat ini Rendi belum berani untuk mengatakan perasaannya pada Risa, ia takut Risa tidak menyukainya dan menolak cinta Rendi, dan jika hal itu terjadi mereka tidak akan bisa dekat seperti ini lagi dan Rendi tidak mau hal itu sampai terjadi.

"Ris, mau sampai kapan sih kamu kayak gini," batinnya. Dalam jauh Rendi diam-diam memperhatikan Risa, lagi-lagi gadis itu kembali melamun. Entah apa yang membuat Risa begitu cinta dengan dunia halu, sampai ia tidak sadar bahwa di dekatnya ada lelaki yang benar-benar tulus mencintainya.

Rendi terus memperhatikan gadis itu, hingga ingatannya kembali memutar moment di saat mereka bertemu pertama kali.

Flashback

"Hai, kamu Maba juga kan?" Rendi menyapa Risa yang tengah duduk di salah satu bangku taman yang ada di kampus mereka.

Risa mengangguk.

"Kenalin aku Rendi, dari jurusan Sistem Informasi." Rendi menjulurkan tangannya ke hadapan Risa sambil terus menatap gadis itu yang terus menunduk dan tidak berani menatap wajahnya.

"Aku Risa, dari jurusan Sastra Indonesia," jawabnya lalu membalas sambutan tangan Rendi.

Rendi tersenyum. "Kenapa nunduk terus? Enggak sopan tahu ngobrol sama orang tanpa melihat wajah lawan bicara."

Pelan-pelan Risa mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. 

"Sorry," ucapnya.

Rendi pun ikut tersenyum, dan saat itulah ia merasakan suatu hal yang berbeda ketika melihat senyum Risa. Senyum gadis itu sangat manis, wajahnya teduh dan membuat Rendi sangat tenang kita menatapnya.

"Kenapa? Aku jelek ya? Sorry. Kalau gitu aku duluan ya."

"Eh, enggak gitu ..." Belum sempat Rendi selesai berbicara, Risa telah pergi meninggalkannya dengan terus menunduk.

Rendi benar-benar merasa tidak enak, padahal ia menatap Risa bukan karena gadis itu jelek, tetapi wajahnya yang sangat manis membuat Rendi ingin terus menatapnya. 

Rendi ingin sekali mengejar gadis itu dan menjelaskan kepadanya, tetapi belum sempat ia mengejar gadis itu telah hilang dan tidak tahu pergi ke mana.

Flashback off

"Andai aja kamu tahu perasaan aku, Ris, mungkin kamu enggak bakalan insecure lagi," batin Rendi lagi.

[][][][]

Related chapters

  • Mahar Untuk Risa   Bab 2

    Novel, segelas susu hangat, dan musik klasik, perpaduan yang sangat di sukai oleh Risa. Tiga benda tersebut tidak pernah terlewatkan setiap harinya, apalagi jika malam Minggu seperti ini bukannya jalan-jalan atau hanya sekedar telepon dengan gebetan, Risa justru lebih menikmati menghabiskan malam minggunya dengan novel-novel koleksinya.Risa tidak pernah iri dengan orang-orang yang menghabiskan malam Minggu bersama pasangan mereka, Risa justru malah merasa tidak suka dengan hal itu. Risa tidak phobia pacaran, ia juga masih menyukai lawan jenis, tetapi Risa paling tidak suka menjalani hubungan yang dia sendiri tidak tahu bagaimana endingnya karena itu hanya membuang-buang waktu, bagi Risa waktu adalah uang dan ia tidak boleh menyia-nyiakannya.Kini Risa kembali sibuk dengan novel bacaannya, ia bertekad malam ini ia harus selesai membaca satu novel tidak perduli jika ia harus begadang demi menamatkan bacaannya.Risa selalu

    Last Updated : 2021-08-02
  • Mahar Untuk Risa   Bab 3

    Perjuangkan apa yang pantas untuk di perjuangkan, karena tidak ada yang sia-sia selama niat dan tujuannya baik.~~~~Randi menatap langit-langit kamarnya, tatapannya seolah kosong, bak seorang yang sedang mempunyai masalah besar. Otaknya benar-benar tidak bisa bekerja, dan hanya ada satu nama yang memenuhi otak Randi, yaitu Risa."Duh, aku kenapa mikirin Risa terus, sih," gumamnya sembari mengacak-acak rambut ikalnya.Randi tidak tahu mengapa Risa bisa membuatnya jatuh hati seperti ini, padahal jika di bandingkan dengan beberapa perempuan yang menyukai Randi, Risa masih kalah jauh. Risa tidak cantik tetapi entah mengapa wajahnya menjadi candu untuk Randi, Risa juga tidak lembut tetapi setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah menjadi mood booster untuk Randi, dan satu lagi kelebihan Risa yang jarang di miliki oleh perempuan lain; Risa pintar, tetapi pintarnya Risa berbeda bukan hanya mencakup pendidikan saja tetapi luas sangat luas, gadis itu memiliki la

    Last Updated : 2021-08-03
  • Mahar Untuk Risa   Bab 4

    Cobalah untuk mencintai dirimu sebelum kamu mencintai orang lain.~~~~~Jatuh hati setelah bertahun-tahun memilih sendiri bukanlah perkara muda, karena pada saat itu hati seolah telah mati. Dan memilih sendiri bukan berarti belum move on dari masa lalu melainkan hanya memberikan waktu agar bisa lebih mencintai diri sendiri, sebab pada dasarnya manusia tidak bisa mencintai orang lain jika ia belum mencintai dirinya sendiri."Woi, melamun kamu ya."Di kejutkan pada saat lagi melamun membuat jantung Randi seolah mau copot, sontak ia langsung mengucap sangking terkejutnya."Tuh kan melamun, bilangin aku sering melamun tau-tau kamu sendiri juga melamun," ucap Risa. Ia langsung duduk di sebelah Randi, wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Randi sehingga membuat Randi salah tingkah."Ngapain?" Ucap Randi gugup, namun ia berusaha terlihat biasa saja."Kamu kenapa melamun? Tumben banget, biasanya enggak pernah. Lagi ada pikiran, ya? A

    Last Updated : 2021-08-04
  • Mahar Untuk Risa   Bab 5

    Bersikap sopan lah kepada orang lain, karena apa yang kamu berikan itu lah yang akan kamu dapatkan.~~~~Susana kampus tampak ramai karena sedang ada acara peresmian gedung, semua mahasiswa yang bergabung dalam himpunan ataupun organisasi di haruskan memberikan penampilan mereka untuk mengisi acara.Semua organisasi yang akan tampil hari ini terlihat sibuk, mereka saling menginginkan satu sama lain agar apa yang di tampilkan sempurna dan tak lupa mereka juga saling memberi semangat agar acara akan lancar sampai selesai. Begitupun dengan Randi dan teman-temannya, mereka terlihat sangat sibuk dan gugup, pasalnya mereka di minta untuk mengisi acara pembuka di sana."Penampilan aku gimana, Ris? Udah keren belum?" Tanya Randi. Ia memutar-mutarkan badannya di hadapan Risa, untuk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna.Randi merupakan salah satu siswa yang bergabung di dala

    Last Updated : 2021-08-06

Latest chapter

  • Mahar Untuk Risa   Bab 5

    Bersikap sopan lah kepada orang lain, karena apa yang kamu berikan itu lah yang akan kamu dapatkan.~~~~Susana kampus tampak ramai karena sedang ada acara peresmian gedung, semua mahasiswa yang bergabung dalam himpunan ataupun organisasi di haruskan memberikan penampilan mereka untuk mengisi acara.Semua organisasi yang akan tampil hari ini terlihat sibuk, mereka saling menginginkan satu sama lain agar apa yang di tampilkan sempurna dan tak lupa mereka juga saling memberi semangat agar acara akan lancar sampai selesai. Begitupun dengan Randi dan teman-temannya, mereka terlihat sangat sibuk dan gugup, pasalnya mereka di minta untuk mengisi acara pembuka di sana."Penampilan aku gimana, Ris? Udah keren belum?" Tanya Randi. Ia memutar-mutarkan badannya di hadapan Risa, untuk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna.Randi merupakan salah satu siswa yang bergabung di dala

  • Mahar Untuk Risa   Bab 4

    Cobalah untuk mencintai dirimu sebelum kamu mencintai orang lain.~~~~~Jatuh hati setelah bertahun-tahun memilih sendiri bukanlah perkara muda, karena pada saat itu hati seolah telah mati. Dan memilih sendiri bukan berarti belum move on dari masa lalu melainkan hanya memberikan waktu agar bisa lebih mencintai diri sendiri, sebab pada dasarnya manusia tidak bisa mencintai orang lain jika ia belum mencintai dirinya sendiri."Woi, melamun kamu ya."Di kejutkan pada saat lagi melamun membuat jantung Randi seolah mau copot, sontak ia langsung mengucap sangking terkejutnya."Tuh kan melamun, bilangin aku sering melamun tau-tau kamu sendiri juga melamun," ucap Risa. Ia langsung duduk di sebelah Randi, wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Randi sehingga membuat Randi salah tingkah."Ngapain?" Ucap Randi gugup, namun ia berusaha terlihat biasa saja."Kamu kenapa melamun? Tumben banget, biasanya enggak pernah. Lagi ada pikiran, ya? A

  • Mahar Untuk Risa   Bab 3

    Perjuangkan apa yang pantas untuk di perjuangkan, karena tidak ada yang sia-sia selama niat dan tujuannya baik.~~~~Randi menatap langit-langit kamarnya, tatapannya seolah kosong, bak seorang yang sedang mempunyai masalah besar. Otaknya benar-benar tidak bisa bekerja, dan hanya ada satu nama yang memenuhi otak Randi, yaitu Risa."Duh, aku kenapa mikirin Risa terus, sih," gumamnya sembari mengacak-acak rambut ikalnya.Randi tidak tahu mengapa Risa bisa membuatnya jatuh hati seperti ini, padahal jika di bandingkan dengan beberapa perempuan yang menyukai Randi, Risa masih kalah jauh. Risa tidak cantik tetapi entah mengapa wajahnya menjadi candu untuk Randi, Risa juga tidak lembut tetapi setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah menjadi mood booster untuk Randi, dan satu lagi kelebihan Risa yang jarang di miliki oleh perempuan lain; Risa pintar, tetapi pintarnya Risa berbeda bukan hanya mencakup pendidikan saja tetapi luas sangat luas, gadis itu memiliki la

  • Mahar Untuk Risa   Bab 2

    Novel, segelas susu hangat, dan musik klasik, perpaduan yang sangat di sukai oleh Risa. Tiga benda tersebut tidak pernah terlewatkan setiap harinya, apalagi jika malam Minggu seperti ini bukannya jalan-jalan atau hanya sekedar telepon dengan gebetan, Risa justru lebih menikmati menghabiskan malam minggunya dengan novel-novel koleksinya.Risa tidak pernah iri dengan orang-orang yang menghabiskan malam Minggu bersama pasangan mereka, Risa justru malah merasa tidak suka dengan hal itu. Risa tidak phobia pacaran, ia juga masih menyukai lawan jenis, tetapi Risa paling tidak suka menjalani hubungan yang dia sendiri tidak tahu bagaimana endingnya karena itu hanya membuang-buang waktu, bagi Risa waktu adalah uang dan ia tidak boleh menyia-nyiakannya.Kini Risa kembali sibuk dengan novel bacaannya, ia bertekad malam ini ia harus selesai membaca satu novel tidak perduli jika ia harus begadang demi menamatkan bacaannya.Risa selalu

  • Mahar Untuk Risa   Bab 1

    Impian tidak akan terwujud tanpa adanya sebuah aksi.~~~~Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok, lusa, atau beberapa hari kemudian tetapi yang perlu di ketahui ialah apa yang kamu kerjakan hari ini adalah apa yang akan kamu kerjakan esok.Risa, mahasiswi jurusan Sastra Indonesia di salah satu kampus ternama di ibu kota, sedari kecil ia bermimpi menjadi seorang penulis hebat, dengan para pembacanya yang selalu terinsipirasi dengan apa yang ia tulis, tetapi sayangnya itu hanya sebuah khayalan dan mimpi yang enggak tahu kapan akan terwujud.Dorrrr!Risa tersentak kaget tatkala sebuah tangan memukul pundaknya sambil berteriak tepat di telinganya."Ih apaan sih kamu," kesalnya sembari memanyunkan mulutnya."Pasti melamun lagi ni.""Enggak!""Halah, kamu enggak usah bohong. Satu kampus juga tahu kamu s

DMCA.com Protection Status