Share

Bab 70

Penulis: Rindu_Mentari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

La Rossa mengerjapkan matanya, ia perlahan membuka matanya. La Rossa berucap lirih, "minum."

Gilbert yang ada di sampingnya mendengar suara lirih La Rossa, jantungnya berdegup kencang saking senangnya.

"Ros, kamu sudah sadar?" tanya Gilbert penuh suka cita.

"air," lirih La Rossa.

"Akan aku ambilkan, tunggu!" Gilbert bergegas keluar, ia berlari ke dapur dengan cepat dan kembali dalam waktu sekejap mata dengan membawa segelas air di tangannya.

p⁰Gilbert kembali masuk ke ruangan itu, ia mendekati La Rossa. Gilbert akan membalik tubuh La Rossa, namun, ia urungkan. Itu karena La Rossa dalam keadaan bertelanjang dada, Gilbert canggung, ia menggarung tengkuk lehernya.

"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Gilbert bingung.

Jhonny yang melihat Gilbert mondar mandir keluar lalu masuk kembali dengan segelas air di tangannya, bertanya, "apa yang kamu lakukan? Kenapa berdiri di sana dengan segelas air di tanganmu?"

"Ini, La Rossa telah sadar dan meminta air," jawab Gilbert sembari menoleh pada Jhonny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 71

    La Rossa kembali merintih lirih, ia masih tertelungkup dengan bagian punggung terbuka karena habis di detoks dengan cara akupunture dengan jarum perak milik Profesor Huang.Jhonny menatap Gabriel yang keluar ruangan dengan senyum yang mengembang di bibirnya."Aku suka cara menghargai La Rossa, anak muda." ucap Jhonny.Ia tak marah meski Gilbert sudah membentaknya, ia memakluminya.Tak lama kemudian Gilbert masuk kembali bersama Anisa, sahabat La Rossa."Kamu pakaikan baju pada La Rossa!" perintah Gilbert pada Anisa."Baik." Ucap Anisa.Lalu Anisa mencari baju yang akan di pakai oleh La Rossa, ia mencari dengan menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tapi, Anisa tetap tak menemukannya."Bajunya mana?" tanya Anisa, setelah ia mencari-cari dan tak menemukan apa yang ia cari, lalu Anisa bertanya pada Gilbert.Gilbert baru ingat ia tak membawa baju ganti sama sekali untuk La Rossa. Ia pun bergegas keluar dan meminta pada Lucas untuk membelikan baju untuk La Rossa."Belikan baju untuk L

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 72

    Jhonny mengelus foto usang dirinya dan gadis cantik yang ada di tengah. Gadis itu diapit antara dirinya dan Huang. Mereka bertiga adalah bersahabat, sejak mereka lulus kuliah dan mengambil jalan masing-masing mereka berpisah.Mata gadis itu begitu jernih dan bening, matanya selalu berbinar memancarkan cahaya kehangatan bagi siapapun yang menatapnya.Jhonny meletakkan kembali pada tempatnya foto usang itu, ia lalu menutup rapat kembali lemari pakaian milik Profesor Huang.Jhonny gegas kembali ke ruangan di mana La Rossa tengah menjalani perawatan.Dengan langkah lebar ia memasuki ruangan itu dan menemui Gilbert dan Anisa yang masih berdiri di dekat ranjang tempat La Rossa sedang di rawat."Ini!" sodor Jhonny menyerahkan selimut yang dibawanya pada Anisa.Anisa mengambilnya kemudian menutupkan pada tubuh La Rossa bagian atasnya. Anisa mencoba menyadarkan kesadaran sepenuhnya La Rossa."Ros, kamu sudah sadar?" bisik Anisa di dekat telinganya."Hmm ... air," jawab La Rossa."Aku akan memb

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 73

    Tiba-tiba pintu dibuka dan terlihatlah Lucas yang datang dengan papper bag di tangannya, ia berjalan mendekat ke arah Gilbert dan kemudian menyerahkan papper bag itu ke Gilbert.Mata Lucas berkeliling, ia mengamati setiap jengkal ruangan. Ternyata di luar expektasinya, ia membayangkan ruangan itu bakal terlihat seperti kamar bedah yang penuh dengan peralatan medis atau seperti laboratorium pada umumnya yang penuh dengan peralatan penelitian. Tapi, ternyata ruangan yang besarnya hanya 6x7 itu hampir kosong melompong, hanya ada brangkar dan sebuah meja yang berikuran sedang berada di pojok ruangan serta lemari yang menyerupai loker berada di sudut lainnya sisanya kosong.Lucas mengarahkan pandangannya ke La Rossa ia melihat gadis berperawakan mungil yang hampir mati itu kini tengah duduk bersandar di dada Gilbert.Lucas benar-benar tak percaya dengan penglihatannya, dalam hati ia bertanya, "sehebat apa Profesor Huang itu?"Mata Lucas kembali menjelajah ruangan, matanya mencari-cari sesu

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 74

    Jhonny memeluk La Rossa, dan La Rossa pun membalas pelukan Jhonny."Maafkan aku, Jhon. Aku telah berpikir yang bukan-bukan terhadapmu," ucap La Rossa."Itu hal yang wajar, setiap orang pasti melakukan hal yang sama denganmu, Ros. Jangan terlalu kamu pikirkan, sekarang seharusnya kamu jauh lebih tenang karena pelaku pembunuh orang tuamu sudah diketahui,""Kini tinggal bagaimana caranya mengetahui siapa pemimpin dari Black Rose," lanjut Jhonny."Apa kamu tidak mengetahui siapa pemimpin dari Black Rose, Jhon?" tanya La Rossa pada Jhonny.Jhonny menggelengkan kepalanya, "selama ini tak ada satu orang pun yang mengetahuinya."Mendengar penjasan dari Jhonny La Rossa menghela nafas dalam, akan ada banyak PR untuknya.Jhonny berdiri dari duduknya, ia bersiap akan meninggalkan mereka berdua.Anisa juga bersiap untuk keluar dari ruang perawatan, ia berjalan keluar terlebih dahulu. Tapi, sebelumnya ia berpamitan pada La Rossa, "aku keluar dulu Ros."Setelah Anisa keluar kini giliran Jhonny yang

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 75

    Jhonny begitu terharu melihat La Rossa di lamar oleh laki-laki yang dicintainya.Jhonny menyeka air matanya yang hampir jatuh, ia memalingkan wajahnya demi untuk menyembunyikan keharuannya.Apa kata dunia ketika melihat seorang Jhonny menangis? Ia buru-buru menghapus genangan air yang menggantung di pelupuk matanya.Profesor Huang dan Lucas keluar dari ruang Laboratorium kecil milik Profesor Huang itu.Profesor Huang melihat saat Jhonny menyeka air matanya, ia pun bertanya, "ada apa ini?""Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik? Sampai-sampai seorang Jhonny harus meneteskan air matanya," Profesor Huang bertanya dengan sedikit mengejek sahabatnya itu."Siapa yang menangis?" tanya La Rossa."Jhonny, lihat hidungnya sampai memerah," ledek Profesor Huang."Diamlah Huang! Jaga bicaramu," sentak Jhonny dengan nada sedikit marah."Kata-kata mana yang harus aku jaga?" Profesor Huang kembali mengejek Jhonny."Dasar tua bangka, tudak bisakah kamu menjaga mulutmu, ha?!" Jhonny semakin geram den

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 76

    Lucas menatap Gilbert kesal, ia selalu kalah cepat dengan Gilbert sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya itu."Kenapa wajahmu di tekuk begitu? Jangan kesal begitu, dari pada kesal melihatku akan segera menikah, sebaiknya kamu mencari pacar dan segera lamar dia lalu nikahi. Umurmu sudah tak muda lagi, jangan sampai seperti mereka yang kadaluwarsa," ucap Gilbert sambil melirik ke arah Jhonny dan Profesor Huang.Profesor Huang acuh, sedangkan Jhonny merasa tersindir oleh ucapan Gilbert, ia pun melemparkan botol kaca yang ada di dekatnya.Dengan gesit Gilbert menangkap botol itu sambil tersenyum mengejek pada Jhonny karena ia telah berhasil menangkap botol itu.Jhonny mendengkus kesal, "jangan menghinaku. Kalau masih tetap kamu lakukan aku akan menarik kembali restuku padamu," ancam Jhonny."Memangnya bisa?" tanya Gilbert."Tentu saja bisa!" ucap Jhonny dengan nada kesal sekaligus geram."Kalian mau sampai kapan berdebat terus! Kalau masih panjang sebaiknya kalian lakukan di luar, aku mau i

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 77

    "Sudah jangan menangis, semoga kita bertemu lagi," ucap Profesir Huang ambigu."Apa maksud ucapanmu itu?" tanya La Rossa."Tidak ada," jawab Profesor Huang."Apa kamu lapar?" tanya Profesor Huang."Iya, aku lapar. Apa kamu punya makanan?" jawab La Rossa sekaligus bertanya."Sebentar, aku lihat dulu di dapur," jawab Profesor Huang.La Rossa mengangguk, "baik."Profesor Huang keluar ia pergi menuju dapur, di sana ia melihat Anisa dan dibantu oleh Lucas sedang memasak. Aroma wangi masakan tercium oleh hidung Profesor Huang, ia terus memgendus aroma itu, "hmmm ... wanginya. Bikin perutku semakin lapar saja.""Apa semuanya sudah siap di sajikan dan di santap?" tanya Profesor Huang sambil melangkah mendekati mereka berdua."Sudah, sisa ini saja yang belum matang. Tunggu sebentar lagi ya?" ucap Anisa sambil tersenyum.Lucas justru mendengkus, "huh, enak saja datang-datang langsung minta makan."Anisa memperingati Lucas, "hust! Jangan begitu, biar bagaimanapun dapur ini miliknya begitu pun de

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 78

    Gilbert dan La Rossa meresmikan hubungan mereka di depan penghulu dengan wali hakim karena La Rossa tak memiliki saudara.Pernikahan mereka di gelar di KUA dan di saksikan oleh Jonny, Profesor Huang, Anisa, Lucas, Jonathan dan Susan.Mereka menjadi saksi keabadian cinta mereka.La Rossa menggelayut manja di lengan Gilbert yang kokoh."Terima kasih. Aku bahagia sekali," ucap La Rossa mengungkapkan rasa bahagianya."Tidak, sayang. Aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah menerimaku apa adanya meski wajahku ini awalnya buruk rupa bagai monster, tapi kamu tetap menerimaku," ungkap Gilbert.La Rossa mencium punggung tangan Gilbert setelah ijab qobul diikrarkan dan Gilbert mencium kening La Rossa.Jonny menghampiri mereka berdua."Selamat ya, Ros," ucap Jonny, "Kini dia aku serahkan padamu. Jaga dia dengan baik," Lanjut Jonny sambil menepuk pundak Gilbert.Gilbert menepuk dadanya bangga, "Serahkan saja padaku. Aku akan menjaganya melebihi diriku sendiri," ucapnya."Hm," J

Bab terbaru

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 84

    Gilbert semalaman menggempur La Rossa sampai ia kesulitan bangun. "Sstthh! Tubuhku seperti mau remuk," desis La Rossa. "Kenapa dia begitu kuat? Apa yang membuatnya seperti itu?" gumam La Rossa. La Rossa beringsut berusaha untuk turun dari ranjang tempatnya semalam di gempur habis-habisan oleh Gilbert. "Duh, kenapa kakiku berasa lunglai begini ya?" ujar La Rossa mengeluh dalam hati. La Rossa berjalan dengan tertatih menuju ke kamar mandi, sejak membuka matanya La Rossa tak menemukan Gilbert di mana pun. "Ke mana perginya Gilbert?" "Apa mungkin ia sedang berjalan di tepi pantai?" "Ish!" desis La Rossa kesal saat membayangkan suaminya malah tengah asyik menikmati suasana pagi dengan berjalan-jalan di tepi pantai sambil memandang matahari terbit. La Rossa keluar dari kamarnya, perutnya terasa lapar. Ia pun pergi menuju dapur dan ternyata Gilbert tengah asyik memasak. "Kamu di sini?" tanya La Rossa heran. "Berarti tuduhanku tadi salah," gumam La Rossa dalam hati. Gilbert menol

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 82

    "Stop di sana!" perintah Gilbert."Perbesar!" Lanjut Gilbert.Gilbert tersenyum penuh kemenangan."Jo, bawa wanita sialan itu! Kita berangkat sekarang!" perintah Gilbert pada Jonathan.Jonathan tak mengerti dengan perintah yang Gilbert berikan."Wanita mana? Pergi ke mana?" tanya Jonathan.Gilbert yang sudah bersiap meninggalkan ruangan itu langsung menghentikan langkahnya "Jo, sejak kapan kamu berubah menjadi bodoh?" tanya Gilbert dengan nada kesal."Wanita yang telah berani menggodaku dan kita akan pergi menemui La Rossaku!" tegas Gilbert.Lalu, ia kembali berjalan menuju ke pintu dan ke luar dari ruangan itu. Yang kemudian di susul oleh Jonathan.Malam itu juga, Gilbert langsung pergi menyusul La Rossa dengan menggunaksn pesawat pribadi.Gilbert duduk dengan tenang, kali ini tak ada kecemasan dalam raut wajahnya.'Aku menemukanmu, Ros. Kamu tak akan bisa pergi jauh dariku,' batin Gilbert senang.Sementara itu, di belakangnya ada seorang wanita yang tengah memperhatikannya dengan s

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 81

    Gilbert frustasi, ia benar-benar tak tahu lagi harus mencari La Rossa ke mana?Sudah sejak siang hingga malam hari Gilbert mencari La Rossa. Ia sudah mendatangi banyak tempat. Namun, tak ada satu pun tempat yang ia kunjungi menandakan adanya La Rossa di sana."Aaarrrrggghhh!" Gilbert berteriak kencang.Wajahnya sudah lecek dengan penampilan yang kusut. Otaknya tiba-tiba terasa buntu. Ia tidak lagi bisa berpikir dengan jernih.Gilbert menyugar rambutnya kasar. Ia memaki dirinya sendiri."Sial!" makinya.Gilbert melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Sudah larut malam," ucapnya pada diri sendiri.Gilbert memutuskan untuk pulang. Sesampainya di dalam kamarnya. Gilbert menatap ranjang besar tempatnya semalam menghabiskan waktu bersama La Rossa.Ia mengusap ranjang itu dengan telapak tangannya."Ros," panggilnya lirih.Akibat kelelahan lama kelamaan mata Gilbert menutup. Ia terlelap tidur.Pagi pun menjelang, pintu depan rumah Gilbert di gefor sangat keras.Took! Toook!P

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 80

    La Rossa menenteng rantang yang berisi masakan hasil buatannya sendiri dengan arahan koki di rumahnya.La Rossa memeluk rantang di tangannya sembari tersenyum bahagia."Gilbert pasti suka," ucap La Rossa bergumam lirih. Ia terus mengulas senyum di bibirnya.La Rossa pergi ke kantornya Gilbert dengan diantar supir.Mobil memasuki area parkir dan kemudian La Rossa turun dari mobil. Ia masuk ke dalam gedung perusahaan milik Gilbert dan gegas pergi menuju lift.La Rossa berjalan dengan langkah lebar dan hati yang riang gembira, ia begitu tak sabar ingin menunjukan hasil masakannya pada Gilbert."Pasti dia sangat senang," gumam La Rossa.Para karyawan yang berpapasan dengan La Rossa menyapanya ramah. Dulu sekali, ia pernah menjadi pengganti Gilbert di kantor itu, sehingga banyak karyawan yang mengenalnya.La Rossa hanya mengangguk lirih menanggapi sapaan mereka.La Rossa berjalan di koridor, ia menenteng rantangnya.Begitu sampai di depan kantor Gilbert, La Rossa langsung masuk ke dalam ta

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 79

    La Rossa dan Gilbert terlelap tidur setelah mereka bermandi peluh. Rasa lelah setelah bergumul membuat mereka tertidur.Malam pun berlalu dengan syahdunya.Keesokan harinya mereka langsung cek out dari hotel. Gilbert membawa La Rossa ke sebuah rumah yang sangat megah dan mewah.Mereka turun dari mobil yang membawa mereka ke sana.Setelah menapaki teras rumah La Rossa dan Gilbert langsung di sambut oleh para pelayan yang berbaris rapi dengan seragam khas maid."Selamat datang, Tuan, Nyonya," sapa mereka serempak.La Rossa berusaha bersikap ramah dengan mengulum senyum.Sementara Gilbert hanya mengangguk pelan.Gilbert membawa La Rossa ke atas melewati tangga satu demi satu.Gilbert membuka kamar itu dan mempersilahkan La Rossa untuk masuk terlebih dahulu."Kamarnya sangat luas," ucap La Rossa."Kenapa kita harus tinggal di rumah sebesar ini? Padahal kita hanya tinggal berdua saja," ujar La Rossa."Apa kamu tak menyukainya?" tanya Gilbert."Suka. Hanya saja aku lebih nyaman tinggal di r

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 78

    Gilbert dan La Rossa meresmikan hubungan mereka di depan penghulu dengan wali hakim karena La Rossa tak memiliki saudara.Pernikahan mereka di gelar di KUA dan di saksikan oleh Jonny, Profesor Huang, Anisa, Lucas, Jonathan dan Susan.Mereka menjadi saksi keabadian cinta mereka.La Rossa menggelayut manja di lengan Gilbert yang kokoh."Terima kasih. Aku bahagia sekali," ucap La Rossa mengungkapkan rasa bahagianya."Tidak, sayang. Aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah menerimaku apa adanya meski wajahku ini awalnya buruk rupa bagai monster, tapi kamu tetap menerimaku," ungkap Gilbert.La Rossa mencium punggung tangan Gilbert setelah ijab qobul diikrarkan dan Gilbert mencium kening La Rossa.Jonny menghampiri mereka berdua."Selamat ya, Ros," ucap Jonny, "Kini dia aku serahkan padamu. Jaga dia dengan baik," Lanjut Jonny sambil menepuk pundak Gilbert.Gilbert menepuk dadanya bangga, "Serahkan saja padaku. Aku akan menjaganya melebihi diriku sendiri," ucapnya."Hm," J

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 77

    "Sudah jangan menangis, semoga kita bertemu lagi," ucap Profesir Huang ambigu."Apa maksud ucapanmu itu?" tanya La Rossa."Tidak ada," jawab Profesor Huang."Apa kamu lapar?" tanya Profesor Huang."Iya, aku lapar. Apa kamu punya makanan?" jawab La Rossa sekaligus bertanya."Sebentar, aku lihat dulu di dapur," jawab Profesor Huang.La Rossa mengangguk, "baik."Profesor Huang keluar ia pergi menuju dapur, di sana ia melihat Anisa dan dibantu oleh Lucas sedang memasak. Aroma wangi masakan tercium oleh hidung Profesor Huang, ia terus memgendus aroma itu, "hmmm ... wanginya. Bikin perutku semakin lapar saja.""Apa semuanya sudah siap di sajikan dan di santap?" tanya Profesor Huang sambil melangkah mendekati mereka berdua."Sudah, sisa ini saja yang belum matang. Tunggu sebentar lagi ya?" ucap Anisa sambil tersenyum.Lucas justru mendengkus, "huh, enak saja datang-datang langsung minta makan."Anisa memperingati Lucas, "hust! Jangan begitu, biar bagaimanapun dapur ini miliknya begitu pun de

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 76

    Lucas menatap Gilbert kesal, ia selalu kalah cepat dengan Gilbert sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya itu."Kenapa wajahmu di tekuk begitu? Jangan kesal begitu, dari pada kesal melihatku akan segera menikah, sebaiknya kamu mencari pacar dan segera lamar dia lalu nikahi. Umurmu sudah tak muda lagi, jangan sampai seperti mereka yang kadaluwarsa," ucap Gilbert sambil melirik ke arah Jhonny dan Profesor Huang.Profesor Huang acuh, sedangkan Jhonny merasa tersindir oleh ucapan Gilbert, ia pun melemparkan botol kaca yang ada di dekatnya.Dengan gesit Gilbert menangkap botol itu sambil tersenyum mengejek pada Jhonny karena ia telah berhasil menangkap botol itu.Jhonny mendengkus kesal, "jangan menghinaku. Kalau masih tetap kamu lakukan aku akan menarik kembali restuku padamu," ancam Jhonny."Memangnya bisa?" tanya Gilbert."Tentu saja bisa!" ucap Jhonny dengan nada kesal sekaligus geram."Kalian mau sampai kapan berdebat terus! Kalau masih panjang sebaiknya kalian lakukan di luar, aku mau i

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 75

    Jhonny begitu terharu melihat La Rossa di lamar oleh laki-laki yang dicintainya.Jhonny menyeka air matanya yang hampir jatuh, ia memalingkan wajahnya demi untuk menyembunyikan keharuannya.Apa kata dunia ketika melihat seorang Jhonny menangis? Ia buru-buru menghapus genangan air yang menggantung di pelupuk matanya.Profesor Huang dan Lucas keluar dari ruang Laboratorium kecil milik Profesor Huang itu.Profesor Huang melihat saat Jhonny menyeka air matanya, ia pun bertanya, "ada apa ini?""Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik? Sampai-sampai seorang Jhonny harus meneteskan air matanya," Profesor Huang bertanya dengan sedikit mengejek sahabatnya itu."Siapa yang menangis?" tanya La Rossa."Jhonny, lihat hidungnya sampai memerah," ledek Profesor Huang."Diamlah Huang! Jaga bicaramu," sentak Jhonny dengan nada sedikit marah."Kata-kata mana yang harus aku jaga?" Profesor Huang kembali mengejek Jhonny."Dasar tua bangka, tudak bisakah kamu menjaga mulutmu, ha?!" Jhonny semakin geram den

DMCA.com Protection Status