Aku berjalan dengan sedikit berlompat kecil riang. Ternyata Jessen peduli... Hahaha
Tapi... Dari mana dia tau aku sakit?
Langkahku pun melambat sambil memikirkannya.
Apa dia memperhatikanku selama belajar?
Pipiku memerah tersipu malu, jika benar iya, sepertinya memang Jessen semakin menyukaiku.
Haha, masa iya?
Tapi sebenarnya aku berharap begitu.
***
Aku melenggang masuk ke dalam rumah, dan kujumpai kak Rio sedang tertidur di sofa. Aku tega sekali meninggalkan orang yang jelas-jelas tadi sudah menolongku.
"Non, ndak usah di bangunin. Kasian." Bisik bibi.
Aku mengangguk membalas bibi.
Bibi pun pergi ke kamarnya dan meninggalkan aku yang berdiri memandangi kak Rio.
Aku mengambil selimut untuk menutupi badan kak Rio dari hawa dingin malam. Kurentangkan selimut dan kuletakkan padanya, seketika tangan kak Rio menarikku yang membuatku terduduk di sebelahnya, dia memelukku erat. "Jadilah pacarku."
Ak
Dia memberikan jarak antara aku dan dia sebelum dia mulai berbicara. "Kok pacaran sama dia sih?" Dia menatap ku kesal."Em." Aku bingung mau jawab apa. Ya kan memang aku selama ini berusaha ngerjai tugas untuk jadi pacar Jessen balik. "Maaf kak." Aku menggaruk tengkukku bingung. "A aku. Ke kelas dulu ya kak." Aku berpamitan Tanpa melihat wajahnya.Dia kembali meraih dan menggenggam tanganku. "Aku belum siap ngomong tau."Aduh... Gimana nih.Aku membalikkan badan kaku."Aku duluan yang ngajak pacaran. Kok dia yang di terima?" Dia melepaskan tangannya, melipat kedua tangan di dada dan memandang ke sembarang arah kemudian berdecak. "Kamu kok gitu sih."Aku jadi merasa bersalah. "Bu bukan gitu kak. Aku hanya.. hanya." Aku bergerak tak karuan. Apa coba mau aku bilang lagi. Seketika ada tangan yang merangkulku dari belakang. "Dia itu ngak suka samamu. Paham ngak?"Aku menoleh ke arah nya, itu Tessa.Fuhh, aku bersyukur ada dia.
"Hmm." Aku berdehem malas.Aku melayangkan pandanganku kedepan.Tunggu itu mama Jessen!Hah kok di sini?!Apa lagi cari si Jessen?Tapi kalau aku kasih tau Jessen, takutnya Jessen marah lagi..Aduh, apa ya?"Kau lihat apa?" Teguran Jessen membuatku melihat ke arahnya dengan cepat. Dia hendak melihat arah pandanganku tadi tapi kualihkan dengan memegang wajahnya dengan kedua tanganku, membuat wajahnya terarah padaku."Ngak, ngak ada." Aku bangkit berdiri dan menarik tangannya pergi menjauh dari kursi kami tadi.Dia terikut tarikan tanganku. "Eh, kenapa?"Sambil terus berjalan cepat aku menarik tangannya. "Udah ikutin aja."Setelah cukup jauhku rasa aku melepaskan tanganku, namun tangan Jessen kembali mengenggam tanganku. "Jangan lepas."Wait wait...Aku ragu kenormalan otak Jessen sekarang. "Kau sehat?""Sakit." Jawabnya. "Obatnya cium aku." Sambungnya datar.Aku terkekeh luar bias
Aku berjalan di taman yang lumayan jauh dari rumahku sepulang sekolah. Aku mencoba menjernihkan pikiranku dari berbagai masalah yang kuhadapi. Kumasukkan tanganku ke dalam saku rok sekolah, dan seperti ada sesuatu yang keras dan persegi. Kukeluarkan apa benda yang ada di kantongku. Buku mistis.Aku tak terlalu terkejut lagi melihat buku ini yang kadang nongol kadang ngilang, aku sudah terbiasa. Kubuka buku itu, masih tertata rapi kertas kecil pembatas buku berwarna emas yang terakhir kudapat karena menyelesaikan misi 4/15."Ini sebenarnya kertas untuk apa ya? Ngak mungkin iseng-iseng kan?"Krrrukk...Aku memegangi perutku. "Aku lapar. Mau bakso."Cling...Seketika aku berada di rumah makan bakso.Seorang pelayan datang menghampiriku dengan membawa mangkuk. "Silahkan di makan kak. Ini bakso spesial yang ada di tempat kami.""Loh eh. Saya ngak pesan kok pak.""Ini gratis kak, silahkan."Heh?...Sihir lagi?
Masih dengan dalam diam aku melihat Jessen tak percaya. Tangan wanita itu merangkulnya membuat wajah Jessen berpaling padanya.Aku membalikkan badan dan pergi menjauh sambil menahan rasa sesak di dada.***Aku cengo sendiri di dalam toilet berdiri di depan cermin. Apa yang terjadi tadi luar biasa di luar dugaan.Aku coba menelepon Jessen.Dia mengangkat panggilanku. "Hm.""Kau. Kau tunangan?!""Hm."Dia kok ngomong kayak ngak bersalah sih. "Kau kan pacarku!""Jadi?""Kau gila ya... Masa ngak ngerti sih?!"Terdengar hembusan berat darinya. "Ck. Dengar, sekalipun kita pacaran bukan berarti apapun bagiku. Tugasmu hanyalah berusaha menyelesaikan misi, bukan mencampuri urusan pribadi percintaanku. Kau paham."Apa-apaan sih dia!Aku mematikan telepon sepihak."Maksudnya apa coba? Dia mempermainkanku?" Aku memukul wastafel. "Ah."Tiba-tiba ada cahaya yang melingkupi ruangan ini sesaat,
Aku membaca buku sejarah yang pernah di berikan Jessen. Aku kembali menangis, aku mengelus buku itu. "Kenapa?" Aku melap air mataku, walau itu terus mengalir.Mataku kupalingkan ke arah buku mistis. "Misinya bertambah... Apa dia merasa bahagia?"Aku tersenyum lirih. "Sepertinya."Begitu kejamnya rasa bahagia Jessen yang nampar hatiku ini. Ini sangat sakit.Aku berjalan ke tempat tidurku dan membaringkan diriku.DrettPonselku bergetar, Jessen menelpon.Kuangkat panggilannya. "Hm.""Aku di luar. Keluarlah.""Kau pergi saja dengan wanitamu. Jangen dekati aku. Dasar berengsek!" Kumatikan ponselku. Aku tak ingin melihatnya lagi, hatiku terlalu sakit.Aku menutup wajahku dengan bantal tak peduli apapun yang terjadi.***"Val." Panggil Tessa."Hm."Tessa mengerucutkan bibirnya. "Kau jangan jutek-jutek terus dong. Jelek tau ngak."Aku memeluk Tessa. "Aku males Tes. Moodku buruk terus be
Dia berhenti di satu ruangan, ini gudang sekolah. Pintu ruangan ini terbuka, dia membawaku masuk kedalam ruangan gelap ini dan menutupnya dengan menendang pintu. Dia melepaskanku.Aku langsung menjauh dan mencari benda keras untuk menukulnya.Ctak.Lampu ruangan ini hidup menapakkan sosok lelaki yang kukenal. "Kak Rio?!"Aku memasang kuda-kuda dan memegang sapu yang kuambil tadi untuk memukulnya. "Kalau kau mendekat, aku akan memukulmu. Tak peduli kau akan mati atau tidak!" Aku mengancam Rio dengan keras."Val. Please dengerin aku dulu."Dia menghembuskan nafas berat. "Aku ngak tau mau ngomong apa lagi. Ataupun mau bicara denganmu gimana lagi. Aku ngak tau. Aku cinta sama kamu. Sangat cinta."Dia mengacak rambut prustasi. "Kamu salah pengertian. Aku ngak mungkin berlaku mesum dengan gadis itu. Sumpah!""Dia yang mengajakku ke belakang sekolah dan kemudian dia langsung mencium aku Val!""Dia sangat agresif menolak badanku
2 Tahun Kemudian...Aku berlari secepat kilat pergi ke kampus, aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 08:30. "Sial. Terlambat!" Aku terus berlari dan berlari.Aku berhenti di halte bis. Aku terus berdecak kesal sambil terus mengenhentak-hentakkan kaki. "Lama banget sih busnya... Ck."Ponselku bergetar. Aku mengangkatnya."Val.. Kau di mana?! Udah masuk!.. Kakak pembinaan udah mulai Acara MOS-nya.""Ish.. sabar dong Tess, aku lagi nunggu bis nih.""Hah?! Kau masih nunggu bis. Terserahmulah Val.." Tessa yang kesal lihat aku langsung mematikan sambungannya."Ah elah... Gitu aja marah."Bushh.Suara angin dari kenalpot bus pun menguap ketika berhenti di hadapanku. Aku langsung masuk."Geser-geser." Seseorang datang bersamaan dari pintu masuk menyosorku be
"Hari ini harus lebih baik dari pada kemarin!" Aku menyemangati diri pergi ke kampus.Aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 7 pagi.Aku mengepal tanganku meyakinkan diri. "Huf, semangat Val. Semangat."Aku duduk di halte bis menunggu kehadiran bis datang, di sini ramai juga, banyak mahasiswa mahasiswi di sini. Walaupun kami bukan dari kampus yang sama, tapi memiliki arah jalan yang sejalan.Bip bip.Terdengar klekson kereta yang berhenti tepat di depanku. Orang itu memakai helm full face, arahan kepalanya tampak mengarah padaku. Dia membuka penutup helmnya. "Naik."Itu si Psikopat bis."Ngak." Tolakku.Dia turun dari keretanya dan berjalan ke arahku. Aku berdiri hendak memukulnya, aku benci setiap orang yang mirip tingkahnya dengan Jessen, apalagi dia juga guantengnya setaraf dengan si Jessen. Aku takkan mengulang kesalahan yang sama.Dia membuka helmnya. "Sayang yuk naik." Katanya lembut sambil tersenyum.Be
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.