La Rossa mengerjapkan matanya, ia perlahan membuka matanya. La Rossa berucap lirih, "minum."Gilbert yang ada di sampingnya mendengar suara lirih La Rossa, jantungnya berdegup kencang saking senangnya."Ros, kamu sudah sadar?" tanya Gilbert penuh suka cita."air," lirih La Rossa."Akan aku ambilkan, tunggu!" Gilbert bergegas keluar, ia berlari ke dapur dengan cepat dan kembali dalam waktu sekejap mata dengan membawa segelas air di tangannya.p⁰Gilbert kembali masuk ke ruangan itu, ia mendekati La Rossa. Gilbert akan membalik tubuh La Rossa, namun, ia urungkan. Itu karena La Rossa dalam keadaan bertelanjang dada, Gilbert canggung, ia menggarung tengkuk lehernya."Apa yang harus aku lakukan?" ucap Gilbert bingung.Jhonny yang melihat Gilbert mondar mandir keluar lalu masuk kembali dengan segelas air di tangannya, bertanya, "apa yang kamu lakukan? Kenapa berdiri di sana dengan segelas air di tanganmu?""Ini, La Rossa telah sadar dan meminta air," jawab Gilbert sembari menoleh pada Jhonny
La Rossa kembali merintih lirih, ia masih tertelungkup dengan bagian punggung terbuka karena habis di detoks dengan cara akupunture dengan jarum perak milik Profesor Huang.Jhonny menatap Gabriel yang keluar ruangan dengan senyum yang mengembang di bibirnya."Aku suka cara menghargai La Rossa, anak muda." ucap Jhonny.Ia tak marah meski Gilbert sudah membentaknya, ia memakluminya.Tak lama kemudian Gilbert masuk kembali bersama Anisa, sahabat La Rossa."Kamu pakaikan baju pada La Rossa!" perintah Gilbert pada Anisa."Baik." Ucap Anisa.Lalu Anisa mencari baju yang akan di pakai oleh La Rossa, ia mencari dengan menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tapi, Anisa tetap tak menemukannya."Bajunya mana?" tanya Anisa, setelah ia mencari-cari dan tak menemukan apa yang ia cari, lalu Anisa bertanya pada Gilbert.Gilbert baru ingat ia tak membawa baju ganti sama sekali untuk La Rossa. Ia pun bergegas keluar dan meminta pada Lucas untuk membelikan baju untuk La Rossa."Belikan baju untuk L
Jhonny mengelus foto usang dirinya dan gadis cantik yang ada di tengah. Gadis itu diapit antara dirinya dan Huang. Mereka bertiga adalah bersahabat, sejak mereka lulus kuliah dan mengambil jalan masing-masing mereka berpisah.Mata gadis itu begitu jernih dan bening, matanya selalu berbinar memancarkan cahaya kehangatan bagi siapapun yang menatapnya.Jhonny meletakkan kembali pada tempatnya foto usang itu, ia lalu menutup rapat kembali lemari pakaian milik Profesor Huang.Jhonny gegas kembali ke ruangan di mana La Rossa tengah menjalani perawatan.Dengan langkah lebar ia memasuki ruangan itu dan menemui Gilbert dan Anisa yang masih berdiri di dekat ranjang tempat La Rossa sedang di rawat."Ini!" sodor Jhonny menyerahkan selimut yang dibawanya pada Anisa.Anisa mengambilnya kemudian menutupkan pada tubuh La Rossa bagian atasnya. Anisa mencoba menyadarkan kesadaran sepenuhnya La Rossa."Ros, kamu sudah sadar?" bisik Anisa di dekat telinganya."Hmm ... air," jawab La Rossa."Aku akan memb
Tiba-tiba pintu dibuka dan terlihatlah Lucas yang datang dengan papper bag di tangannya, ia berjalan mendekat ke arah Gilbert dan kemudian menyerahkan papper bag itu ke Gilbert.Mata Lucas berkeliling, ia mengamati setiap jengkal ruangan. Ternyata di luar expektasinya, ia membayangkan ruangan itu bakal terlihat seperti kamar bedah yang penuh dengan peralatan medis atau seperti laboratorium pada umumnya yang penuh dengan peralatan penelitian. Tapi, ternyata ruangan yang besarnya hanya 6x7 itu hampir kosong melompong, hanya ada brangkar dan sebuah meja yang berikuran sedang berada di pojok ruangan serta lemari yang menyerupai loker berada di sudut lainnya sisanya kosong.Lucas mengarahkan pandangannya ke La Rossa ia melihat gadis berperawakan mungil yang hampir mati itu kini tengah duduk bersandar di dada Gilbert.Lucas benar-benar tak percaya dengan penglihatannya, dalam hati ia bertanya, "sehebat apa Profesor Huang itu?"Mata Lucas kembali menjelajah ruangan, matanya mencari-cari sesu
Jhonny memeluk La Rossa, dan La Rossa pun membalas pelukan Jhonny."Maafkan aku, Jhon. Aku telah berpikir yang bukan-bukan terhadapmu," ucap La Rossa."Itu hal yang wajar, setiap orang pasti melakukan hal yang sama denganmu, Ros. Jangan terlalu kamu pikirkan, sekarang seharusnya kamu jauh lebih tenang karena pelaku pembunuh orang tuamu sudah diketahui,""Kini tinggal bagaimana caranya mengetahui siapa pemimpin dari Black Rose," lanjut Jhonny."Apa kamu tidak mengetahui siapa pemimpin dari Black Rose, Jhon?" tanya La Rossa pada Jhonny.Jhonny menggelengkan kepalanya, "selama ini tak ada satu orang pun yang mengetahuinya."Mendengar penjasan dari Jhonny La Rossa menghela nafas dalam, akan ada banyak PR untuknya.Jhonny berdiri dari duduknya, ia bersiap akan meninggalkan mereka berdua.Anisa juga bersiap untuk keluar dari ruang perawatan, ia berjalan keluar terlebih dahulu. Tapi, sebelumnya ia berpamitan pada La Rossa, "aku keluar dulu Ros."Setelah Anisa keluar kini giliran Jhonny yang
Jhonny begitu terharu melihat La Rossa di lamar oleh laki-laki yang dicintainya.Jhonny menyeka air matanya yang hampir jatuh, ia memalingkan wajahnya demi untuk menyembunyikan keharuannya.Apa kata dunia ketika melihat seorang Jhonny menangis? Ia buru-buru menghapus genangan air yang menggantung di pelupuk matanya.Profesor Huang dan Lucas keluar dari ruang Laboratorium kecil milik Profesor Huang itu.Profesor Huang melihat saat Jhonny menyeka air matanya, ia pun bertanya, "ada apa ini?""Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik? Sampai-sampai seorang Jhonny harus meneteskan air matanya," Profesor Huang bertanya dengan sedikit mengejek sahabatnya itu."Siapa yang menangis?" tanya La Rossa."Jhonny, lihat hidungnya sampai memerah," ledek Profesor Huang."Diamlah Huang! Jaga bicaramu," sentak Jhonny dengan nada sedikit marah."Kata-kata mana yang harus aku jaga?" Profesor Huang kembali mengejek Jhonny."Dasar tua bangka, tudak bisakah kamu menjaga mulutmu, ha?!" Jhonny semakin geram den
Lucas menatap Gilbert kesal, ia selalu kalah cepat dengan Gilbert sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya itu."Kenapa wajahmu di tekuk begitu? Jangan kesal begitu, dari pada kesal melihatku akan segera menikah, sebaiknya kamu mencari pacar dan segera lamar dia lalu nikahi. Umurmu sudah tak muda lagi, jangan sampai seperti mereka yang kadaluwarsa," ucap Gilbert sambil melirik ke arah Jhonny dan Profesor Huang.Profesor Huang acuh, sedangkan Jhonny merasa tersindir oleh ucapan Gilbert, ia pun melemparkan botol kaca yang ada di dekatnya.Dengan gesit Gilbert menangkap botol itu sambil tersenyum mengejek pada Jhonny karena ia telah berhasil menangkap botol itu.Jhonny mendengkus kesal, "jangan menghinaku. Kalau masih tetap kamu lakukan aku akan menarik kembali restuku padamu," ancam Jhonny."Memangnya bisa?" tanya Gilbert."Tentu saja bisa!" ucap Jhonny dengan nada kesal sekaligus geram."Kalian mau sampai kapan berdebat terus! Kalau masih panjang sebaiknya kalian lakukan di luar, aku mau i
"Sudah jangan menangis, semoga kita bertemu lagi," ucap Profesir Huang ambigu."Apa maksud ucapanmu itu?" tanya La Rossa."Tidak ada," jawab Profesor Huang."Apa kamu lapar?" tanya Profesor Huang."Iya, aku lapar. Apa kamu punya makanan?" jawab La Rossa sekaligus bertanya."Sebentar, aku lihat dulu di dapur," jawab Profesor Huang.La Rossa mengangguk, "baik."Profesor Huang keluar ia pergi menuju dapur, di sana ia melihat Anisa dan dibantu oleh Lucas sedang memasak. Aroma wangi masakan tercium oleh hidung Profesor Huang, ia terus memgendus aroma itu, "hmmm ... wanginya. Bikin perutku semakin lapar saja.""Apa semuanya sudah siap di sajikan dan di santap?" tanya Profesor Huang sambil melangkah mendekati mereka berdua."Sudah, sisa ini saja yang belum matang. Tunggu sebentar lagi ya?" ucap Anisa sambil tersenyum.Lucas justru mendengkus, "huh, enak saja datang-datang langsung minta makan."Anisa memperingati Lucas, "hust! Jangan begitu, biar bagaimanapun dapur ini miliknya begitu pun de