Sesat mereka saling pandang, Bu Ida terlihat pias. Tentu, ia tahu cepat atau lambat kejadian ini akan terjadi dan ia harus merelakan semuanya.Melihat menantunya, Bu Ida pasrah jika Wulan akan menceraikan putranya."Selamat siang, apa benar ini kediaman ibu Wulan?" "Benar, saya sendiri. Ada apa ya, pak?" tanya Wulan bingung."Kami kesini untuk menjemput pak Dimas. Beliau selalu mangkir dari panggilan," ujar pria berseragam."Tunggu, mana surat penangkapannya?" tanya Bu Ida."Silahkan ibu baca dulu, saya minta kerja samanya agar kami tidak perlu menggunakan kekerasan untuk membawa pak Dimas." Bu Ida dan Wulan membaca dengan teliti selebar surat yang di bawa pria tak lain adalah polisi. Berdua saling pandang untuk kesekian kalinya."Katakan di mana pak Dimas, Bu?" Bu Ida menatap marah setelah membaca surat penangkapan untuk putranya yang kini bekerja di salah satu bengkel."Jadi ini mantan mantu saya yang melaporkan anak saya? Anak saya tidak bersalah. Dia pantas di beri nafkah sepul
Sejak makan siang hari itu interaksi antara Ajeng dan Rayyan semakin intens, terlebih pria tampan itu membantunya untuk promosi meski Ajeng tak ingin tetapi banyak kalangan pebisnis yang gencar memesan makanan dari warungnya. Seperti saat ini perusahaan Rayyan kembali memesan kali ini dengan jumlah yang lebih banyak, menurutnya ada acara pesta untuk pembukaan cabang sehingga Rayyan memesan makanan bukan dari restoran tetapi dari warung milik calon istrinya. Istri? Sepertinya hanya Rayyan yang mengakuinya mengingat ia telah melamar Ajeng pada ibunya dan Om Gerwin. Walau sampai detik ini Ajeng belum juga menjawab lamarannya. Kembali dengan kesibukan Ajeng, walau ia tahu niat Rayyan namun baginya yang terpenting warungnya mampu menembus pasaran sehingga Ajeng bisa menghidupi karyawan dan keluarganya. Selain itu Ajeng pun ingin membuka cabang meski harus mencari lokasi yang strategis.Mengenai lamaran dari Rayyan, Ajeng hanya meminta waktu yang entah sampai kapan. Sebab ia masih menata
"Will you marry me,"Ajeng tersentak untuk kesekian kalinya menerima lamaran dari Rayyan. Lamaran kali ini sungguh membuatnya terharu, bagaimana tidak Rayyan melamar bukan hanya di depan kedua orang tua mereka tetapi di depan banyak orang Rayyan tanpa malu mengutarakan niatnya untuk menikah dengannya bahkan beberapa wartawan meliput tindakan yang sudah dilakukan oleh Rayyan."Terima!!""Terima!!""Terima!!"Masih banyak suara-suara yang menyerukan bahwa lamaran Rayyan harus diterima oleh Ajeng. Sesaat Ajeng terdiam sebelum menjawab perkataan dari Rayyan."Bismillahirrahmanirrahim, aku terima," "Alhamdulillah!"Suara gemuruh tepuk tangan dan ucap syukur atas diterimanya lamaran Rayyan pada Ajeng. Bukan hanya Rayyan tetapi dua keluarga saling berpelukan mereka menangis haru atas kebahagiaan yang baru saja mereka lihat di mana Ajeng yang telah membuka hatinya untuk pria lain setelah perceraiannya dengan Dimas.Rayyan meminta pada ibunya untuk menyematkan cincin di jari manis Ajeng. Ora
Geramnya Gerwin berakhir setelah mendapatkan kejutan dari para tamu undangan yang tak lain adalah kolega dan karyawan. Walau tidak semua dari perusahaan ada pula tetangga yang di undang oleh Gerwin dan Bu Sekar. Bu Emma orang yang menjadi tamu utama spesial Bu Sekar.Saksi perjalanan hidup Bu Sekar dan Ajeng kecil adalah Bu Emma itu sendiri. Di mulai kedayangannya hingga saat ini, hanya Bu Emma yang begitu dekat dengan Ajeng dan Bu Sekar.Berdua menghabiskan waktu bersama berbagi cerita tentang rumah mereka. Bu Sekar tahu keadaan rumahnya dari Bu Emma. Mengingat kesibukan Ajeng dan Bu Sekar membantunya di sana. "Aku bahagia kamu menemukan kebahagiaan yang sempat hilang dari hidupmu, Sekar," ucap Bu Emma, setelah melepaskan pelukannya."Makasih kamu sudah datang, aku pikir kamu menolak undangan dariku. Kamu adalah sahabat sekaligus saudaraku," "Tentu saja aku datang, aku jauh lebih merindukan kamu dan anakku. Mengetahui kamu akan menikah tanpa mengundang aku, aku akan putuskan untuk
Bu Sekar tidak terima putrinya di perlakukan sedemikian rupa. Mereka tidak lagi memiliki hubungan tetapi Bu Ida tidak berubah sedikit pun, bahkan hanya untuk menyesali perbuatannya tidak."Cukup Bu Ida! Lupa wanita di depan ini masih memiliki ibu? Lupa jika dia tidak lagi memiliki hubungan dengan keluarga kalian? Selama ini aku diam karena mengikuti permintaan putriku. Tapi lihat bahkan Kamu tidak menghargai putriku yang sudah menjadi mantan menantu kamu!" geram Bu Sekar. Bu Ida tidak bergeming Ia tetap menatap tajam ke arah Ajeng yang memilih bungkam melihat perlakuan kasar dari mantan mertuanya. "Kenapa diam? Kamu pikir cuma kamu yang memiliki anak? Kamu pikir Ajeng tidak mendapatkan pembelaan? Jawab Bu Ida. Apa kurang kamu perlakukan anakku seperti pembantu? Aku memilih diam melihat perlakuan kamu pada anakku. Kamu perlakukan Ajeng seperti wanita hina, sekarang kamu lihat anakku memiliki segalanya dan sudah seharusnya anakku mengambil apa yang menjadi miliknya," imbuh Bu Sekar. S
Meninggalkan Dimas dalam penyesalan sesungguhnya atau hanya sesal sesaat. Berbeda dengan Dimas yang berada di penjara, kehidupan Ajeng yang kini semakin bahagia setelah berpisah dengan Dimas dan menemukan pria yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya. Walau ragu dan trauma namun Rayyan berhasil mengikis rasa itu sehingga Ajeng bisa melewatinya dan menerima cinta tulus Rayyan.Berkali-kali mendapatkan penolakan dari Ajeng, tak membuat Rayyan menyerah ia terus berusaha untuk mematahkan ketakutan dan trauma pada diri Ajeng mengenai pernikahan. Bahwa tidak semua laki-laki itu sama.Penantian panjang itu kini berubah manis, usai dua keluarga bertemu dan memutuskan hari pernikahan mereka. Bu Sekar begitu bahagia akhirnya cinta tulus itu hadir untuk putrinya."Dek, kalau gaun itu gimana?" Rayyan menunjukan gaun pengantin yang tertutup pada Ajeng."Apa itu tidak berlebihan mas? Kamu tahu kan kalau aku pernah gagal–" Rayyan menggeleng tidak setuju."Dek, tidak perlu bicara soal it
Pesta pernikahan kedua Ajeng yang tak bisa di lupakan olehnya wanita cantik dengan gamis berwarna nude dan Khimar yang sama tengah memandang keindahan yang di ciptakan oleh suaminya. Taman sayuran dan bunga memanjakan mata itulah Ajeng, wanita sederhana yang menyukai kehijauan.Melewati hari-hari sebagai istri Rayyan tak membuat Ajeng lupa akan tanggung jawabnya sebagai pemilik restoran yang kini memiliki cabang lebih dari tiga. Semua karena dukungan suami dan keluarganya. Perhatian dari dua ibunya membuatnya semakin nyaman menjalani kehidupan dan kesibukan sebagai seorang istri. Bu Widya yang tak menuntut cucu dari putranya semakin intens memberikan perhatian pada Ajeng yang sempat trauma karena pernikahan sebelumnya ia pun tentang cucu yang tak kunjung hadir dalam rahim menantunya Bu Widya menyakini suatu saat jika Allah menghendaki maka akan ada benih dalam rahim Ajeng.Tanpa terasa tiga bulan sudah Ajeng menjadi Nyonya Rayyan selama itu pula tak jarang ia mengunjungi ibu dan ibu m
Meninggalkan kehidupan bahagia Ajeng dengan kehamilannya yang mendapatkan curahan kasih sayang dari dua keluarga, begitu pula dengan suaminya Rayyan tak sedikitpun membiarkan Ajeng menyentuh pekerjaan yang biasa di lakukan meski hal itu hanya sepele.Sikap protektif mereka tak membuat Ajeng jengah namun sebaliknya ia menikmatinya. Seperti saat ini kehamilannya yang sudah besar dan menunggu masa akan melahirkan. Rayyan mengurangi kesibukan di kantor waktunya ia habiskan untuk menemani sang istri di kala pagi dan sore walau hanya berjalan kaki di komplek mereka tinggal namun hal itu membuat Ajeng bahagia. Bahkan dua wanita paruh baya tak pernah absen untuk menemaninya. Mereka tahu dan pernah merasakan bagaimana rasanya melewati hari-hari saat mengandung dan melahirkan.Waktu yang di tunggu-tunggu telah tiba. Ajeng melahirkan bayi cantik nan menggemaskan mereka antusias menjaganya tak jarang mereka harus merebutkan sekedar menggendong. **Berbeda dengan kehidupan Ajeng penuh bahagia se